Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Ketum ABI: Ikhtiar Organisasi dalam Mengemban Amanah Rencana Agung Ilahi

Ketua Umum ABI: "Asyura, Bagian dari Rencana Agung Ilahi"

Jakarta, 15 Juli 2025 — Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ahlulbait Indonesia (DPP ABI), Ustadz Zahir Yahya, menyampaikan sambutan dan arahan yang kaya akan nilai reflektif, historis, dan ideologis dalam rapat pengurus ABI, Selasa (15/7/2025). Acara yang digelar di Kantor Pusat ABI, Jakarta, ini berlangsung pasca peringatan Asyura dan rangkaian malam Muharram 1447 H, yang dihadiri oleh seluruh jajaran pengurus pusat.

Dalam pembukaan arahannya, beliau menyampaikan harapan agar seluruh rangkaian peringatan Asyura tidak berhenti sebagai ritual seremonial semata, tetapi dapat memberikan energi moral, kekuatan spiritual, dan manfaat nyata bagi umat, khususnya komunitas Ahlul Bait.

“Barusan kita memperingati Asyura dan malam-malam Muharram. Kita berharap bisa memperkuat, menambah semangat dan memberi manfaat bagi masyarakat luas, terutama komunitas Ahlulbait,” ujar beliau.

Karbala: Sebuah Fragmen dari Skenario Ilahi yang Lebih Besar

Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya memahami peristiwa Karbala dalam konteks yang lebih luas dari sekadar tragedi sejarah. Bagi beliau, seluruh yang diperlihatkan oleh Imam Husain as hingga kesyahidannya merupakan refleksi dari sebuah peta besar tentang Islam dan misi peradaban yang diemban oleh para maksum.

“Patut menjadi pemahaman kita bersama, seluruh apa yang ditampilkan Imam Husain sehingga berujung pada kesyahidan beliau, sebenarnya menyimpan gambaran besar tentang Islam,” terang beliau.

Ustadz Zahir menyatakan bahwa Karbala membuka banyak lapisan peristiwa yang belum seluruhnya tergali. Bahkan ribuan majelis dan lebih dari seratus peringatan tahunan di Indonesia sendiri belum mampu mengungkap keseluruhan pesan dan makna yang dikandungnya.

“Benar bahwa peristiwa itu menyita alur pemikiran kita, perlu waktu untuk memahaminya, maka perlu seribu tahun lebih untuk menyelenggarakan Asyura namun pelajarannya masih belum habis terkuras,” ujar beliau.

Dengan nada mengajak berpikir lebih jauh, beliau menyatakan: “Bagaimana kalau dikatakan bahwa peristiwa Asyura hanya bagian dari gambaran yang lebih besar, bukan keseluruhan peristiwa?”

Rencana Besar Tuhan: Misi Global Islam dan Keterlibatan Para Maksum

Menurut Ustadz Zahir, peristiwa Karbala hanya salah satu dari banyak terminal dalam sebuah rencana agung yang Allah siapkan bagi umat manusia. Sebuah rencana yang melibatkan peran para Nabi, Rasulullah, para Imam maksum, serta para ulama dalam rangka merealisasikan tujuan Ilahi yang lebih besar.

Beliau merujuk langsung pada firman Allah dalam QS. At-Taubah: 33: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan (membawa) petunjuk dan agama yang benar agar Dia mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.”

Beliau menegaskan bahwa seluruh skenario sejarah yang melibatkan pengorbanan para Nabi dan para maksum, sejatinya bertujuan untuk ‘liyudzhirahu ‘alad-dini kullih’, agar agama Allah tampil unggul di atas seluruh sistem dan ideologi lain. Tetapi, beliau mengingatkan, jalan menuju tujuan itu tidak pernah mudah.

“Allah memberikan isyarat bahwa di jalan ini banyak musuh dan penuh rintangan menghadang, ‘walau karihal-musyrikụn’. Orang-orang musyrik sudah pasti menghadang jalan ini,” ujarnya.

Keunggulan Islam: Teori dan Realitas Sosial

Ustadz Zahir mengajak para pengurus memahami lebih dalam tentang makna “keunggulan Islam” sebagaimana termaktub dalam ayat tersebut. Menurut beliau, Islam memang unggul dalam rasionalitas dan argumen, namun lebih dari itu, Islam harus mampu tampil sebagai sistem kehidupan yang nyata, hidup, dan adil.

“Para ulama menyebutkan dua aspek keunggulan Islam. Pertama karena globalisasi Islam. Islam menyebar ke seluruh pelosok bumi. Kedua, bukan hanya teori Islam lebih rasional dan Islam lebih relevan dengan semua aspek kehidupan, tetapi Islam yang secara nyata di kehidupan dunia ini bisa menghidupkan masyarakat dengan penuh keadilan, bermartabat, sejahtera, aman dan seterusnya,” jelas beliau.

Baca juga : DPW ABI NTB Bergabung dalam Aksi Gotong Royong Besar Bersihkan Lokasi Banjir Terparah di Riverside

Kegagalan ideologi-ideologi lain dalam membangun keadilan sosial, menurut beliau, justru menjadi pembuka jalan bagi Islam untuk tampil sebagai sistem alternatif yang sahih dan terpercaya.

