Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

ABI dan Mutiara Ilmu Camp (MIC) Bahas Pendidikan Karakter dan Solusi Lost Generation

ABI dan Mutiara Ilmu Camp (MIC) Bahas Solusi Pendidikan Karakter dan Lost Generation

Pasuruan, 3 September 2025 – Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, didampingi Sekjen Sayyid Ali Ridho dan Ketua Departemen Pemberdayaan Ekonomi DPP ABI, melakukan kunjungan resmi ke Mutiara Ilmu Camp (MIC), Bangil, pada Rabu (3/9). Kunjungan tersebut turut dihadiri pengurus DPW dan DPD ABI Jawa Timur, Pasuruan, serta para tokoh Yayasan Mutiara Ilmu Unggul.

Di hadapan pengasuh, guru, dan pengurus yayasan, Ustadz Zahir menegaskan bahwa pendidikan anak sejak dini bukan hanya menyangkut masa depan individu, tetapi juga kesinambungan generasi dan cita-cita besar komunitas yang berkarakter sekaligus spiritual.

Mutiara Ilmu: Pendidikan Karakter dan Multiple Intelligence

Sejalan dengan hal itu, Ketua Yayasan Mutiara Ilmu Unggul, Vita Wardhana, menegaskan komitmennya untuk menghadirkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada akademik, tetapi juga pembentukan spiritualitas dan karakter.

“Pendidikan di MIC adalah pembiasaan sekaligus pembentukan karakter dengan menempatkan etika sebagai fondasi utama. Tidak ada anak bodoh atau tidak berbakat. Setiap anak memiliki potensi yang bisa digali dan dikembangkan,” ujarnya.

Senada dengan itu, Direktur MIC, Ibu Ruqoiyah Baagil, menambahkan bahwa program pendidikan di lembaganya menekankan pembentukan mental, kemandirian, serta akhlakul karimah, sembari memberi ruang luas bagi pengembangan bakat anak.

“MI Camp juga memiliki metode efektif dalam mengatasi beragam masalah psikologis anak. Selain mendalami ilmu agama, anak-anak difasilitasi untuk mengembangkan keterampilan dalam olahraga, seni, hingga bela diri. Banyak di antara mereka yang berhasil meraih penghargaan dalam berbagai kompetisi,” jelasnya.

Baca juga: Ketum ABI: Pendidikan Sejak Dini Penentu Lost Generation atau Generasi Pemimpin

Program Pendidikan MI Camp

Dalam paparannya, Ibu Ruqoiyah menjelaskan beberapa poin program utama yang dijalankan MI Camp, antara lain:

1. MI Camp merupakan unit asrama di bawah Yayasan Mutiara Ilmu Unggul bagi anak usia 6–12 tahun (jenjang SD).
2. Pendidikan sejak dini diarahkan pada pengenalan ajaran Ahlul Bait sebagai dasar pembentukan karakter spiritual.
3. Fokus pembinaan pada kedisiplinan, kemandirian, persaudaraan, dan akhlakul karimah.
4. Anak dilatih mandiri dalam aktivitas sehari-hari, mulai dari mandi, merapikan tempat tidur, hingga menyiapkan pakaian.
5. Pendekatan multiple intelligence diterapkan untuk menggali potensi unik setiap anak.
6. Kurikulum meliputi ilmu agama, akademik, keterampilan olahraga, menjahit, seni, bela diri, hingga public speaking, hadrah, nasyid, dan ma’tam.
7. Aspek kesehatan dan gizi anak mendapat perhatian khusus sebagai bagian penting dari tumbuh kembang.
8. Kurikulum diniyah menggunakan kurikulum Muslimah ABI.

Baca juga : Ketum ABI: Pendidikan Sejak Dini Penentu Lost Generation atau Generasi Pemimpin

Pendidikan Sebagai Dakwah

Sementara itu, pembina Yayasan Mutiara Ilmu Unggul, Sayyid Abdul Kadir Almuhdhor, menegaskan bahwa layanan pendidikan yang mereka kelola adalah bagian dari strategi dakwah jangka panjang.

“Kami sadar ada jarak antara komunitas Ahlul Bait dan masyarakat luas. Pendidikan adalah cara untuk menjembatani jarak itu. Lewat pelayanan pendidikan, kami berharap sekat-sekat itu bisa terkikis,” tuturnya.

Pertemuan tersebut ditutup dengan suasana hangat dalam jamuan makan bersama. Kehadiran para tokoh dan pengurus tidak hanya mempererat silaturahmi, tetapi juga menegaskan keseriusan bersama dalam mengawal pendidikan generasi.

Lebih dari sebatas program akademik, pendidikan dipahami sebagai proses membentuk manusia seutuhnya, yang cerdas secara intelektual, kuat secara mental, matang secara spiritual, dan peka terhadap realitas sosial. Dari ruang-ruang belajar seperti Mutiara Ilmu Camp (MIC) inilah harapan akan lahir generasi yang tidak hanya mampu bersaing, tetapi juga memimpin dengan karakter, akhlak, visi Ahlulbait dan kebangsaan.

Pesan yang mengemuka jelas, bahwa membangun peradaban dimulai dari membangun manusia, dan membangun manusia dimulai dari pendidikan yang menyentuh semua dimensi kehidupan. []

Baca juga : Diklatsar V ABI Responsif Tekankan Spirit Relawan dan Khidmat Sosial