Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Menggerakkan Jiwa, Menghidmati Umat: Catatan Stadium General Ustadz Muhsin Labib di Muswil ABI Jatim IV

Menggerakkan Jiwa, Menghidmati Umat: Catatan Stadium General Ustadz Muhsin Labib di Muswil ABI Jatim IV

Pandaan, 4 Mei 2025 – Dalam suasana hangat yang sarat refleksi spiritual dan intelektual, Ustadz Muhsin Labib tampil sebagai pembicara utama dalam Stadium General yang dimoderatori oleh Cak Muadz Dimyati. Acara ini menjadi pembuka resmi Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-IV Dewan Pengurus Wilayah Ahlulbait Indonesia (DPW ABI) Jawa Timur, yang digelar di Pandaan, Kabupaten Pasuruan.

Dalam pemaparannya, Ustadz Muhsin Labib  sebagai anggota Dewan Syura ABI, menekankan bahwa jiwa adalah inti dan substansi dari eksistensi manusia. Segala aktivitas berpangkal pada gerak jiwa. “Jiwa adalah pelaku utama dalam setiap tindakan. Gerak adalah syarat kesempurnaan. Hanya Allah yang tidak bergerak karena telah sempurna,” ujarnya.

Beliau menegaskan bahwa manusia adalah makhluk yang secara kodrati bergerak menuju penyempurnaan. “Tidak ada ujung jalan, yang ada hanyalah ujung perjalanan. Kita semua sedang menapaki jalur itu, menyusul satu sama lain,” lanjutnya.

Dalam konteks kehidupan berorganisasi, terutama di tubuh Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Labib menyampaikan bahwa nilai pengabdian seseorang sangat ditentukan oleh kualitas jiwanya. “Jiwa yang hendak bergerak membutuhkan pengetahuan dan semangat. Dan semangat itu dipantik oleh kedalaman pengetahuan,” terangnya.

Ustadz Labib juga menyinggung terbentuknya komunitas Ahlulbait di Indonesia yang menurutnya berlangsung secara organik. “Banyak yang menjadi Syiah bukan karena direkrut secara formal, melainkan karena proses pencarian dan kesadaran yang tumbuh secara alami.”

Baca juga : Muslimah ABI Jepara Kunjungi Ketua Fatayat NU: Merawat Keragaman dan Persaudaraan

Lebih jauh, Ustadz Labib menekankan bahwa inti dari kesyiahan bukanlah kecerdasan, melainkan kepatuhan. “Imam Ali adalah contoh paripurna dalam hal ini. Ia adalah umat dan sekaligus pengikut Nabi yang patuh dengan kesadaran dan pengetahuan. Kepatuhan semacam ini yang harus kita teladani, bukan yang emosional dan naik-turun, melainkan yang stabil dan konsisten,” ujarnya penuh keyakinan.

Pada bagian lain, beliau juga mengkritisi paradigma umum tentang organisasi kemasyarakatan (ormas) yang sering kali dikaitkan dengan kekuasaan dan fasilitas. “Ahlulbait Indonesia tidak dibangun dengan logika untung-rugi. Bahkan mungkin tidak mendapatkan balasan atau pengakuan dari manusia. Tapi Karbala sudah cukup menjadi alasan kita untuk bergerak tanpa pamrih,” katanya mengacu pada pengorbanan Imam Husain.

Di akhir penyampaiannya, Ustadz Muhsin Labib menyerukan semangat pelayanan sosial yang inklusif. “Siapa pun yang membutuhkan harus kita bantu, tanpa memandang apakah mereka bagian dari organisasi kita atau tidak, bahkan jika mereka non-Muslim sekalipun. Sampai akhirnya semua orang merasa menjadi bagian dari kita, baik secara formal maupun informal.”

Stadium General ini menegaskan kembali ruh spiritual dan moralitas Ahlulbait Indonesia (ABI) sebagai perwujudan nilai-nilai imamah dan pengabdian tanpa pamrih. Sebuah panggilan suci untuk menggerakkan jiwa dalam bingkai kesadaran, pengetahuan, dan kepatuhan. []

Baca juga : Sayyid Ahmad Muhajir Kembali Pimpin DPW ABI Sumsel 2024–2029