Perjuangan Imam Husain: Penjaga Misi Peradaban Islam

Dalam bagian terpenting sambutannya, Ustadz Zahir kembali menegaskan bahwa pengorbanan Imam Husain bukan sekadar perlawanan terhadap ketidakadilan, melainkan tindakan strategis dalam menyelamatkan kesinambungan Islam sebagai misi global.

“Salah satu terminal besar rencana agung Allah ini adalah peristiwa Asyura. Karena di era Al Husain, upaya musuh untuk menghentikan laju Islam terjadi secara serius dan menentukan. Sehingga jika Al Husain tidak mengorbankan nyawanya, anak-anaknya, dan segala miliknya, maka rencana besar Tuhan akan habis,” ujar beliau.

Beliau melanjutkan bahwa Imam Husain sendiri menyatakan secara eksplisit ancaman terhadap eksistensi Islam bila Imam sampai berbaiat kepada Yazid: “Ketika diminta baiat untuk Yazid oleh Marwan, Imam mengatakan bahwa selamat tinggal Islam, jika dirinya sampai berbaiat kepada orang seperti Yazid.”

Penjelasan beliau kemudian mempertegas maksud Imam tersebut. “Tentu Islam secara lahiriyah masih ada, Islam personal yang melakukan shalat dan ibadah yang lain masih tetap dijalankan umat. Namun maksudnya adalah Islam Muhammadi, Islam yang sesuai tuntunan Rasulullah yang melingkupi semua aspek kehidupan, akan menjadi hilang.”

Revolusi Islam Iran: Fase Strategis dalam Rencana Ilahi

Dalam pandangan beliau, Revolusi Islam Iran adalah salah satu capaian penting dari rencana besar ini. Setelah sekian lama komunitas pengikut Ahlulbait ditekan dan dipaksa hidup dalam Taqiyah, revolusi yang dipimpin oleh Imam Khomeini mengubah konstelasi sejarah secara mendasar.

“Revolusi Islam Iran adalah tonggak sejarah yang merupakan bagian besar dari rencana besar Allah ini. Sekian lama umat Syiah ditindas, harus bertaqiyah, namun terjadilah revolusi dan bendera Ahlul Bait pun dikibarkan. Gerakan besar ini di bawah panji wakil Imam Mahdi, dan Imam Khomeini mengatakan bahwa revolusi ini dalam rangka menuju Imam Mahdi,” jelas beliau.

Lebih jauh, beliau menguraikan bahwa revolusi ini mentransformasikan hubungan personal kepada Ahlul Bait menjadi struktur sosial-politik yang mengakui kepemimpinan Ilahi.

“Gerakan ini merubah kebersyiahan, keberwilayahan dari afiliasi personal menjadi afiliasi komunal sosial. Masyarakat menerima kepemimpinan Ahlul Bait sebagai kepemimpinan Ilahiah. Mengatur semua aspek kehidupan di bawah kepemimpinan ilahi, dan ini tidak terjadi di masa para Imam sekalipun.”

Tugas Umat: Mempersiapkan Kemunculan Imam Mahdi

Sebagai penutup, Ustadz Zahir mengingatkan seluruh pengurus bahwa tugas umat tidak berhenti pada pembelaan simbolik. Masyarakat harus dipersiapkan secara menyeluruh agar ketika Imam Mahdi hadir, Imam tidak sendirian seperti para pendahulunya.

“Saat Imam terakhir muncul butuh pembela. Mohon maaf, jika saat Imam Mahdi muncul nanti namun tanpa pembela, nasibnya akan seperti saat kakeknya, yakni Imam Ali as. Hanya berperan secara personal; bercocok tanam dan menggali sumur. Atau akan berujung dengan diracun dan dipenjara, atau seperti Imam Husain yang terpenggal dan kepalanya ditancapkan di ujung tombak,” ungkap beliau.

Dengan penuh penekanan, beliau menyatakan: “Imam Mahdi ketika hadir butuh pembela, karena ketika hadir tidak menyelesaikan segala hal dengan mukjizat. Semuanya harus dipersiapkan matang.”

Beliau menutup pidatonya dengan seruan ideologis dan organisatoris:

“Sedemikian banyak arena yang bisa kita lakukan untuk mempersiapkan saat Imam Mahdi muncul nanti. Lintas etnik, bahasa, suku dan latar belakang, tapi semua memiliki peran, andil dan peluang yang sama untuk menampakkan agama Allah secara keseluruhan. Apa yang kita lakukan di ormas Ahlulbait Indonesia (ABI) seperti mempersiapkan infrastruktur, mempersiapkan SDM secara berkualitas dan handal adalah upaya memperkuat Imam Mahdi dalam menyelesaikan misinya. Maka berikanlah sakralitas dalam kerja-kerja kita itu dengan sudut pandang seperti ini, ” pungkasnya.

Catatan Redaksi:
Sambutan dan arahan ini bukan hanya menyuguhkan tafsir ulang atas sejarah Karbala dan Asyura, tapi juga menempatkan komunitas Syiah Ahlul Bait sebagai subjek aktif dalam proyek peradaban Islam global. Dalam narasi Ustadz Zahir, sejarah tidak berhenti pada masa lalu, melainkan mengalir sebagai proyek berkelanjutan menuju masa depan yang kelak akan dipimpin oleh figur eskatologis, yaitu Imam Mahdi afs.[]

Baca juga : DPW ABI Kaltim Resmi Dilantik, Siap Jadi Mitra Strategis Pembangunan dan Stabilitas Sosial Daerah