Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Ketum ABI: Pendidikan Sejak Dini Penentu Lost Generation atau Generasi Pemimpin

Ketum ABI: Pendidikan Sejak Dini Penentu Lost Generation atau Generasi Pemimpin

Bangil, 3 September 2025 — Dalam kunjungannya ke Mutiara Ilmu Camp (MIC), Bangil, pada 3 September 2025, Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, menegaskan bahwa pendidikan anak sejak dini adalah fondasi utama keberlangsungan komunitas Ahlul Bait. Beliau mengingatkan, tanpa keseriusan bersama, ancaman lahirnya lost generation nyata di hadapan kita.

Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Zahir didampingi Sekjen ABI, Sayyid Ali Ridho, serta Ketua Departemen Pemberdayaan Ekonomi, Sayyid Ali Reza. Turut hadir Ketua DPW ABI Jawa Timur, Ustadz Abdillah Baabud, beserta rombongan, di antaranya Bapak Muadz dan Bapak Sonhaji. Dari DPD Kabupaten Pasuruan hadir Sayyid M. Tohir (Ketua), Sayyid Muhammad Alhaddad, dan Bapak Arif. Adapun dari DPD Kota Pasuruan hadir Sayyid Ahmad Salim (Ketua) dan Sayyid Hud Assegaf.

Dari unsur Yayasan Mutiara Ilmu Unggul tampak Sayyid Abdul Kadir Almuhdhor (Pembina), Bapak Vita Wardhana (Ketua Yayasan), Bapak Ihsan Gunadi (Pengawas), serta Bapak Ali Imrom (Kepala Sekolah SD Plus Mutiara Ilmu Bangil). Ibu Ruqoiyah Baagil, Direktur MI Camp, juga turut hadir.

Di hadapan para pengasuh, guru, dan pengurus yayasan, Ustadz Zahir menegaskan bahwa pendidikan bukan hanya kewajiban moral, tetapi strategi peradaban. Yang dipertaruhkan bukan sebatas individu, melainkan kesinambungan generasi dan cita-cita besar komunitas.

Pendidikan sebagai Strategi Peradaban

Memulai sambutan, Ustadz Zahir menegaskan bahwa pendidikan tidak cukup dipandang sebagai kewajiban moral semata, melainkan sebagai strategi peradaban.

“Yang dipertaruhkan bukan sebatas individu, melainkan kesinambungan generasi dan cita-cita besar komunitas,” tegas beliau.

Beliau menambahkan, pendidikan adalah sektor paling sensitif yang menentukan arah masa depan. Tanpa kesungguhan menanamkan nilai sejak usia dini, generasi penerus akan berisiko tercerabut dari akar keyakinan orang tuanya.

Baca juga: ABI dan Mutiara Ilmu Camp (MIC) Bahas Pendidikan Karakter dan Solusi Lost Generation

Keterbatasan Peran Keluarga

Beliau kemudian menyoroti keterbatasan sebagian keluarga dalam mendidik anak yang menurut beliau, diperlukan relasi dengan komunitas untuk mengisi keterbatasan itu.

“Anak sering lebih mudah dididik oleh pihak lain. Maka komunitas harus hadir untuk mengisi ruang ini,” tegasnya.

Untuk mengantisipasi itu, Ustadz Zahir mengingatkan pentingnya tiga fase emas dalam pertumbuhan anak:

1. Tujuh tahun pertama: pembentukan akidah, akhlak, dan disiplin dasar.
2. Tujuh tahun kedua: pengembangan tanggung jawab dan karakter.
3. Tujuh tahun ketiga: penguatan intelektual dan spiritual menuju kedewasaan.

Kalau fase emas ini gagal dilewati dengan benar, kerusakan yang timbul hampir mustahil dipulihkan,” ujar beliau.

Baca juga : ABI dan Mutiara Ilmu Camp (MIC) Bahas Pendidikan Karakter dan Solusi Lost Generation

Minimnya Madrasah Ahlul Bait

Di tengah tantangan ini, beliau juga menyoroti minimnya lembaga pendidikan berbasis Ahlul Bait di Indonesia.

“Kalau keluarga tidak bisa menyampaikan nilai, sekolah umum juga tidak mengajarkan, dan madrasah diniyah pun hanya ada di sedikit kota, maka dari mana anak-anak kita mendapatkan pendidikan sesuai keyakinan?” ungkap beliau.

Menurutnya, pendidikan formal harus bertumpu pada tiga pilar: kurikulum berbasis nilai Islam Ahlul Bait, guru yang kompeten sekaligus berintegritas, serta interaksi yang manusiawi antara guru, pengasuh, dan siswa.

Beliau mengapresiasi MIC karena mampu menghadirkan pendekatan humanis ini. “Anak-anak tidak hanya dididik dengan ilmu, tetapi juga dibimbing dalam suasana islami dan penuh kasih sayang. Inilah yang harus kita dukung,” kata beliau.

Ustadz Zahir juga menekankan pentingnya membuktikan pernyataan komunitas Ahlul Bait dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, beliau menyebut keberhasilan Lembaga Falak ABI, serta sekolah Al-Kawthar di Malang, Lazuardi di Jakarta, dan MIC Bangil yang kini bahkan menjadi favorit masyarakat luas.

Optimisme dan Ajakan

Meski sarat peringatan, sambutan Ustadz Zahir diakhiri dengan optimisme mendalam.

“Ini bukti nyata bahwa kita punya potensi besar. Mari singsingkan lengan baju, lakukan yang terbaik untuk komunitas ini. Kita akan berkembang, tumbuh, dan janji Allah pasti akan terwujud,” pungkas beliau.

Beliau menegaskan, perjalanan mungkin tidak secepat yang diharapkan, tetapi dengan kesungguhan, komunitas Ahlul Bait akan tumbuh menjadi leading community.

Penutup

Ustadz Zahir pun mengajak seluruh pihak bekerja keras dan berbuat nyata, terutama dalam pendidikan anak-anak, demi masa depan komunitas serta kejayaan Islam dan Ahlulbait di Indonesia. Di akhir, beliau menyampaikan apresiasi kepada yayasan, pengurus, dan seluruh hadirin, seraya mendoakan taufik dan inayah Allah untuk perjuangan bersama. []

Baca juga : Diklatsar V ABI Responsif Tekankan Spirit Relawan dan Khidmat Sosial