Kegiatan ABI
Spirit Perlawanan dalam Haul Syahadah Sayyid Hassan Nasrallah Bergema di Jepara
Jepara, 28 September 2025 – Cahaya sore menembus kisi-kisi jendela Mushola Al-Husaini, Banjaran, Candi Sendangsari. Karpet hijau terhampar, di atasnya duduk rapi 41 pemudi dengan wajah khidmat. Sebagian memegang buku doa, sebagian lain menunduk hening, seolah tengah menyimpan duka dalam dada. Sesekali terdengar alunan doa, menambah harmoni dan menciptakan suasana penuh kesyahduan sekaligus sarat makna.
Mereka hadir dengan satu tujuan, untuk mengenang Syahadah Sayyid Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah yang gugur sebagai syuhada.
Nyala Semangat yang Melampaui Batas
Nama Syahid Hassan Nasrallah telah melampaui geografi Lebanon. Beliau dikenang sebagai pemimpin yang berhasil mengubah Hizbullah dari kelompok kecil yang diremehkan menjadi kekuatan militer-politik besar yang disegani dunia. Bagi banyak orang, Syahid Nasrallah bukan hanya seorang pemimpin, melainkan simbol kehormatan, keteguhan, dan kemenangan.
Kini, namanya terpatri bersama para Syuhada besar Islam. Syahadahnya menutup satu babak penting dalam sejarah Lebanon, namun sekaligus membuka lembaran baru bagi Poros Perlawanan. Darahnya menjadi sumpah setia, gema abadi yang menegaskan, bahwa jalan al-Quds tidak akan pernah ditinggalkan.
Di Jepara sore itu, gema perjuangan hadir dalam kesederhanaan. Acara yang diprakarsai oleh Tim Khadimul Mahdi melalui program Karimah Ahlul Bayt, bekerja sama dengan Pimcab Muslimah ABI Jepara, menjadi bukti bahwa semangat perlawanan tidak pernah mengenal batas ruang dan waktu. Rangkaian majlis diawali dengan pembacaan Surat Yasin yang dipersembahkan untuk ruh Syahid Hassan Nasrallah dan para Syuhada, sebelum kemudian dilanjutkan dengan penyampaian ceramah.
Baca juga : Ketua Umum MUI DKI Jakarta Menerima Kunjungan Silaturahmi DPW ABI DKI Jakarta
Perjuangan sebagai Keniscayaan
Melalui rekaman audio, Ustadz Abu Mahdi menyampaikan pesan yang menggetarkan hati hadirin. “Setiap manusia niscaya menjalani perjuangan,” tuturnya. “Namun yang membedakan adalah motivasinya, apakah hanya dorongan hewani, hawa nafsu, atau motivasi Ilahi?”
Beliau mencontohkan Hizbullah sebagai potret perjuangan Ilahi untuk menegakkan hak dari cengkeraman entitas tamak yang menindas. Dalam narasinya, Sayyid Hassan Nasrallah digambarkan bukan hanya sebagai pemimpin strategis, melainkan juga pejuang lapangan. Kisah keberaniannya di Suriah untuk memimpin dan menyemangati para mujahidin dalam perang melawan ISIS, yang disebutnya sebagai produk Zionis-AS, menjadi bukti kepemimpinan yang hidup dan menginspirasi.
“Yang terpenting bagi generasi muda Ahlul Bait,” tegasnya, “adalah menyadari bahwa kita pewaris perjuangan para Syuhada. Pertanyaannya, di bagian mana kita memilih untuk berdiri dalam perjuangan ini?”
Doa yang Menutup, Janji yang Membuka
Suara Syarifah Aqilah Assegaff memandu jalannya maktam dengan penuh kelembutan. Syair-syair perlawanan berkumandang, menghadirkan getar di dada para hadirin. Ketika Doa Faraj dilantunkan bersama di penghujung acara, suasana semakin hening dan keharuan menyelimuti ruangan.
Doa itu seakan mengikat janji: meski Sayyid Hassan Nasrallah telah syahid, semangatnya tetap hidup dalam dada para pecinta kebenaran. Sejak saat itu, setiap 27 September bukan deretan angka dalam kalender, melainkan penanda abadi akan seorang pemimpin yang meninggalkan jejak perjuangan dan pengorbanan yang tak tergantikan. [MT/NT]
Baca juga : DPW ABI NTB Hadir dalam Rapat Pembinaan dan Pengawasan Ormas



