Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Ketua MPA HPI Iran Jelaskan Penyebab Ledakan di Pelabuhan Syahid Rajai

Ketua MPA HPI Iran Jelaskan Penyebab Ledakan di Pelabuhan Syahid Rajai

Ahlulbait Indonesia — Sebuah ledakan besar mengguncang Pelabuhan Syahid Rajai di kawasan Bandar Abbas, Iran, pada Sabtu, 26 April 2025. Insiden yang menewaskan setidaknya 70 orang dan melukai lebih dari 1.400 lainnya itu menimbulkan pertanyaan besar: kecelakaan murni atau sabotase politik?

Dalam wawancara eksklusif via Podcast Media ABI pada Sabtu (03/5), bersama Sayyid Muhammad Mahdi, Ketua Majelis Perwakilan Anggota HPI Iran, dijelaskan bahwa ledakan tersebut bermula dari kesalahan administratif perusahaan petrokimia lokal. Perusahaan tersebut, demi menghindari prosedur panjang dan biaya tambahan, diduga mengirim bahan kimia berbahaya melalui zona pelabuhan yang diperuntukkan bagi bahan tidak mudah terbakar.

“Ini murni kelalaian,” tegas Sayyid Mahdi. “Petugas forklift di lokasi tidak berhati-hati, dan percikan api menyambar truk bermuatan 50 ton, memicu ledakan hebat.”

Pemerintah Iran telah melakukan investigasi dan merilis laporan awal yang menyalahkan kelalaian perusahaan dan minimnya fasilitas keamanan seperti pemindai X-ray di pelabuhan. Namun, di balik laporan resmi ini, muncul gelombang narasi yang mencoba mengaitkan insiden ini dengan dinamika geopolitik yang lebih luas.

Narasi Politik dan Tuduhan Sabotase

Berbarengan dengan kejadian ini, Iran diketahui tengah menjalani negosiasi tidak langsung dengan Amerika Serikat di Oman, yang berlangsung pada hari dan jam yang hampir bersamaan dengan waktu ledakan. Hal ini memicu spekulasi bahwa insiden tersebut merupakan bentuk sabotase untuk menekan posisi Iran dalam perundingan.

Baca juga : DPP ABI dan Asosiasi FKUB Indonesia Sepakat Perkuat Sinergitas Kerukunan Umat Beragama

“Narasi-narasi yang menyudutkan militer Iran atau IRGC muncul dengan cepat, terutama dari media-media luar seperti The Times of Israel,” ungkap Sayyid Mahdi. Ia menilai bahwa pola tuduhan terhadap Iran selalu mengikuti skenario yang sama: menyerang Pemimpin Tertinggi dan Garda Revolusi Iran (IRGC), sebagai simbol kekuatan dan kedaulatan negeri itu.

Namun, tidak seperti kasus Mahsa Amini yang memicu protes besar-besaran, tragedi ini justru menumbuhkan solidaritas publik. “Warga Iran cukup cerdas. Mereka tahu negaranya punya banyak musuh, dan mereka tidak mau dimanfaatkan untuk menjatuhkan sistem yang ada,” imbuhnya.

Respon Pemerintah dan Kesadaran Masyarakat

Menurut Sayyid Mahdi, pemerintah Iran merespons dengan terbuka. Mereka tidak menutupi kelemahan administratif atau teknis, melainkan mengungkapkannya secara jujur ke publik. Hal ini dianggap sebagai upaya memperkuat kepercayaan masyarakat sekaligus menghindari manipulasi isu oleh pihak luar.

Ia juga menekankan pentingnya literasi digital di era “tsunami informasi”, di mana publik mudah terbawa oleh narasi tanpa logika atau sumber terpercaya. “Logika sederhana saja sudah cukup untuk menangkis hoaks,” ujarnya. “Kalau memang itu bahan peledak militer, mengapa dikirim lewat pelabuhan sipil dan berisiko membunuh warga sipil sendiri?”

Pelajaran dari Iran untuk Dunia

Tragedi di Pelabuhan Syahid Rajai membuka pelajaran penting tentang perlunya kepatuhan administratif dalam pengelolaan bahan berbahaya. Namun lebih dari itu, peristiwa ini menyoroti bagaimana sebuah insiden bisa dijadikan alat perang narasi oleh kekuatan global.

“Ketika Israel menyerang, Iran secara terbuka mengakuinya dan membalas. Tapi dalam kasus ini, Iran belum menyebut adanya unsur sabotase. Artinya, mereka konsisten dan transparan,” kata Sayyid Mahdi.

Kejadian ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang dibanjiri informasi dan opini, ketahanan publik terhadap manipulasi narasi menjadi senjata paling efektif untuk menjaga kebenaran.[]

Baca juga : Ketua DPW ABI DKI Jakarta Hadiri Peringatan Waisak Nasional PKB 2025