Kegiatan ABI
#PODCAST: Kiprah ABI Jateng Membangun Toleransi di Tengah Tantangan Keberagaman
Ahlubait Indonesia — Podcast Media ABI edisi 14 Juli 2025 ini menghadirkan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) ABI Jawa Tengah, Sayyid Mustofa Al-Jufri, M.Psi, dalam sesi dialog mendalam bertajuk “Kiprah, Tantangan, dan Harapan ABI Jateng Menurut Ketua DPW”. Diskusi yang dipandu oleh host Billy Joe ini menyoroti dinamika komunitas Ahlul Bait di Jawa Tengah, peran ABI sebagai ormas Syiah resmi, serta kontribusinya dalam memperkuat ukhuwah dan komitmen kebangsaan.
Struktur Komunitas dan Ragam Aktivitas
Sayyid Mustofa menjelaskan bahwa komunitas Ahlul Bait di Jawa Tengah terbentuk melalui berbagai wadah, baik formal maupun kultural. Di luar struktur ABI, terdapat komunitas-komunitas Ahlul Bait yang bernaung di bawah yayasan, husainiah (lembaga keagamaan khas Syiah), hingga kelompok pemuda seperti Syabab Mahdawiyah, yang aktif dalam dakwah dan kegiatan sosial berbasis anak muda.
Secara organisatoris, ABI Jawa Tengah terdiri dari 12 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Setiap DPD menyelenggarakan kegiatan rutin seperti kajian keagamaan, peringatan hari besar Islam, dan program kepemudaan. ABI juga membina lembaga otonom seperti Pandu, serta tengah mempersiapkan organisasi pelengkap bernama ABI Responsif sebagai bentuk adaptasi terhadap isu-isu kontemporer.
Tantangan Intoleransi dan Strategi ABI
Ketua DPW ABI Jateng mengakui bahwa tantangan terbesar yang dihadapi adalah sikap intoleran dari sebagian kelompok masyarakat terhadap eksistensi Ahlul Bait dan Syiah. Dalam beberapa kasus, ekspresi keagamaan komunitas ini mendapat penolakan bahkan gangguan.
“Kami merespons dengan pendekatan dialog dan edukasi. Namun, jika gangguan memasuki ranah hukum, kami tidak segan menempuh jalur legal,” ujarnya. Langkah ini menurutnya berhasil meredam sikap-sikap ekstrem, serta memperlihatkan bahwa komunitas Ahlul Bait bukan kelompok yang bisa ditekan begitu saja.
Respons Masyarakat dan Relasi Lintas Ormas
Sayyid Mustofa menyatakan bahwa masyarakat Jawa Tengah secara umum menunjukkan sikap terbuka dan toleran terhadap ABI. Hal ini diperkuat dengan keterlibatan ABI di berbagai forum resmi seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), yang menjadi ruang strategis untuk membangun komunikasi lintas iman dan mazhab.
“Keterlibatan kami di forum-forum inilah yang membuat pandangan ABI semakin dipahami. Kami tidak eksklusif, kami ingin hadir sebagai mitra dalam menjaga harmoni,” tuturnya.
Di tingkat kelembagaan, ABI Jateng juga menjalin relasi aktif dengan pemerintah daerah, Kesbangpol, MUI, Kemenag, serta aparat keamanan. Salah satu kontribusi konkret ABI adalah keterlibatan dalam perumusan Piagam Watugong, sebuah dokumen kesepakatan bersama antarumat beragama di Jawa Tengah yang menegaskan komitmen pada moderasi dan toleransi.
Baca juga: Direktur ICC Jakarta Berkunjung ke DPP ABI
Program Strategis dan Penguatan Kelembagaan
Dari sisi internal, ABI menjalankan program kaderisasi, pendidikan, dan riset komunitas, termasuk pengembangan sistem digital keanggotaan bernama SIANGGA (Sistem Informasi Anggota Ahlul Bait Indonesia). Hingga tahun ini, lebih dari 300 anggota telah terdata secara resmi di Jawa Tengah.
Di tingkat eksternal, ABI menjalin komunikasi strategis dengan berbagai tokoh dan ormas seperti NU, Muhammadiyah, serta unsur masyarakat sipil lainnya melalui seminar, kunjungan, dan dialog terbuka. Program-program ini sejalan dengan agenda nasional ABI yang mendorong penguatan peran sosial dan kontribusi kebangsaan komunitas Syiah.
Menjaga Ukhuwah dan Semangat Kebangsaan
Menurut Sayyid Mustofa, seluruh pengurus ABI memiliki mandat untuk menjaga tiga dimensi ukhuwah: Islamiyah, Wathaniyah, dan Insaniyah. Prinsip ini ditegaskan dalam setiap pelantikan pengurus dan dokumen organisasi.
“ABI percaya bahwa NKRI akan tetap kokoh bila dibangun di atas toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Prinsip kami sederhana: jika tidak bersaudara dalam iman, maka bersaudara dalam kemanusiaan,” tegasnya.
Sayyid Mustofa juga menekankan bahwa nasionalisme adalah bagian dari keimanan. ABI memandang cinta tanah air bukan sebagai slogan, melainkan manifestasi spiritual yang konkret dalam kehidupan sosial.
Harapan dan Akses Masyarakat
Dalam penutup wawancara, Sayyid Mustofa menyampaikan harapan agar ABI menjadi simpul pemersatu, termasuk bagi komunitas Ahlul Bait yang belum tergabung secara struktural. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mengenal ABI melalui kanal resmi seperti ABI TV di YouTube maupun dengan bergabung secara formal melalui keanggotaan.
“Berorganisasi itu bagian dari ibadah. ABI adalah wadah untuk menyempurnakan penghambaan, memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan, dan menunjukkan akhlak para Imam Ahlul Bait,” ungkapnya.
Terakhir, Ketua DPW Jawa Tengah ini mengajak seluruh komunitas Ahlul Bait untuk tidak inferior dalam kehidupan sosial. “Jadilah pribadi yang percaya diri, membaur, dan menunjukkan kontribusi nyata. Jangan malu menjadi minoritas. Tampilkan akhlak yang luhur, karena itu bukti keberadaan kita.”
Wawancara ini memberikan gambaran jelas bahwa Ahlulbait Indonesia (ABI) Jawa Tengah tidak hanya hadir sebagai representasi mazhab Syiah, tetapi sebagai kekuatan sosial yang aktif dalam merawat harmoni, membangun jejaring lintas sektoral, serta memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan dalam bingkai NKRI. []
