Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Ketua Umum ABI: “Bersama Ormas ABI, Meniti Jalan Taklif, Menggapai Ridha Allah SWT”

Jakarta, 14 Desember 2025 — Sambutan Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, pada pembukaan Rapat Pleno DPP ABI 2025 pada 12 Desember 2025, yang bertepatan dengan penandatanganan MoU ABI dan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta, menegaskan arah ideologis dan spiritual gerak organisasi ABI sebagai jalan pengabdian, bukan aktivitas kelembagaan semata.

Dalam pandangan Ketua Umum, rapat pleno bukan hanya forum administratif untuk evaluasi dan perencanaan, melainkan bagian dari proses tazkiyatun nafs kolektif, yakni menilai sejauh mana kerja-kerja organisasi telah mendekatkan pengurus dan anggota pada tujuan hakiki, yaitu ridha Allah SWT. Apresiasi Ustadz Zahir atas capaian departemen bukan hanya pengakuan kinerja, tetapi penegasan bahwa visi AB untuk membangun umat pengikut Ahlul Bait secara menyeluruh, mulai menemukan bentuk nyatanya.

Ustadz Zahir menegaskan bahwa ABI tidak boleh direduksi menjadi organisasi sosial biasa. ABI adalah ruang taklif, ruang tanggung jawab Ilahiah. Dalam pandangannya, taklif bukan beban administratif, melainkan panggilan eksistensial manusia sebagai hamba Allah yang sadar, berkehendak, dan bertanggung jawab. Menjadi pengurus ABI berarti menerima amanah Ilahi untuk bekerja, melayani, dan berjuang dalam kesadaran penuh bahwa setiap langkah akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam kerangka ini, organisasi dipahami sebagai sair wa suluk, sebuah perjalanan rohani kolektif menuju Allah. Ustadz Zahir mengutip pandangan Syahid Ayatullah Husein Beheshti bahwa organisasi adalah tempat ibadah. Ibadah di sini tidak dibatasi pada ritual personal, melainkan mencakup seluruh aktivitas yang dijalankan dengan niat pengabdian. Ketika rapat, program, konflik, dan pengorbanan dijalani dengan kesadaran Ilahiah, organisasi berubah menjadi jalan suluk.

Beliau menjelaskan bahwa sair wa suluk dalam perspektif irfan amali bukan perjalanan instan, melainkan proses bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Mengutip Imam Khomeini, perjalanan spiritual adalah migrasi batin adalah perjalanan melewati rintangan ego, ambisi, dan hawa nafsu menuju Allah SWT. Karena itu, kerja organisasi yang sejati selalu dimulai dari perjuangan melawan diri sendiri sebelum menata masyarakat.

Ustadz Zahir kemudian mengajukan pertanyaan mendasar, apakah kesempurnaan spiritual hanya dapat diraih melalui ibadah personal, atau juga dapat dicapai melalui perjuangan sosial?

Jawaban ideologis ABI tegas, bahwa suluk sosial adalah jalan sah menuju keridaan Tuhan.

Aktivitas organisasi, selama diniatkan sebagai pengabdian, merupakan manifestasi ibadah. Seluruh realitas sosial dan personal adalah tajalli (penampakan) nama dan sifat Allah, sebagaimana firman-Nya: Ainama tuwallu fatsamma wajhallah.

Ustadz Zahir menekankan bahwa Islam secara konsisten mengaitkan aktivitas duniawi dengan nilai spiritual. Mencari nafkah halal, menjaga lingkungan, membela kaum tertindas, hingga kerja-kerja kemanusiaan merupakan jalan penyempurnaan diri bila dilakukan dalam kerangka penghambaan. Kunci dari seluruh aktivitas tersebut adalah niat dan kesadaran taklif, yaitu berbuat karena Allah, untuk Allah, dan menuju Allah.

Menutup sambutannya, Ustadz Zahir menyapa para kader ABI sebagai para salik, penempuh jalan Allah melalui organisasi. Beliau mengingatkan bahwa perjalanan ini masih panjang, penuh ujian, dan sering kali sunyi. Namun jauhnya jalan, minimnya kawan, dan beratnya cobaan bukan alasan untuk surut, melainkan tanda bahwa jalan ini memang jalan para pencari kebenaran.

Dalam konteks itulah slogan ABI tahun 2026 ditegaskan bukan sebagai jargon, melainkan sebagai orientasi eksistensial organisasi: “Bersama Ormas ABI, Meniti Jalan Taklif, Menggapai Ridha Allah SWT.”

Slogan ini menegaskan bahwa ABI bukan tujuan, melainkan jalan. Bukan tempat bernaung ego, melainkan medan pengabdian. Bukan organisasi formal belaka, melainkan perjalanan ruhani kolektif menuju Allah SWT. []

Continue Reading