Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Peringatan Asyura 1447 H di Jakarta: Hujan Tak Halangi Ribuan Jamaah Menyimak Spirit Perjuangan Imam Husain

Peringatan Asyura 1447 H di Jakarta: Hujan Tak Halangi Ribuan Jamaah Menyimak Spirit Perjuangan Imam Husain

Jakarta, Minggu, 6 Juli 2025 — Langit mendung dan hujan cukup deras yang mengguyur kawasan Jakarta Timur tidak menyurutkan langkah ribuan jamaah dari berbagai penjuru Jabodetabek untuk menghadiri peringatan Asyura 10 Muharram 1447 H di Kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Acara yang diinisiasi oleh Lembaga Komunikasi Ahlul Bayt (LKAB) Jakarta ini mengangkat tema besar: “Spirit Perjuangan Al-Husain as. di Karbala untuk Keutuhan NKRI dan Kemerdekaan Palestina.”

Sejak pagi hari, kawasan sekitar TMII mulai dipadati oleh berbagai kalangan masyarakat. Hujan yang turun sejak tengah hari justru memperkuat suasana haru dan kekhidmatan dalam majelis. Jamaah bertahan, sebagian di dalam gedung, sebagian lainnya berdesakan di luar ruangan, berdiri dengan payung atau jas hujan, tetap fokus menyimak lantunan doa, salam ziarah, dan ceramah yang menggugah kesadaran moral dan spiritual.

Duka Karbala dan Semangat Kemanusiaan

Peringatan dibuka dengan ziarah dan salam kepada Rasulullah SAW, Imam Husain as., dan para syuhada Karbala. Ustadz Miqdad Turkan memulai khutbah dengan menyampaikan belasungkawa kepada Rasulullah SAW, Imam Mahdi as., para marja, dan seluruh kaum mukmin atas tragedi besar Karbala yang merenggut nyawa cucu Nabi, Imam Husain bin Ali as.

Dalam ceramah berdurasi sekitar satu jam itu, Ustadz Miqdad menjelaskan bahwa Asyura adalah Yaumul Furqan, hari pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Seperti halnya Perang Badar yang disebut Al-Qur’an sebagai Yaumul Furqan, Karbala adalah ujian eksistensial akidah, yakni antara barisan kebenaran yang dipimpin Imam Husain dan barisan kebatilan di bawah Yazid bin Muawiyah.

“Tidak ada jalan tengah dalam Asyura. Pilihannya hanya dua: bersama al-Husain atau bersama musuh al-Husain,” tegas beliau.

Menolak Kompromi, Meneguhkan Prinsip

Baca juga : Peringatan Tragedi Karbala 1447 H di Malang: Menyambut Rencana Ilahi dan Kebangkitan Spirit Perlawanan

Ustadz Miqdad mengisahkan bagaimana Imam Husain menolak keras tawaran Marwan bin Hakam agar berbaiat kepada Yazid dengan imbalan jaminan keselamatan dan kenyamanan duniawi. Imam Husain dengan tegas menolak dan menyatakan bahwa jika umat dipimpin oleh pemabuk dan pembunuh, maka Islam tinggal nama. “Islam akan terkubur apabila umat diam terhadap pemimpin fasik. Husain berdiri bukan demi keluarga, mazhab, atau kekuasaan, tapi demi membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah.”

Beliau juga menguraikan makna “jahalah” dan “dhalaalah” yang diperangi oleh Imam Husain, bukan sekadar kebodohan, tapi hilangnya akal rasional dan banjir informasi sesat yang menjadikan manusia tunduk kepada tirani tanpa kesadaran.

Seruan Lintas Golongan dan Agama

Ceramah tersebut memuat seruan moral yang diarahkan secara eksplisit kepada berbagai kelompok.

Syiah harus menjadi yang terdepan membela ajaran Imam Husain secara nyata, karena setiap ziarah Asyura mengandung sumpah, “Ana harbun liman harabakum wasilmun liman salamakum.”

Saudara Ahlusunah wal Jamaah diingatkan bahwa mencintai Imam Husain adalah mencintai cucu Nabi. Melarang peringatan Asyura berarti menolak kesedihan Nabi sendiri.

Non-Muslim, diingatkan bahwa Imam Husain adalah simbol universal keadilan dan kemanusiaan. Beliau bukan sekadar tokoh agama, tapi pejuang martabat manusia. “Imam Husain adalah milik siapa saja yang menganggap dirinya manusia,” ujar beliau.

Baca juga : Peringatan Tragedi Karbala di Jawa Timur: Penegasan Spirit Perlawanan terhadap Kezaliman

Membangun Bangsa Berbasis Nilai Husaini

Dalam konteks kebangsaan, Ustadz Miqdad menyatakan bahwa NKRI harus dibangun di atas nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan kebebasan, tiga nilai pokok yang diwariskan oleh Imam Husain.

“Ketika kami berkata ‘NKRI harga mati’, itu bukan slogan politik. Itu adalah pernyataan ideologis dari ajaran Husain,” katanya, disambut takbir dari jamaah.

Beliau juga menyampaikan bahwa Ormas Ahlul Bait Indonesia (ABI) memiliki jaringan di lebih dari 140 kabupaten/kota dan siap menyumbangkan kader-kader terbaik untuk pembangunan bangsa.

Palestina dan Inspirasi Karbala

Perjuangan Palestina turut menjadi pokok bahasan. Menurut beliau, Palestina tidak merdeka bukan karena kekurangan jumlah umat Islam, tetapi karena hilangnya wibawa dan prinsip. Ustadz Miqdad mengajak umat untuk belajar dari Karbala. “Palestina akan merdeka jika umat Islam kembali kepada semangat al-Husain. Gandhi saja berkata: ‘Aku belajar dari Husain bagaimana menjadi tertindas tapi tetap menang.’”

Labbaik Ya Husain Menggema di Tengah Hujan

Puncak acara ditandai dengan seruan berulang kali, “Labbaik ya Husain!” dari seluruh penjuru ruangan. Meskipun hujan tidak kunjung reda, tidak ada tanda kelelahan atau keengganan dari para hadirin. Tangis, takbir, dan semangat menyatu dalam suasana spiritual yang kental.

Jamaah berdiri khusyuk, menyatakan kesetiaan kepada jalan kebenaran Imam Husain as. bukan hanya secara spiritual, tetapi sebagai komitmen ideologis untuk membela kebenaran di tengah masyarakat modern yang penuh ambiguitas.

Catatan Redaksi

Asyura 1447 H di Jakarta adalah bukti bahwa semangat perjuangan melampaui sekat waktu, tempat, bahkan agama. Di bawah deras hujan, ribuan jiwa bertahan demi menyimak nilai-nilai keadilan dan kebebasan yang diajarkan Imam Husain. Sebuah peringatan yang bukan hanya mengenang masa lalu, tapi menyerukan perubahan bagi masa depan bangsa dan umat manusia. []

Baca juga : Peringatan 10 Asyura 6 Juli 2025 di Semarang: Cahaya Al-Husain di Tengah Kezaliman

Continue Reading