Kegiatan ABI
Peringatan Syahadah Imam Husain di Semarang Berlangsung Khidmat, Tegaskan Nilai Keadilan dan Kerukunan Lintas Agama

Semarang, 6 Juli 2025 — Peringatan Syahadah Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib di Kota Semarang berlangsung khidmat dan penuh semangat reflektif yang berlangsung pada Sabtu (6/7). Ribuan berbagai lapisan masyarakat dari berbagai kota di JAwa Tengah dan latar belakang hadir dalam acara yang menandai 10 Muharram 1447 H tersebut. Tak hanya dihadiri kalangan Muslim, acara ini juga menjadi ruang perjumpaan perwakilan dari pejabat-pejabat pemerintah dan lintas agama dengan kehadiran 11 organisasi keagamaan yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Semarang.
Acara peringatan tahunan yang telah berlangsung rutin selama 20 tahun ini menegaskan bahwa nilai-nilai perjuangan Imam Husain dalam tragedi Karbala telah menjadi inspirasi universal tentang keadilan, keteguhan moral, dan keberanian menolak kezaliman.
Pembukaan Khidmat, Ceramah Inti Disampaikan Ustadz Abdullah Assegaf
Acara diawali dengan pembacaan doa dan tilawah Al-Quran, dilanjutkan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya sebagai simbol komitmen kebangsaan dan semangat kebhinekaan.
Ceramah utama dalam acara ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Assegaf, yang mengupas dimensi spiritual dan moral perjuangan Imam Husain. Beliau menegaskan bahwa Karbala adalah panggung ujian integritas dan kemanusiaan. “Kebangkitan dan perlawanan Aba Abdillah Husain itu bukan perlawanan Al-Husain sebagai individu yang melawan kekuasaan seorang berjubah yang duduk di singgasana di Damaskus. Akan tetapi kebangkitan ini, peristiwa lebih jauh dari hal tersebut,” jelasnya.
Pemprov Jateng: Husain, Teladan Kepemimpinan Bermoral
Baca juga : Peringatan Tragedi Karbala 1447 H di Malang: Menyambut Rencana Ilahi dan Kebangkitan Spirit Perlawanan
Bapak Muhammad Yusuf, S.Ag., M.M, yang hadir mewakili Gubernur Jawa Tengah Komjen Pol (Purn) Drs. Ahmad Luthfi, S.H., S.St.M.K, menyampaikan bahwa tragedi Karbala adalah titik penting dalam sejarah umat Islam yang harus dipahami secara jernih.
“Imam Husain menolak memberikan legitimasi kepada kekuasaan yang dzalim, karena baginya prinsip lebih utama daripada kekuasaan. Keputusan beliau adalah bentuk tertinggi dari tanggung jawab moral dan spiritual,” ujar Yusuf.
Ia menambahkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berupaya membangun tata kelola pemerintahan yang berkeadilan dengan menjadikan nilai-nilai perjuangan seperti yang dicontohkan oleh Imam Husain sebagai inspirasi.
Pemkot Semarang: Haul ini Menghidupkan Semangat Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Baca juga : Peringatan Tragedi Karbala di Jawa Timur: Penegasan Spirit Perlawanan terhadap Kezaliman
Dalam sambutan perwakilan Wali Kota Semarang, Drs. Ali Sofyan, M.M, disampaikan bahwa kesyahidan Imam Husain adalah pengingat untuk seluruh umat Islam agar terus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar dalam kehidupan sehari-hari.
“Perjuangan Imam Husain adalah ajakan nyata untuk tidak diam terhadap ketidakadilan. Kita semua punya tanggung jawab moral untuk meneruskan nilai perjuangan beliau,” ungkapnya.
Kemenag: Empat Tahun Terakhir Berjalan Aman dan Tertib
Baca juga : Peringatan 10 Asyura 6 Juli 2025 di Semarang: Cahaya Al-Husain di Tengah Kezaliman
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Semarang, H. Muhtasit, S.Ag., M.Pd, melalui utusan KH. Syarif Hidayatullah, menyatakan bahwa peringatan ini telah menunjukkan kematangan sosial masyarakat.
“Empat tahun terakhir, acara ini berjalan dengan tertib, damai, dan tidak ada satu pun penolakan. Kami sangat mengapresiasi penyelenggara dan masyarakat atas kedewasaan ini,” ujarnya.
Ia menyebut situasi kondusif ini turut mendukung pengakuan Semarang sebagai salah satu kota paling harmonis di Indonesia.
FKUB: Dari Ketegangan Menjadi Kepercayaan
Baca juga : Peringatan Asyura 1447 H di Jakarta: Hujan Tak Halangi Ribuan Jamaah Menyimak Spirit Perjuangan Imam Husain
Ketua FKUB Kota Semarang, Drs. KH. N. Mustam Aji, M.M, menyampaikan bahwa peringatan ini merepresentasikan pergeseran besar dalam kesadaran sosial.
“Dulu, awal-awal hadir ke acara seperti ini, suasananya menegangkan, penuh kecurigaan. Sekarang, kita semua hadir dengan tenang, saling percaya. Ini buah dari proses panjang membangun kerukunan,” kenangnya.
Ia juga menyebut bahwa masyarakat Jawa punya kearifan lokal di bulan Asyura, di mana banyak yang menahan diri dari perayaan sebagai bentuk simpati atas kesyahidan Imam Husain.
Dukungan Lintas Iman: 11 Organisasi Hadir Menyatakan Solidaritas
Peringatan Syahadah Imam Husain tahun ini menjadi momen lintas iman yang inklusif, dengan kehadiran perwakilan dari:
1. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)
2. Majelis Buddhayana Indonesia (MBI)
3. Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
4. Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan (HAK) Kevikepan Semarang
5. Persekutuan Gereja-Gereja Kristen Semarang (PGKS)
6. Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan YME Indonesia (MLKI)
7. Yayasan Percik dan eLSA Semarang
8. Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI) Kota Semarang
9. FKUB Kota Semarang
Juga hadir lima organisasi perempuan lintas iman, antara lain WHDI, WANDANI, WKRI, PWKI, dan PUAN HAYATI Jawa Tengah.
Penutup: Karbala, dari Monumen Duka menjadi Narasi Bersama
Peringatan Kesyahidan Imam Husain di Semarang kembali menegaskan bahwa tragedi Karbala bukan milik satu kelompok saja. Di tengah pluralitas Indonesia, semangat al-Husain menjadi kompas moral dalam memperjuangkan keadilan, merawat keberagaman, dan menolak segala bentuk kezaliman. Di kota yang menyebut dirinya “paling toleran ketiga se-Indonesia” ini, Syahadah Imam Husain bukan sekadar peringatan, tetapi panggilan untuk bertindak. []
Baca juga : DPD ABI Jepara Hadir di Forum Antar Umat: Menafsir Asyura sebagai Nilai Kebangsaan