Kegiatan ABI
Sambutan Dewan Pakar ABI, Sayyid Naufal Ali, pada Rapat Pleno DPP ABI 2025
Jakarta, 14 Desember 2025 — Sambutan Dewan Pakar Ahlulbait Indonesia (ABI), Sayyid Naufal Ali, disampaikan dalam rangkaian pembukaan Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat (DPP) ABI 2025 yang digelar pada 12 Desember 2025. Kegiatan ini bertepatan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara ABI dan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta.
Dalam sambutannya, Sayyid Naufal Ali menilai bahwa ABI dari waktu ke waktu semakin diterima oleh masyarakat yang lebih luas, baik di kalangan umum maupun akademisi. Kerja sama ABI dengan ITB Ahmad Dahlan disebut sebagai indikator meningkatnya kepercayaan publik terhadap kapasitas dan kredibilitas kelembagaan ABI.
Beliau mengapresiasi peluncuran buku Agama Maslahat serta pemaparan laporan capaian ABI tahun 2025 sebagai bukti progres organisasi yang terukur. Menurut beliau, laporan tahunan tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi, tetapi sebagai alat evaluasi strategis untuk membaca kekuatan dan kelemahan organisasi, sekaligus menilai keselarasan antara perencanaan dan capaian nyata. Dalam konteks tersebut, Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) diposisikan sebagai peta jalan yang menuntun arah gerak organisasi dalam satu tahun ke depan.
Memasuki aspek keberlanjutan organisasi, Sayyid Naufal Ali menegaskan bahwa regenerasi merupakan syarat mutlak. Organisasi yang terus bergerak tanpa merekrut dan menyiapkan kader baru diibaratkan sebagai tubuh yang aktif namun tidak mempersiapkan generasi penerusnya.
Beliau juga menyoroti perubahan zaman yang berlangsung sangat cepat. Generasi usia di atas 50 tahun, menurut beliau, menjadi saksi langsung peralihan besar dari dunia analog menuju digital. Perubahan tersebut memberikan pelajaran penting bahwa transformasi sosial dan teknologi akan terus berjalan tanpa menunggu kesiapan institusi maupun individu.
Dalam konteks tersebut, Sayyid Naufal Ali menempatkan Generasi Z sebagai tantangan strategis sekaligus penentu masa depan ABI. Beliau menegaskan bahwa pendekatan terhadap Generasi Z tidak dapat dilakukan dengan pola lama. Karakter mereka yang cepat, kritis, dan terbiasa dengan arus informasi instan menuntut ABI untuk mengembangkan strategi dakwah dan kaderisasi yang relevan dengan cara berpikir serta budaya digital generasi ini.
Sebagai rekomendasi strategis, beliau mendorong ABI untuk merumuskan pendekatan ideologis yang komunikatif dan argumentatif bagi Generasi Z, dengan bahasa yang jernih, rasional, dan kontekstual, tanpa kehilangan kedalaman nilai-nilai Ahlulbait. Beliau juga menekankan pentingnya penguasaan ruang digital, tidak hanya sebagai sarana publikasi, tetapi sebagai ruang dialog, edukasi, dan pembinaan yang berkelanjutan.
Selain itu, Sayyid Naufal Ali menekankan perlunya menyiapkan kader-kader muda yang mampu menjadi jembatan antargenerasi, yakni kader yang menguasai nilai ideologis ABI sekaligus memahami dinamika sosial, teknologi, dan psikologis Generasi Z. Menurut beliau, keberhasilan ABI ke depan sangat ditentukan oleh kemampuannya melahirkan model kaderisasi yang adaptif tanpa kehilangan jati diri organisasi.
Beliau menegaskan bahwa menjawab tantangan Generasi Z bukan persoalan teknis komunikasi semata, melainkan persoalan arah, visi, dan keberlanjutan organisasi. ABI yang mampu menjawab pertanyaan, kegelisahan, dan harapan Generasi Z secara bermakna akan memiliki fondasi yang kuat untuk terus tumbuh dan berkontribusi di masa depan.
Sambutan Dewan Pakar tersebut menegaskan bahwa konsolidasi ideologi, strategi regenerasi, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan zaman merupakan kunci bagi ABI untuk tetap relevan, progresif, dan berdaya saing dalam menghadapi tantangan masa depan. []
