Kegiatan ABI
Kebangkitan Ekonomi Berbasis Nilai Ahlul Bait: Membangun SDM Unggul yang Berdaya dan Berkeadaban
Jakarta, 27 Oktober 2025 — Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan transformasi digital, Ahlulbait Indonesia (ABI) menegaskan urgensi pembangunan sumber daya manusia (SDM) ekonomi yang unggul secara kompetensi sekaligus berakar pada nilai-nilai spiritualitas Islam. Hal tersebut mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Penguatan SDM Ekonomi Komunitas Berbasis Nilai-Nilai Ahlul Bait” yang digelar di Jakarta, Sabtu (25/10).
Acara dibuka oleh Ustadz Ahmad Hidayat, kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua Panitia Sayyid Ali Reza Baraqbah, C.Ht. FGD ini menghadirkan tiga narasumber utama:
1. Sayyid Naufal Ali Bilfaqih, Ketua Dewan Pakar ABI;
2. Dr. Haidar Bagir, Founder Mizan Group dan Yasmin Foundation; serta
3. Dr. Mukhaer Pakkanna, Direktur Pascasarjana Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD), dan;
4. Keynote speaker, Sayyid Muhammad Assegaf, Bendahara Umum DPP ABI.
Baca juga : DPD ABI Jakarta Pusat Gelar Pelantikan Pengurus dan Rakerda 2025: Mengusung Semangat Keadilan dan Pengabdian

Nilai Ahlul Bait sebagai Fondasi Ekonomi Berkelanjutan
Dalam sesi pertama, Sayyid Naufal Ali Bilfaqih menegaskan bahwa kebangkitan ekonomi komunitas Ahlul Bait harus dimulai dari transformasi sistem SDM yang mengintegrasikan kompetensi profesional dengan orientasi spiritual. Menurutnya, krisis moral dan ketimpangan ekonomi nasional menuntut ABI menghadirkan peran nyata dalam pemberdayaan ekonomi berbasis nilai.
“Nilai-nilai Ahlul Bait seperti keadilan, amanah, ilmu, dan rahmah bukan sekadar konsep teologis. Nilai-nilai ini adalah fondasi ekonomi berkelanjutan yang menyeimbangkan efisiensi dengan empati sosial,” ujarnya.
Sayyid Naufal menambahkan, sekitar 23 persen kelompok ekonomi Ahlul Bait masih berada pada kategori ‘minus’, sehingga pemberdayaan ekonomi menjadi misi strategis organisasi. Ia mencontohkan empat negara Asia; Cina, Jepang, Korea Selatan, dan Iran yang berhasil membangun kemajuan sains dan teknologi melalui kombinasi kebijakan pemerintah yang progresif, pendidikan kuat, dan etos kerja tinggi.
Ia juga memaparkan strategi penguatan SDM ABI melalui pendekatan integratif, partisipatif, dan adaptif.
“Perencanaan SDM harus menyatukan visi spiritual dan ekonomi, melibatkan seluruh lapisan organisasi, serta beradaptasi dengan perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan,” jelasnya.
Selain penguatan internal, ia menekankan pentingnya strategi eksternal seperti pembentukan forum pengusaha Ahlulbait, pendampingan UMKM oleh pengusaha sukses, perluasan akses pasar digital dan modal, serta kemitraan dengan lembaga sosial, pesantren, dan universitas Islam.
“Pengembangan SDM berbasis nilai Ahlul Bait adalah bentuk Jihad Ekonomi, perjuangan membangun profesionalisme tanpa kehilangan spiritualitas,” tegasnya.
Membangun Mentalitas dan Spiritualitas Ekonomi Komunitas
Baca juga : Pelantikan dan Rakercab Muslimah ABI Jepara: Khidmat Ikhlas dalam Langkah Mahdawi

Pada sesi kedua, Dr. Haidar Bagir menyoroti pentingnya mentalitas dan spiritualitas dalam membangun SDM ekonomi. Menurutnya, kemajuan ekonomi tidak semata bergantung pada kecerdasan teknis, tetapi juga pada kekuatan batin dan moralitas pelaku ekonomi.
“Spiritualitas bukan hanya soal ibadah personal. Ia adalah kekuatan produktif yang melahirkan etos kerja, tanggung jawab, dan kasih sayang,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa SDM ekonomi yang tangguh harus memiliki mentalitas kolaboratif dan jiwa sosial, bukan sekadar berorientasi pada keuntungan finansial. Dalam pandangannya, aktivitas ekonomi harus dimaknai sebagai bentuk ibadah dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
“Ekonomi tanpa spiritualitas akan kehilangan arah dan kemanusiaannya. Setiap aktivitas ekonomi harus berangkat dari niat membawa manfaat bagi sesama,” tambahnya.
Menurut Dr. Haidar, transformasi ekonomi hanya akan berhasil bila disertai transformasi mentalitas, yaitu pembentukan karakter SDM yang profesional, berintegritas, dan berorientasi pada kesejahteraan umat.
Ekosistem Kolaboratif & Model Ekonomi Komunitas Berkelanjutan
Baca juga : FGD Nasional: Menyusun Sistem Pengembangan SDM Ekonomi Komunitas ABI Hadapi Era Society & Industry 5.0

Dalam sesi ketiga, Dr. Mukhaer Pakkanna, anggota Dewan Ekonomi Muhammadiyah dan Direktur Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan menyoroti pentingnya kolaborasi lintas organisasi untuk membangun ekosistem ekonomi komunitas yang berdaya dan berkelanjutan.
Mengutip Q.S. Ash-Shaff ayat 4, ia menekankan pentingnya berjamaah dan berkolaborasi dalam barisan yang kuat. Menurutnya, semangat itu telah dicontohkan oleh masyarakat Madinah yang berdiri di atas tiga pilar utama:
1. Perbaikan moral dan pendidikan,
2. Tata kelola sosial melalui Piagam Madinah, dan
3. Tata ekonomi berkeadilan dan menyejahterakan.
Sebagai contoh konkret, ia menyoroti Gerakan Ekonomi Muhammadiyah dengan model Closed Loop Economy, “Dari Kita, Oleh Kita, dan Untuk Kita.” Model ini menghubungkan seluruh rantai nilai ekonomi umat: produksi (petani, peternak, nelayan, industri rumahan), distribusi (Surya Mart), logistik (Bulog-Mu), hingga keuangan (BTM dan BPRS).
Ia menjelaskan bahwa karakteristik khas Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) adalah ketiadaan kepemilikan individu; seluruh surplus dialokasikan secara sosial:
1. 75% untuk pengembangan AUM,
2. 15% untuk direksi dan karyawan, dan
3. 10% untuk dakwah persyarikatan.
“Model ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas organisasi dapat melahirkan ekosistem ekonomi yang mandiri, beretika, dan berkelanjutan,” tegasnya.
Gerakan Moral dan Spiritual
FGD menegaskan bahwa kebangkitan ekonomi Ahlul Bait bukan semata proyek finansial, melainkan gerakan moral dan spiritual untuk mewujudkan ekonomi yang adil, berdaya, dan berkeadaban.
“SDM yang unggul adalah mereka yang bekerja dengan ilmu, amanah, dan kasih, demi kesejahteraan bersama,” ujar Hilmy sebagai moderator dalam pernyataan penutup. []
Baca juga : Pimcab Muslimah ABI Balikpapan Gelar Pelatihan Tingkat Dasar (PTD): Perkuat Kaderisasi dan Soliditas Umat
