Kegiatan ABI
#PODCAST | Solusi Dua Negara: Jalan Damai atau Rekayasa Penyelamatan Zionis?
Ahlulbait Indonesia – Wacana “solusi dua negara” kembali menjadi primadona di panggung diplomasi internasional. Sidang Majelis Umum PBB di New York pada Selasa (23/9), dihiasi tepuk tangan meriah, seolah dunia tengah menyaksikan lahirnya babak baru kemerdekaan Palestina. Inggris, Australia, dan sejumlah negara Arab ikut menyuarakan dukungan. Namun di balik gemerlap diplomasi itu, pertanyaan mendasar semakin menggantung: apakah ini jalan damai, atau justru rekayasa untuk menyelamatkan rezim Zionis?
Pertanyaan itu pula yang mengemuka dalam #PODCAST ABI edisi Kamis, 25 September 2025, bertajuk “Solusi Dua Negara, Omon-Omon?”. Host Abi Billy Joe berbincang dengan Ustadz Muhammad Jawad, pengamat Timur Tengah, yang menilai wacana ini sarat dengan kepalsuan.
Janji Kosong dari PBB
Sejak Perjanjian Madrid, Oslo, hingga Deklarasi New York, Palestina berkali-kali menerima janji manis. Namun di lapangan, penjajahan justru semakin meluas. Ustadz Jawad mengingatkan:
“PBB ini memang ajang seremoni. Yang diputuskan hanya pidato dan diplomasi, tanpa implikasi nyata. Gaza tetap dibombardir, rakyat Palestina tetap menderita. Jadi ini bisa kita sebut lelucon.”
Bahkan 42 poin Deklarasi New York, mulai dari penarikan pasukan Israel hingga perlucutan senjata Hamas dinilainya tak lebih dari jebakan.
“Itu permen manis beracun. Janjinya ada, tapi faktanya yang ditekan justru rakyat Palestina dan kelompok perlawanan. Sementara penjajah tetap leluasa,” tegasnya.
Diplomasi yang Menjual Hak Palestina
Menurut Ustadz Jawad, diplomasi internasional saat ini berjalan di atas meja-meja perundingan yang mengabaikan realitas. PA (Palestinian Authority) dijadikan representasi, padahal tidak memiliki legitimasi nyata di mata rakyat.
“Mereka itu boneka. Yang benar-benar berjuang adalah Hamas dan kelompok perlawanan. Tapi yang dibawa ke meja justru PA. Itu pengkhianatan, menjual hak rakyat Palestina,” katanya.
Kemerdekaan, lanjutnya, adalah hak segala bangsa dan tidak boleh bersyarat. Solusi dua negara justru melegitimasi penjajahan Zionis.
Baca juga : ABI Salurkan 10 Ribu Liter Air Minum untuk Warga Gaza yang Terjebak Krisis
Euforia yang Menyelamatkan Zionis
Di atas kertas, lebih dari 100 negara kini mengakui Palestina. Banyak diplomat menyebutnya kemenangan besar. Namun Jawad menilai sebaliknya:
“Solusi dua negara itu pagar pengaman bagi Zionis. Kalau mereka kalah di medan perang, mereka selamat lewat diplomasi. Itu penyelamatan, bukan perdamaian.”
Faktanya, Poros Perlawanan justru semakin kuat. Hizbullah di Lebanon, Ansarullah di Yaman, serta perlawanan di Suriah dan Irak makin solid. Sementara opini publik global juga kian pro-Palestina. Survei menunjukkan 70–80% masyarakat Barat kini menolak Zionisme, dibuktikan oleh gelombang demonstrasi besar di Eropa, Amerika, hingga Australia.
One State for Palestine: Solusi Adil
Ustadz tanpa ragu Jawad menegaskan, solusi sejati bukan dua negara, melainkan satu negara untuk Palestina.
“Palestina itu bangsa beragam: Muslim, Kristen, Yahudi asli yang anti-Zionis. Mereka bisa hidup damai, sebagaimana dulu sebelum kolonisasi. Zionis pendatang ilegal harus pergi. Hak menentukan nasib hanya milik rakyat Palestina melalui referendum, bukan ditentukan PBB atau negara lain,” ujarnya.
Modelnya, menurut dia, bisa meniru Afrika Selatan yang berhasil meruntuhkan apartheid tanpa memecah negara, melainkan merombak sistem yang menindas.
Pesta di Atas Darah
Ironisnya, sidang PBB penuh tepuk tangan, sementara Gaza penuh darah. Anak-anak cacat, rumah dan sekolah hancur, tenaga medis dan wartawan jadi korban.
“Mereka menari di atas penderitaan. Tepuk tangan, standing applause, sementara rakyat Palestina dibunuh setiap hari. Dunia pura-pura tidak peduli. Itu kekejaman,” tandas Jawad.
Penutup
Solusi dua negara tampak manis di atas kertas, tetapi pahit di lapangan. Ia bukanlah jalan damai, melainkan legitimasi penjajahan. Seperti ditegaskan Ustadz Muhammad Jawad dalam Podcast ABI:
“Kemerdekaan tidak boleh bersyarat. Kalau dunia memaksakan solusi dua negara, itu berarti seluruh dunia ikut melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.”
Maka jelas, jalan sejati hanya satu, Palestina merdeka secara utuh, dari sungai hingga laut, dengan satu negara yang adil bagi seluruh rakyatnya.[]
Baca juga : #PODCAST | Muslimah ABI: Menyulam Asa, Menantang Zaman
