Ikuti Kami Di Medsos

Kalam Islam

Penjelasan Ayat-Ayat Sosial dan Politik Paling Menonjol dalam Tafsir Ayatullah Khamenei

Penjelasan Ayat-Ayat Sosial dan Politik Paling Menonjol dalam Tafsir Ayatullah Khamenei

Ahlulbait IndonesiaPrinsip-Prinsip Al-Qur’an dalam Perilaku Individu dan Sosial

Ayatullah Khamenei:
Sebagian besar perjuangan di jalan Allah adalah untuk kepentingan pribadi Anda sendiri. Apa arti dari kehidupan Islam? Bagaimana kehidupan sosial Islam seharusnya? Hal ini dapat ditemukan dalam Al-Qur’an, Nahjul Balaghah, dan riwayat. Dalam model ini, terdapat prinsip ‘لِیَقومَ النّاسُ بِالقِسط’ yang berarti keadilan. Terdapat pula ‘اَشِدّاءُ عَلَی ‌الکُفّار’ yang berarti sikap tegas terhadap musuh. Selain itu, ada ‘رُحَماءُ بَینَهُم’ yang bermakna kasih sayang di antara kaum mukmin dan masyarakat. Ini adalah prinsip-prinsip utama. Jika kita lalai terhadap salah satu dari prinsip ini, maka akan terjadi kekurangan dalam model kehidupan Islam.”

Tanggal: 26 Juni 2024 (5 Tir 1403 H)

Dalam rangka menyambut bulan Ramadan, media KHAMENEI.IR menjelaskan ayat-ayat sosial dan politik paling menonjol dalam tafsir Ayatullah Khamenei. Dalam artikel ini, Dr. Fariba Alasvand, seorang profesor di universitas dan sekolah agama, mengkaji aspek penting dari ayat 29 Surah Al-Fath berdasarkan tafsir Ayatullah Khamenei.

Artikel ini merupakan ringkasan dari kuliah dalam program Bayan al-Qur’an, yang dalam beberapa tahun terakhir diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Kebudayaan Revolusi Islam bertepatan dengan bulan Ramadan.

Pentingnya Struktur Sosial dalam Membangun Kekuatan dalam Masyarakat Islam

Salah satu kebutuhan utama dalam membangun kekuatan dalam masyarakat berbasis agama adalah keberadaan aturan dalam interaksi sosial dan perilaku masyarakat. “Struktur internal kekuatan” adalah istilah yang digunakan oleh Pemimpin Revolusi Islam untuk menjelaskan pentingnya ketahanan internal dalam masyarakat Islam.

Kita bangga akan keamanan negara kita, yang merupakan salah satu pencapaian besar. Keamanan maksimal di perbatasan negara telah menghambat musuh untuk melakukan eksploitasi. Salah satu faktor yang menjamin keamanan menyeluruh adalah adanya modal sosial besar, yang bertugas menjaga individu yang berperan dalam mempertahankan stabilitas dan kedaulatan negara di tingkat internasional.

Modal nasional atau modal sosial ini berakar pada solidaritas rakyat dan pengawasan terhadap batas moral dalam negeri, yang menjadi inti dari konsep “struktur internal kekuatan”. Ketika masyarakat mengalami ketenangan dan harmoni dalam hubungan sosial mereka, serta merasakan bahwa para pemimpin mendukung stabilitas ini, maka interaksi emosional dalam masyarakat akan meningkat.

Masyarakat semacam ini tidak hanya produktif dalam pembangunan ekonomi, tetapi juga dalam membangun modal sosial. Salah satu elemen kunci dari masyarakat semacam ini adalah kerangka nilai-nilai yang berlandaskan ayat 29 Surah Al-Fath. Pemimpin Revolusi Islam telah mengutip ayat ini lebih dari 20 kali dalam pidatonya.

