Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Departemen Litbang DPP ABI Gelar Riset Pemetaan Potensi dan Peran Strategis Komunitas Ahlulbait di Lima Kota

Departemen Litbang DPP ABI Gelar Riset Pemetaan Potensi dan Peran Strategis Komunitas Ahlulbait di Lima Kota

Ahlulbait Indonesia — Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dewan Pimpinan Pusat Ahlulbait Indonesia (DPP ABI) resmi memulai pelaksanaan riset bertajuk “Pemetaan Potensi dan Peran Strategis Komunitas Ahlulbait dalam Dinamika Lokal.”

Riset ini merupakan kelanjutan dari survei nasional mengenai bakat, minat, dan keterampilan yang telah dilaksanakan pada Maret 2025, dan kini memasuki tahap pendalaman kualitatif di lima kota strategis: Bandung (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), Pekalongan (Jawa Tengah), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Samarinda (Kalimantan Timur).

Riset ini bertujuan menggali secara mendalam potensi individu maupun kolektif komunitas Ahlulbait, serta memahami bagaimana peran strategis mereka dijalankan dalam ranah sosial, keagamaan, budaya, pendidikan, dan kemasyarakatan di tingkat lokal. Selain itu, studi ini juga berupaya memetakan dinamika relasi komunitas dengan aktor eksternal seperti pemerintah daerah, organisasi masyarakat keagamaan, serta tokoh publik, sekaligus mengidentifikasi tantangan struktural dan peluang kolaboratif di setiap wilayah.

Kelima kota tersebut dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan strategis. Pertama, tingginya partisipasi warga dalam survei nasional sebelumnya menunjukkan keberadaan basis komunitas yang aktif dan siap terlibat.

Kedua, masing-masing kota merepresentasikan keragaman geografis, budaya, dan dinamika sosial-politik yang berbeda. Bandung, Malang, dan Pekalongan mencerminkan konteks urban dan semiurban di Pulau Jawa, dengan masyarakat sipil yang relatif dinamis. Sementara itu, Makassar menggambarkan kompleksitas relasi keagamaan di kawasan Indonesia Timur, dan Samarinda menyajikan potret komunitas dalam lanskap pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang pesat.

Ketiga, keberadaan struktur komunitas Ahlulbait yang telah terorganisir di daerah-daerah tersebut memungkinkan pelaksanaan riset yang lebih sistematis dan partisipatif.

Baca juga: Beragama Maslahat dalam Membangun Supremasi Hukum dan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Sebagai bagian dari pendekatan community-based participatory research, tim riset ABI telah merancang instrumen wawancara mendalam dan community profiling yang akan digunakan di setiap kota lokasi penelitian. Instrumen ini tidak hanya ditujukan untuk menggali data, tetapi juga membuka ruang refleksi dan artikulasi pengalaman kolektif dari warga komunitas.

Ruang lingkup riset meliputi lima kategori utama informan:

1. Tokoh komunitas dan pemuka agama
2. Aktivis dan penggerak komunitas
3. Tokoh pemuda dan mahasiswa Ahlulbait
4. Tokoh perempuan
5. Aktor eksternal non-Ahlulbait yang memiliki rekam jejak interaksi dengan komunitas

Sebelum turun ke lapangan, ABI telah menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi para enumerator di lima wilayah. Dalam sesi ini, para peserta dibekali dengan pemahaman mendalam mengenai pendekatan partisipatif, teknik wawancara yang etis dan kontekstual, serta prinsip pelaporan dan dokumentasi lapangan yang sesuai dengan etika riset sosial.

Secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan orientasi tematik dan reflektif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, serta kajian dokumen lokal. Analisis data dilakukan secara iteratif dan tematik, untuk menangkap pola-pola makna, kontribusi, serta strategi adaptif komunitas Ahlulbait dalam berbagai konteks lokal.

Baca juga: Ketum ABI Tegaskan Dukungan terhadap Palestina dan Iran

Pengumpulan data dijadwalkan berlangsung selama 14 hari, dari 24 Juli hingga 5 Agustus 2025. Proses analisis akan dilanjutkan sepanjang bulan Agustus, dan hasil akhir riset ditargetkan rampung pada September 2025.

Ketua Departemen Litbang DPP ABI, Dr. Sabara Nuruddin, kepada Media ABI pada Selasa malam (22/7), menegaskan bahwa hasil riset ini akan menjadi landasan penting dalam merancang strategi penguatan komunitas berbasis data dan narasi lapangan.

“Kita ingin membangun basis pengetahuan kolektif yang bukan hanya akademis, tapi juga aplikatif. Temuan ini akan menjadi dasar bagi advokasi kebijakan, penyusunan program pelatihan, serta pengembangan ekosistem komunitas yang tangguh, produktif, dan kolaboratif,” jelasnya.

Luaran riset mencakup pemetaan potensi komunitas di lima wilayah, analisis peran strategis, dinamika lokal, rekomendasi kebijakan, serta dokumentasi kisah sukses dari tokoh-tokoh Ahlulbait yang menunjukkan keteladanan moral, kepeloporan sosial, dan daya tahan dalam menghadapi marginalisasi.

Melalui riset ini, Ahlulbait Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat peran komunitas sebagai pilar utama dalam pembangunan bangsa yang inklusif, berkeadaban, dan berlandaskan maslahat. []

Baca juga: DPP ABI Audiensi ke Kemendagri: Perkuat Komitmen Kebangsaan dan Jalin Kemitraan Strategis