Ikuti Kami Di Medsos

Kajian Islam

Ayatullah Khamenei: Mendidik Generasi Muda adalah Tanggung Jawab Negara, Bukan Swasta

Ayatullah Khamenei: Mendidik Generasi Muda adalah Tanggung Jawab Negara, Bukan Swasta

Ahlulbait Indonesia – Dalam sebuah pertemuan dengan ribuan guru dan pendidik pada Sabtu pagi, 17 Mei 2025 di Musolla Imam Khomeini, Teheran, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, menekankan urgensi menciptakan sosok guru ideal, figur yang hidup, dicintai, dan dihormati masyarakat. Beliau mengkritik karya seni dan produk media dari lembaga-lembaga terkait yang belum mampu menampilkan citra tersebut secara layak.

Ayatullah Khamenei menyatakan bahwa sistem pendidikan harus dirancang ulang agar dapat melahirkan generasi yang berpengetahuan, beriman, mencintai tanah air, pekerja keras, dan optimis terhadap masa depan. Menurut beliau, setiap Rial yang dibelanjakan untuk pendidikan sejatinya merupakan investasi strategis bagi masa depan bangsa.

Kritik terhadap Model Ketergantungan ala AS

Menanggapi pernyataan Presiden Amerika Serikat yang mengklaim menciptakan perdamaian melalui kekuatan, Ayatullah Khamenei menyebutnya sebagai kebohongan. Beliau menegaskan bahwa upaya Amerika Serikat untuk memaksakan model ketergantungan abadi pada negara-negara Arab akan gagal. “Dengan perjuangan negara-negara kawasan, Amerika akan angkat kaki, dan tumor kanker rezim Zionis, sumber korupsi, peperangan, dan perpecahan akan dihapuskan,” tegas beliau.

Pendidikan: Investasi dan Tanggung Jawab Pemerintah

Ayatullah Khamenei membuka pidatonya dengan menyampaikan penghormatan terhadap peran guru. Ayatullah Khamenei mengapresiasi perhatian Presiden dan Menteri Pendidikan terhadap sektor ini, dan menyatakan bahwa pencapaian tujuan luhur dalam pendidikan bergantung pada ketekunan dan komitmen yang kuat.

Martabat Guru di Mata Masyarakat

Menurut beliau, penghormatan terhadap guru tidak hanya mencakup peningkatan kesejahteraan, tetapi juga penggambaran citra guru sebagai sosok ceria, berwibawa, dan inspiratif. Beliau menyerukan produksi buku fiksi, film, dan animasi yang menampilkan guru sebagai figur teladan. Tugas ini, kata beliau, menjadi tanggung jawab lembaga penyiaran nasional dan Kementerian Pendidikan.

Guru sebagai Pembentuk Karakter Bangsa

Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa peran guru jauh melampaui tugas mengajar. Guru adalah panutan dalam etika, perilaku, dan pembentukan karakter. Sifat pribadi seorang guru, apakah rendah hati atau arogan, ceria atau murung, dapat membentuk kepribadian siswa bahkan lebih kuat daripada orang tua mereka.

Dukung Universitas Farhangian sebagai Lembaga Strategis

Beliau menolak wacana penggabungan Universitas Farhangian (Universitas Kebudayaan) dengan institusi lain. Menurutnya, universitas tersebut merupakan milik eksklusif sektor pendidikan dan harus dipertahankan kualitasnya. Standar ketat dalam penerimaan mahasiswa yang telah ditetapkan pada masa pemerintahan Syahid Raisi juga harus dijaga.

Baca juga : Imam Ali ar-Ridha: Keteladanan, Tauhid, dan Imamah dalam Sejarah Islam

Pendidikan adalah Institusi Negara

Dalam poin utama pidatonya, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa pendidikan adalah institusi negara dan merupakan tanggung jawab penuh pemerintahan Islam. Beliau mengecam gagasan pengalihdayaan sebagian urusan pendidikan kepada pihak swasta, yang menurutnya justru berujung pada sistem “kerajaan suku” yang tidak dapat diterima.

“Pendidikan adalah hak rakyat dan kewajiban negara. Pemerintah harus bangga mengalokasikan anggaran besar untuk sektor ini,” tegas beliau.

Restrukturisasi Sistem Pendidikan: Mendesak dan Perlu

Beliau menyoroti perlunya reformasi menyeluruh terhadap sistem pendidikan nasional agar mampu memenuhi kebutuhan ilmiah, budaya, dan keagamaan siswa. Struktur saat ini dinilai tidak efektif dan perlu didesain ulang dalam kerangka Rencana Pembangunan Ketujuh secara transformatif.

Aktifkan Kembali Dokumen Transformasi Pendidikan

Ayatullah Khamenei juga menyerukan pengaktifan kembali Dokumen Transformasi Pendidikan yang telah digagas pada masa Syahid Raisi. Beliau menekankan bahwa dokumen ini harus menjadi peta jalan yang dijalankan secara konsisten oleh para ahli yang berkompeten dan memiliki komitmen terhadap agama serta kemerdekaan bangsa.

Perbaikan Buku Ajar: Substansi dan Estetika

Beliau menilai bahwa mencantumkan nama-nama ulama besar atau dokumen sejarah dalam buku ajar saja tidak cukup. Buku pelajaran harus menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami, meskipun membahas materi yang berat. Estetika dan tampilan buku juga harus diperhatikan. Para penyusun buku ajar wajib meyakini nilai-nilai agama dan revolusi secara utuh.

Pendidikan Kejuruan dan Keadilan yang Sejati

Beliau juga menggarisbawahi pentingnya perluasan pusat-pusat pendidikan kejuruan agar para pemuda siap masuk dunia kerja. Menurutnya, keadilan pendidikan bukanlah menyamaratakan hasil, melainkan memberi perhatian khusus pada siswa berbakat melalui sekolah-sekolah unggulan.

Kembalikan Posisi Deputi Pendidikan

Menutup pidatonya, Ayatullah Khamenei mengkritik penghapusan posisi Deputi Pendidikan di masa lalu yang dilakukan tanpa dasar kuat. Beliau menyambut baik perhatian baru terhadap sektor pendidikan dan menyerukan agar seluruh program dilaksanakan secara serius dan maksimal.

Catatan Penutup

Menanggapi komentar terakhir Presiden AS, Pemimpin Revolusi menilai tidak perlu memberi tanggapan lebih lanjut karena selain menurut beliau memalukan, juga tidak berdampak nyata bagi kawasan.[]

Sumber: https://farsi.khamenei.ir/speech-content?id=60211

 

Baca juga : Pesan Ukhuwah Islamiyah dalam Acara Indonesia Khataman Al-Quran di Masjid Istiqlal Jakarta