Masyarakat Islam Tidak Bertugas Menyenangkan Musuh

Masyarakat Islam yang ideal adalah masyarakat yang bersikap keras terhadap musuh namun penuh kasih terhadap rakyatnya. Inilah ajaran Al-Qur’an. Pemimpin Revolusi Islam telah berulang kali menegaskan bahwa jika kita benar-benar beriman, kita harus memahami prinsip ini karena hal ini mempengaruhi hubungan sosial kita, baik secara internal maupun internasional. Tidak ada alternatif lain dalam membangun relasi ini.

Baca juga : Menghilangkan Sifat Rakus dan Sombong

Kita harus hidup dengan cara yang membuat musuh kita marah. Kita tidak memiliki kewajiban untuk menyenangkan musuh, justru sebaliknya, kita harus menjalani kehidupan sedemikian rupa sehingga mereka yang memusuhi kita semakin marah setiap hari. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

لِیَغیظَ بِهِمُ الْکُفَّارَ
Agar dengan mereka (kaum mukmin), orang-orang kafir menjadi marah.” (QS. Al-Fath: 29)

Pemimpin Revolusi Islam sering mengutip ayat ini. Dalam ayat tersebut, istilah الزُّرَّاعَ (para petani) digunakan sebagai simbol produktivitas dan kemandirian. Al-Qur’an menggambarkan mereka sebagai individu yang mampu menghasilkan sesuatu secara mandiri tanpa bergantung pada pihak luar.

Artinya, masyarakat beriman harus memiliki individu-individu produktif yang bekerja dengan tekad dan tawakal kepada Allah sehingga hasil dan pencapaiannya menjadi luar biasa.

Hal ini sejalan dengan ayat lain:

کَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلیلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً کَثیرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَ اللَّهُ مَعَ الصَّابِرینَ
Betapa banyak kelompok kecil yang mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 249)

Kemajuan Masyarakat Islam Membuat Musuh Marah

Jika bukan karena propaganda asing, masyarakat kita akan lebih sadar akan pencapaian-pencapaian besar yang telah diraih. Saat ini, Iran telah bertahan dari sanksi ekonomi selama 45 tahun. Meskipun demikian, negara ini berhasil mencapai kemajuan di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, dan ilmu pengetahuan, hingga mampu bersaing dengan negara-negara maju.

Jika kita tidak tertipu oleh narasi bohong, kita akan menyadari bahwa negara kita telah tumbuh dengan mengikuti ajaran Islam, dengan menolak dekadensi sosial seperti pergaulan bebas, alkohol, dan narkoba. Jika korupsi dan penyalahgunaan wewenang dapat dihapus, Iran akan mengalami pertumbuhan luar biasa dalam waktu singkat.

Model Al-Qur’an dalam Persahabatan dan Permusuhan dalam Masyarakat

Islam tidak hanya mengajarkan ketegasan terhadap musuh (اشدّاء علی الکفار), tetapi juga kasih sayang sesama kaum Muslim (رحماء بینهم).

Setiap tindakan yang menyebabkan kebencian, perpecahan, dan permusuhan dalam masyarakat adalah haram dalam Islam. Sebaliknya, Islam mewajibkan dan menganjurkan tindakan yang mempererat hubungan sosial, seperti sedekah, zakat, infak, serta tolong-menolong dalam kesulitan dan kebahagiaan.

Jika sebuah masyarakat lebih memilih untuk berdamai dengan musuh namun justru saling berselisih di antara mereka sendiri, maka itu bukanlah masyarakat Islam sejati.

Peran Solidaritas dan Layanan Sosial dalam Mewujudkan Model Al-Qur’an
Selama kita tetap berpegang pada model “اشدّاء علی الکفار رحماء بینهم”, maka janji kemenangan dari Allah pasti akan terwujud.

وَ اللّهُ غالِبٌ عَلى أَمْرِهِ
Dan Allah berkuasa atas urusan-Nya.” (QS. Yusuf: 21)

Semoga kita dapat membangun masyarakat yang lebih kuat berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang benar.[]

*Sumber: Khamenei.ir

Baca juga : Menjaga Adab & Etika Selama Berpuasa di Bulan Ramadan