Ikuti Kami Di Medsos

Kegiatan ABI

Sambutan Waketum ABI: Dari Karbala ke Kalbar, Peneguhan Khidmat untuk Penyempurnaan Taklif

Sambutan Waketum ABI: Dari Karbala ke Kalbar, Peneguhan Khidmat untuk Penyempurnaan Taklif

Pontianak, Minggu, 27 Juli 2025 — Dalam suasana yang sarat makna dan semangat pengabdian meski via online, pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ahlulbait Indonesia (ABI) Kalimantan Barat, yang dinakhodai oleh Afif Husein, resmi dilantik pada Minggu (27/7).

Pelantikan kepengurusan ini menjadi tonggak strategis dalam memperkuat konsolidasi struktural organisasi, sekaligus menegaskan arah perjuangan sosial-keagamaan ABI yang berpijak pada nilai-nilai Islam profetik dan semangat kebangsaan dalam bingkai konstitusi. Momentum ini mencerminkan tekad kolektif komunitas ABI Kalimantan Barat untuk terus berkontribusi aktif dalam penguatan khidmat kemanusiaan, perluasan jejaring lintas elemen, serta pembangunan harmoni dan kohesi sosial di tengah masyarakat Indonesia yang plural dan multikultural.

Dalam sambutannya secara daring, Wakil Ketua Umum ABI, Ustadz Ahmad Hidayat, menegaskan bahwa pelantikan kepengurusan, termasuk di dalamnya Lembaga Otonom (LO) bukan sekadar seremonial formal. Menurutnya, pelantikan ini mengandung dua makna strategis yang sangat penting.

“Pelantikan pengurus lebih dari sekedar kegiatan seremonial. Pelantikan memiliki makna yang sangat penting dan strategis minimal dalam dua hal utama”, tegasnya.

Menurut beliau, dua hal utama tersebut adalah: Pertama, sebagai bentuk pengukuhan komitmen, loyalitas, dan keberpihakan personalia kepada organisasi secara sadar, dalam rangka menyempurnakan taklif keagamaannya sebagai seorang mukallaf.

Kedua, bahwa berorganisasi adalah bentuk nyata dari upaya membangun mentalitas masyarakat terpimpin, melalui sistem, pola, mekanisme, dan aturan yang disepakati untuk mencapai tujuan bersama sebagaimana termaktub dalam konsideran organisasi.

Lebih jauh, Ustadz Ahmad menggarisbawahi bahwa Islam sebagaimana dituntunkan oleh Al-Quran dan para Maksumin a.s. menjanjikan masa depan umat manusia yang cerah, damai, dan berkeadilan. Dalam konteks bulan Safar yang masih dalam suasana duka atas tragedi Karbala dan peringatan Arbain, beliau menekankan bahwa umat tidak boleh terhenti pada kesedihan semata, melainkan harus menggali hikmah dan pelajaran dari perjuangan Imam Husain a.s., guna membangkitkan kesadaran kolektif untuk melakukan islah (perbaikan) di tengah umat.

“Kita justru ingin mendapat hikmah dan perlajaran yang mendalam dari perjuangan dan pengorbanan Imam Husain bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Yakni: mendorong kesadaran kolektif untuk bangkit bersama-sama melakukan upaya-upaya berbaikan ditengah umat manusia agar kita menjadi bagian dan masuk dalam barisan Nabi Saw dan para Imam Maksum khususnya Imam Mahdi afs untuk melakukan perbaikan (ishlah) pada umat manusia”, uajar beliau.

Ustadz Ahmad juga menyinggung latar historis berdirinya organisasi ABI oleh para tokoh senior komunitas Syiah Indonesia, sebagai wahana untuk memfasilitasi kiprah sosial dan keagamaan komunitas Syiah, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa dan asas konstitusional NKRI.

Baca juga : DPD ABI Pekalongan Sukses Gelar Pelatihan Tingkat Dasar untuk Kader Dasar

“Para tokoh senior masyarakat Syiah di Indonesia memilih untuk mendirikan organisasi dalam memfasilitasi dan memberi ruang bagi komunitas masyarakat Syiah di Indonesia agar dapat mengambil peran khidmat kepada sesama manusia, khususnya bagi komunitas Syiah dan umat Islam Indonesia, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya bangsa sebagaimana yang diatur di dalam asas dan konstitusi NKRI,” tegasnya.

