Kegiatan ABI
Seminar ‘Dari Kaltim untuk Palestina’: ABI Tegaskan Solidaritas Intelektual dan Gerakan Kemanusiaan Global
Ahlulbait Indonesia, 17 Oktober 2025 —Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Ahlulbait Indonesia (ABI) Penajam Paser Utara resmi dilantik dalam sebuah acara khidmat di Aula Yayasan Az-Zahra, Balikpapan, pada Sabtu (11/10). Kegiatan tersebut diawali dengan seminar kebangsaan bertajuk “Dari Kaltim untuk Palestina”, menghadirkan dua narasumber utama: Ustadz Ahmad Hidayat, Wakil Ketua Umum DPP ABI, dan Dr. Dina Y. Sulaeman, pakar dan pengamat politik Timur Tengah.
Sejarah dan Akar Konflik
Dalam pemaparannya, Ustadz Ahmad Hidayat menjelaskan sejarah panjang pendudukan Palestina yang berawal dari Deklarasi Balfour tahun 1917, ketika Inggris memberi legitimasi politik bagi pendirian negara Zionis di tanah Palestina.
Pendudukan Israel yang meluas setelah Perang Enam Hari (1967) menjadi pelanggaran nyata terhadap hukum internasional. Sejak itu, rakyat Palestina melakukan berbagai bentuk perlawanan, dari Intifada pertama hingga Tufan Aqsa (2023–kini), simbol keteguhan melawan represi dan penjajahan.
Dalam dua tahun terakhir, lebih dari 70.000 korban jiwa tercatat, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Blokade total Israel memutus akses terhadap pangan, air bersih, dan layanan medis. Mahkamah Pidana Internasional (ICC) bahkan telah menetapkan Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant sebagai tersangka kejahatan perang, langkah hukum yang mempertegas adanya kejahatan sistematis terhadap kemanusiaan.
Respons dan Solidaritas Ahlulbait Indonesia
Menurut Ustadz Ahmad, Ahlulbait Indonesia (ABI) tidak berhenti pada retorika moral, tetapi mengambil langkah konkret dalam memperkuat solidaritas kemanusiaan.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Pernyataan sikap resmi yang dirilis secara berkala sebagai bentuk protes terhadap agresi Israel.
2. Aksi solidaritas publik, termasuk demonstrasi damai di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat.
3. Bantuan kemanusiaan langsung berupa logistik, air bersih, dapur umum, dan dana tunai dengan total lebih dari Rp8 miliar.
Gerakan ini, lanjutnya, mencerminkan transformasi dari solidaritas emosional menuju diplomasi moral, menegaskan bahwa keberpihakan terhadap Palestina bukan isu sektarian, melainkan manifestasi tanggung jawab kemanusiaan universal.
Baca juga : Silaturahmi DPW ABI DKI Jakarta ke ICC: Sinergi untuk Kebaikan Umat dan Inovasi Sosial
Analisis Akademik: Kolonialisme Pemukim dan Perlawanan Global
Sementara itu, Dr. Dina Y. Sulaeman menegaskan bahwa konflik Palestina–Israel merupakan bentuk kolonialisme pemukim (settler colonialism), sistem kolonial modern yang dilembagakan dan disponsori kekuatan global.
Ia menguraikan enam front perjuangan global yang menopang kemerdekaan Palestina:
1. Akademik dan sastra: riset, pendidikan, dan karya budaya.
2. Hukum: advokasi di ICJ dan ICC.
3. Opini publik: kampanye media dan gerakan digital.
4. Diplomasi dan parlemen: lobi dan advokasi politik.
5. Ekonomi: boikot produk serta tekanan terhadap industri dan korporasi.
6. Militer: perlawanan bersenjata sebagai opsi terakhir.
Dr. Dina juga menyoroti putusan ICJ tanggal 9 Juli 2024, yang menegaskan bahwa permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Putusan tersebut mewajibkan Israel untuk membayar kompensasi kepada warga Palestina dan mengevakuasi seluruh pemukim ilegal.
Dari Kesadaran ke Tanggung Jawab
Forum ini menegaskan bahwa keberpihakan kepada Palestina tidak boleh berhenti pada kesadaran moral, melainkan harus berkembang menjadi gerakan etis lintas bangsa yang berakar pada nilai-nilai kemanusiaan universal.
Sebagaimana ditegaskan Ustadz Ahmad Hidayat dalam penutupan presentasinya:
“Gerakan yang telah dimulai di Palestina akan mengantar pada kemenangan menyeluruh bagi rakyat Palestina.”
Penutup
Dari podium intelektual hingga dapur umum kemanusiaan, Ahlulbait Indonesia menegaskan bahwa membela Palestina bukan semata tugas politik, melainkan amanat moral peradaban.
Konflik Palestina–Israel akan terus menjadi cermin sejarah, apakah dunia memilih diam dalam ketidakadilan, atau berdiri bersama mereka yang tertindas. []
Baca juga : ABI Rampungkan Survei Potensi Ekonomi dengan 2.756 Responden
