Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Peringati Syahadah Imam Hasan al-Mujtaba: ABI Sampaikan Belasungkawa Mendalam

Peringati Syahadah Imam Hasan al-Mujtaba: ABI Sampaikan Belasungkawa Mendalam

Ahlulbait Indonesia — Dalam rangka memperingati syahadah Imam Hasan al-Mujtaba pada 7 Safar (menurut riwayat kedua), keluarga besar Ahlulbait Indonesia (ABI) menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada seluruh umat Islam, khususnya para pecinta Ahlul Bait a.s.

Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal ABI, Sayyid Ali Ridho Assegaf, melalui pesan WhatsApp pada Kamis (31/7). Dalam pesannya, beliau menulis:

“Keluarga besar AHLULBAIT INDONESIA (ABI) menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas syahadah Imam Hasan al-Mujtaba a.s., yang bertepatan dengan 7 Safar (menurut riwayat kedua).”

Kepada Media ABI, Sayyid Ali Ridho menjelaskan: “Imam Hasan a.s. adalah seorang Imam yang dikenal sebagai abid (ahli ibadah) di zamannya. Beliau menunaikan ibadah haji sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki.

Selain beliau Abid, beliau juga dikenal sebagai karim Ahlul Bait, sebagai sosok yang pemaaf dan gemar berderma, karakter ini sudah sangat melekat dalam pribadi suci beliau”, tegas Sayyid Ali Ridho.

Nasab, Kelahiran, dan Pemberian Nama

Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim berasal dari Bani Hasyim, suku Quraisy. Beliau merupakan cucu pertama Nabi Muhammad saw. dari putri kesayangannya, Sayidah Fatimah a.s.

Menurut pendapat yang masyhur, Imam Hasan dilahirkan di Madinah pada tanggal 15 Ramadhan tahun ke-3 Hijriah. Namun, sebagian riwayat lain menyebutkan kelahirannya terjadi pada tahun ke-2 Hijriah.

Pada hari kelahirannya, Nabi Muhammad SAW, mengumandangkan adzan di telinga beliau. Tujuh hari kemudian, dilaksanakan aqiqah dengan menyembelih seekor kambing sebagai bentuk syukur.

Makna Nama dan Julukan

Nama Hasan berasal dari bahasa Arab yang berarti “kebaikan”. Nama ini diberikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW., dan sebagian riwayat menyatakan bahwa nama tersebut datang dari ilham Ilahi. Ada pula pendapat yang menyamakan nama Hasan dan Husain dengan Syubbar dan Syubbair, nama dua putra Nabi Harun a.s.

Secara umum, literatur menyebutkan bahwa kuniyah (panggilan kehormatan) Imam Hasan a.s. adalah Abu Muhammad. Al-Khushaibi menambahkan bahwa beliau juga dipanggil Abul Qasim.

Baca juga : #PODCAST | Dunia Arab Bungkam, Gaza Menjerit: Krisis Palestina di Tengah Dilema Geopolitik Timur Tengah

Beberapa julukan (laqab) yang disematkan kepada Imam Hasan a.s. dan saudaranya, Imam Husain a.s., sebagaimana dikutip dari kitab Alqāb al-Rasul wa ‘Itratihi, antara lain:

1. Sibthu Rasulillah (cucu Rasulullah)
2. Raihanatu Nabiyillah (bunga harum Nabi)
3. Sayyidu Syababi Ahlil Jannah (penghulu para pemuda surga)
4. Qurratu ‘Aini al-Batul
5. Alim, Mulham al-Haq, dan Qaid al-Khalq

Ibnu Abi al-Tsalj juga menyebutkan laqab khusus Imam Hasan a.s., seperti:
Amir, Hujjah, Kafi, Sibth, dan Wali.

Sementara itu, menurut Ibnu Syahr Asyub, julukan lain beliau antara lain:
Sibthu Awwal, Imam Tsani, Muqtada Tsalits, Dzikr Rabi, dan Mubahil Khamis.

Laqab Imam Hasan a.s. yang terkenal di kalangan Syiah meliputi: al-Mujtaba, al-Zaky, at-Taqi, dan Karim Ahlul Bait. Ibnu Thalhah asy-Syafi’i menambahkan bahwa julukan paling masyhur beliau adalah at-Taqi dan as-Sayyid, merujuk pada sabda Nabi:

“Sesungguhnya putraku ini adalah seorang sayyid (pemimpin).”

Kesyahidan

Menurut riwayat yang paling masyhur, Imam Hasan a.s. syahid pada tahun 50 H/670 M.

Mayoritas riwayat menyebutkan bahwa beliau wafat pada tanggal 28 Safar. Namun, ada juga riwayat yang menyebut tanggal 7 Safar dan bahkan sebagian menyebutkan salah satu hari di bulan Rabiul Awwal.

Syekh Mufid mencatat bahwa Imam Hasan wafat dalam usia 48 tahun. Perbedaan pendapat mengenai tanggal wafatnya menyebabkan variasi dalam penafsiran usia saat beliau syahid.

Riwayat Sunni dan Syiah secara umum sepakat bahwa Imam Hasan wafat karena diracun. Namun, beberapa sumber non-Syiah menyatakan bahwa beliau meninggal karena sakit yang menimpa dirinya.

Pemakaman

Berdasarkan riwayat dari Syekh Thusi, Imam Hasan a.s. berwasiat kepada saudaranya, Imam Husain a.s., agar dimakamkan di sisi makam kakek mereka, Nabi Muhammad saw. Namun, jika terjadi penolakan, Imam Husain tidak diperkenankan memaksakan kehendak demi menghindari pertumpahan darah.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Imam Hasan mewasiatkan agar jenazahnya setelah dimandikan dan dikafani, terlebih dahulu dibawa ke makam Rasulullah SAW, untuk memperbarui perjanjian, sebelum akhirnya dimakamkan di sisi makam neneknya, Fatimah binti Asad.

Saat prosesi membawa jenazah ke makam Rasulullah SAW., Marwan bin al-Hakam beserta seribu pasukan menghalangi dan mencegah pemakaman tersebut di lokasi yang diinginkan. []

Baca juga : Muscab Muslimah ABI PPU: Penguatan Tata Kelola Organisasi Berbasis Solidaritas dan Kebersamaan