Penegasan ini memperkuat posisi ABI sebagai ormas keagamaan yang berakar pada nilai spiritual, tetapi berpijak pada realitas sosial dan konstitusional kebangsaan. Bagi ABI, keberagaman Indonesia bukan sekadar fakta sosiologis, tetapi juga ruang dialog dan sinergi.

Dalam kerangka itu, menurut Ustadz Ahmad, keberadaan ABI di berbagai wilayah bertujuan mendorong tumbuhnya kesadaran kolektif yang partisipatif, guna menciptakan kehidupan sosial yang kohesif, moderat, dan toleran di tengah keragaman bangsa Indonesia. Heterogenitas yang ada dinilai sebagai kekayaan sekaligus jembatan dialog, komunikasi, dan pertukaran pemahaman, baik secara internal komunitas maupun lintas masyarakat.

“Bagi ormas ABI, di samping heterogenitas bangsa yang guyub sebagai khazanah yang baik, hal itu juga menjadi jalan yang terbuka untuk membuka ruang-ruang komunikasi, bertukar pemikiran dan pemahaman, baik di internal komunitas maupun dengan sesama anak bangsa,” ujarnya.

Pandangan ini mencerminkan posisi ABI sebagai jembatan dialog dalam kemajemukan, dan menggarisbawahi komitmennya untuk menjadi bagian konstruktif dalam kehidupan sosial keindonesiaan yang plural dan beradab.

Secara khusus, Ustadz Ahmad menekankan tiga tugas pokok dan strategis yang harus dipahami dan dijalankan oleh jajaran pengurus DPW:

1. Sebagai Katalisator dan Penghubung Kebijakan Pusat ke Daerah
Pengurus DPW wajib mendistribusikan kebijakan dan arahan pimpinan pusat kepada seluruh jajaran DPD dan komunitas, termasuk menjalin komunikasi dengan pihak eksternal seperti pemerintah dan kelompok masyarakat. Selain itu, DPW harus rutin memberikan laporan perkembangan organisasi secara periodik, termasuk data demografi dan potensi komunitas, sebagai dasar perumusan kebijakan pusat.

2. Sebagai Mobilisator Organisasi
DPW bertanggung jawab menggerakkan dan menghidupkan dinamika organisasi dengan mendorong terbentuknya dan aktifnya DPD-DPD. Ini mencakup kegiatan rekrutmen, pengkaderan, pendataan anggota, pemetaan SDM komunitas, serta fasilitasi kegiatan pemberdayaan.

3. Sebagai Transformator Gerakan Organisasi
DPW diharapkan menjadi motor penggerak semangat keislaman dalam khidmat kemanusiaan, baik melalui hubungan formal kelembagaan maupun pendekatan informal di masyarakat.

Ustadz Ahmad menutup sambutannya dengan menegaskan bahwa pelantikan pengurus di setiap tingkatan adalah strategi penting untuk membangkitkan kesadaran komunal, baik di kalangan pengurus, anggota, maupun komunitas, demi peningkatan kinerja dan tanggung jawab bersama.

Pelantikan pengurus DPW ABI Kalimantan Barat kali ini bukan sekadar agenda organisasi, melainkan peristiwa strategis yang menegaskan arah juang dan tanggung jawab kolektif dalam membangun peradaban umat. Dalam suasana yang masih diselimuti duka Safar dan semangat peringatan Arbain, pelantikan ini menjadi titik tolak untuk memperbarui kesetiaan terhadap nilai-nilai luhur Ahlul Bait, sekaligus memperkuat komitmen dalam khidmat kemanusiaan dan pengabdian kebangsaan.

ABI hadir bukan untuk mengasingkan diri dari realitas, melainkan untuk menjadi pilot kehidupan berbangsa dengan prinsip keadilan, moderasi, dan kebersamaan. Keberadaannya di berbagai wilayah, termasuk di jantung Kalimantan Barat ini, adalah bentuk nyata dari ikhtiar panjang membangun umat yang tercerahkan, masyarakat yang terpimpin, serta bangsa yang kokoh dalam nilai dan etika.

Dengan pelantikan ini, diikrarkan kembali bahwa khidmat bukan sekadar program, tetapi watak dasar perjuangan; dan tanggung jawab bukan beban administratif, melainkan bagian dari taklif suci yang dijalankan dengan penuh kesadaran. Inilah jalan pengabdian yang dijalani ABI, tenang tapi tegas, inklusif namun berprinsip, membumi tanpa kehilangan arah langit. []

Baca juga : Ketua DPW ABI Jabar Serukan Khidmat dan Loyalitas dalam Menyongsong Misi Imam Zaman