Kegiatan ABI
Yang Melayani Akan Dilayani: Pesan dan Jalan Khidmat dari Ustadz Ali Ridho Al-Habsyi
Bangil, 28 Desember 2025 — Mendung sore menyelimuti Bangil dalam suasana hening dan teduh. Langit kelabu menjadi latar yang selaras bagi sebuah pertemuan sarat makna: kunjungan ke kediaman Ustadz Ali Ridho Al-Habsyi. Bukan semata silaturahmi, pertemuan ini menjadi ruang peneguhan niat sekaligus pembaruan makna khidmat dalam perjuangan.
Kunjungan tersebut dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ahlulbait Indonesia (ABI) Kabupaten Pasuruan, dipimpin langsung Ketua DPD Muhammad Thohir bersama jajaran pengurus. Turut hadir perwakilan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) ABI Jawa Timur, Ja’far Assegaf selaku Ketua Departemen Litbang-PK serta Muhammad Bagir Al-Haddad selaku Wakil Ketua Departemen Humas, Media, dan Penerangan. Kehadiran mereka menyertai pertemuan dalam suasana hangat dan bersahaja.
Sesaat setelah rombongan duduk, Ustadz Ali Ridho membuka pertemuan dengan kalimat singkat namun padat makna: “Man khadama, khudima.” Barang siapa berkhidmat, akan dilayani. Kalimat tersebut menjadi pintu masuk bagi nasihat-nasihat yang meneguhkan arah pengabdian.
“Kalian telah dipilih oleh Allah SWT untuk berkhidmat. Pekerjaan ini tidak mudah,” tutur beliau. Khidmat, menurut pandangan beliau, bukan hanya aktivitas organisatoris, melainkan amanah yang menuntut kesiapan hati, keikhlasan niat, serta keteguhan langkah.

Dalam penyampaiannya, Ustadz Ali Ridho menekankan sejumlah prinsip penting.
Pertama, niat harus qurbatan ilallah. Setiap bentuk perjuangan dan pelayanan hanya bernilai apabila diniatkan untuk mendekat kepada Allah SWT.
Kedua, perhatian kepada kaum mustad’afin, yang selama ini telah dijalankan dengan baik, perlu terus dijaga dan ditingkatkan. Di sanalah ruh khidmat benar-benar diuji dan dimaknai.
Ketiga, karena tujuan utama adalah Allah SWT, persatuan menjadi keharusan. Ustadz Ali Ridho mengingatkan agar menjauhi su’udzon yang berpotensi melahirkan perpecahan. Segala sesuatu yang dilakukan karena Allah SWT, pada akhirnya akan tumbuh dan berkembang dengan keberkahan.
Keempat, akhlak mulia merupakan bekal utama dalam khidmat, terlebih karena para pengkhidmat bersentuhan langsung dengan masyarakat luas. Akhlak menjadi wajah pertama dakwah sekaligus cermin nilai yang diperjuangkan.
Sore yang mendung di Bangil itu menjadi saksi bahwa khidmat bukanlah jalan yang mudah, namun selalu bermakna. Dengan niat yang lurus, kepedulian kepada yang lemah, persatuan yang terjaga, serta akhlak yang mulia, jalan pengabdian akan terus menguat dan memberi manfaat bagi umat. [HMP Jatim]
