Ikuti Kami Di Medsos

Dunia Islam

15 Detik yang Menyelamatkan Nyawa: Terobosan Bedah Kanker Pertama di Dunia dari Iran

Published

on

Ahlulbait Indonesia, 24 Desember 2025 — Para peneliti Iran mengembangkan terobosan penting dalam bedah kanker payudara melalui Cancer Diagnostic Probe (CDP), sebuah alat genggam yang mampu mendeteksi sel kanker secara real time hanya dalam waktu sekitar 15 detik selama operasi berlangsung. Inovasi ini secara signifikan meningkatkan kecepatan dan akurasi penilaian marga bedah, sekaligus berpotensi menurunkan kebutuhan operasi ulang serta risiko kekambuhan kanker.

Dilansir dari Press TV (23/12), CDP dirancang untuk membantu ahli bedah mengidentifikasi sel kanker mikroskopis yang mungkin tertinggal setelah pengangkatan tumor. Dengan tingkat akurasi klinis mencapai 93 persen, alat ini telah divalidasi melalui berbagai studi pada manusia dan kini digunakan di sejumlah rumah sakit di seluruh Iran. Perkembangannya, dari riset dasar mengenai metabolisme sel kanker hingga penerapan klinis menjadi contoh nyata keberhasilan translasi ilmu pengetahuan ke praktik medis.

Di luar pencapaian teknis, CDP juga mencerminkan kemajuan strategis dalam onkologi bedah dan menegaskan pentingnya kemandirian teknologi di sektor kesehatan, khususnya bagi negara-negara yang menghadapi keterbatasan akses terhadap perangkat medis mutakhir.

Tantangan Inti dalam Bedah Kanker Payudara

Tujuan utama bedah konservasi payudara (lumpektomi) adalah mengangkat tumor secara menyeluruh dengan tetap mempertahankan jaringan sehat sebanyak mungkin. Faktor penentu keberhasilan prosedur ini adalah tercapainya marga bersih (clear margins), yakni kondisi ketika tepi jaringan yang diangkat bebas dari sel kanker.

Apabila sel kanker atau pra-kanker masih tersisa di marga bedah, risiko kekambuhan lokal meningkat secara signifikan. Situasi ini kerap mengharuskan pasien menjalani operasi ulang yang lebih luas, disertai terapi lanjutan yang lebih agresif. Secara global, data menunjukkan sekitar satu dari lima perempuan mengalami kekambuhan setelah operasi kanker payudara tahap awal.

Selama ini, penilaian marga intraoperatif umumnya mengandalkan metode frozen section. Dalam prosedur ini, sampel jaringan dibekukan, diiris, diwarnai, lalu dianalisis secara mikroskopis oleh patolog. Meski bernilai klinis, metode ini memiliki keterbatasan substansial.

Proses frozen section dapat memakan waktu hingga 45 menit, sehingga memperpanjang durasi pasien berada di bawah anestesi. Selain itu, hanya sebagian kecil jaringan yang dianalisis, sehingga sel kanker yang tersebar berpotensi luput dari deteksi. Akurasi diagnostiknya berkisar 70–88 persen, dan sejumlah studi menunjukkan bahwa hingga 40 persen marga yang masih mengandung kanker dapat terlewat.

Tantangan ini semakin kompleks pada pasien yang telah menjalani kemoterapi neoadjuvan, karena perubahan struktur jaringan akibat terapi menyulitkan evaluasi mikroskopis. Kesenjangan antara kebutuhan klinis dan keterbatasan teknologi inilah yang mendorong lahirnya Cancer Diagnostic Probe di Iran.

Probe Diagnostik Kanker (CDP): Cara Kerja dan Prinsip Ilmiah

Berbeda dari metode pencitraan konvensional, CDP tidak berfokus pada struktur jaringan, melainkan pada aktivitas metabolik sel hidup. Teknologi ini memanfaatkan karakteristik fundamental sel kanker yang dikenal sebagai efek Warburg, atau hypoxia-assisted glycolysis.

Meskipun oksigen tersedia, sel kanker cenderung menghasilkan energi melalui glikolisis, jalur yang kurang efisien dan memicu peningkatan produksi laktat serta spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species/ROS), terutama hidrogen peroksida (H₂O₂). Pola metabolik ini merupakan ciri khas keganasan dan bahkan dapat ditemukan pada sel pra-kanker.

CDP mendeteksi “sidik jari” biologis tersebut melalui biosensor elektrokimia yang bekerja secara real time. Sistem ini terdiri atas tiga komponen utama: sensor jarum sekali pakai berlapis material nano, seperti multi-walled carbon nanotubes sebagai detektor elektrokimia; probe genggam nirkabel yang memungkinkan penempatan sensor secara presisi; serta unit kontrol pusat yang memproses sinyal dan menampilkan hasil analisis.

Dalam praktiknya, setelah tumor primer diangkat, ahli bedah menempatkan probe pada beberapa titik di dinding rongga bedah. Sensor menembus jaringan hanya beberapa milimeter untuk mengukur konsentrasi lokal ROS yang dilepaskan oleh sel-sel yang aktif secara metabolik. Dalam waktu sekitar 15 detik, sistem mengklasifikasikan jaringan sebagai Negatif, Diduga (Suspicious), atau Positif, sehingga memberikan penilaian marga bedah secara langsung dan berbasis metabolisme.

Untuk menjamin keselamatan pasien dan mencegah kontaminasi silang, kepala probe dirancang sekali pakai dan diganti pada setiap prosedur. []

Sumber: Press TV