Kegiatan ABI
Ustadz Husain Alkaf Serukan Penguatan Syiah Indonesia dalam Bingkai Kebangsaan
Banjarmasin, 31 Mei 2025 — Musyawarah Wilayah Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Ahlulbait Indonesia (ABI) Kalimantan Selatan dan Muslimah ABI dibuka oleh anggota Dewan Syura ABI, Ustadz Husain Alkaf, melalui sambungan daring. Dalam sambutannya, beliau menegaskan pentingnya memperkuat identitas komunitas Syiah Indonesia dengan landasan kepatuhan kepada ulama dan komitmen kebangsaan yang kokoh.
Acara yang digelar di Kota Banjarmasin ini dihadiri sejumlah tokoh penting, diantaranya, Waketum DPP ABI, Ustadz Ahmad Hidayat, Sekjen DPP ABI, Sayyid Ali Ridho Assegaf, Ketua Pimpinan Nasional Muslimah ABI, Ustadzah Hayati secara daring, Ketua DPW ABI Kalimantan Selatan, Sayyid Ahmad Aulia Alkaf, Ketua Yayasan Amanah Syahadah Habib Sulaiman al-Idrus, serta delegasi dari berbagai wilayah se-Kalimantan Selatan.
Refleksi atas Identitas Syiah Indonesia
Dalam pidato pembukaannya, Ustadz Husain menekankan bahwa jati diri Syiah Indonesia terletak pada kesetiaan kepada ajaran Nabi Muhammad SAW dan keluarga sucinya, Ahlul Bait a.s.
“Jati diri kita sebagai Syiah adalah kepatuhan mutlak kepada manusia-manusia pilihan Allah SWT,” tegasnya.
Beliau menjelaskan bahwa kepatuhan ini tidak hanya terbatas pada Nabi dan para Imam Maksumin, tetapi juga diteruskan kepada para wakil Imam, yakni para ulama yang memiliki otoritas keilmuan dan legitimasi syar’i.
Meski menghadapi sejarah panjang diskriminasi, tekanan, bahkan kekerasan, komunitas Syiah dinilai tetap kokoh bertahan. Menurutnya, hal ini merupakan bentuk pertolongan ilahi.
“Ini adalah mujizat dari Allah SWT,” ujarnya.
Beliau menegaskan bahwa kepemimpinan dalam mazhab Syiah bukan simbol seremonial, melainkan poros utama dalam kehidupan beragama yang menyatukan aspek spiritual dan sosial.
Baca juga : Warga Jepara Gelar Aksi Solidaritas Palestina, Tolak Solusi Dua Negara dan Peragakan Genosida Gaza
Sinergi Keulamaan dan Kebangsaan
Ustadz Husain menyoroti pentingnya menjalin keharmonisan antara identitas keagamaan dan kebangsaan, dan menyebut bahwa menjadi Syiah di Indonesia tidak berarti tercerabut dari budaya lokal.
“Kita adalah Syiah yang patuh, namun tidak tercerabut dari akar budaya bangsa kita,” katanya.
Anggota Dewan Syura inu menegaskan, bahwa Ahlulbait Indonesia (ABI) bukan hanya lembaga organisasi, tetapi juga bentuk legalitas syari yang diakui oleh negara. Menurutnya, inilah wadah menuju masa depan bersama Imam Al-Hujjah a.f.s.
Menjalani Hidup yang Terpimpin
Dalam arahannya kepada peserta musyawarah, Ustadz Husain menekankan pentingnya hidup terpimpin bagi setiap pengikut Syiah.
“Seorang Syiah tidak mungkin hidup sendiri tanpa bimbingan ulama atau marja. Jika ada yang berjalan tanpa arahan, maka kesyiahannya perlu dipertanyakan,” tandasnya.
Ia juga menegaskan bahwa prinsip taklid dan kehidupan dalam kebersamaan—baik dalam ibadah maupun dalam kegiatan sosial—harus menjadi fondasi utama komunitas.
Menghidupkan Nilai Spiritual dan Sosial
Musyawarah ini juga dimaknai sebagai momentum untuk memperkuat kualitas spiritual sekaligus meningkatkan kontribusi sosial komunitas.
“Kita harus menjadi penghias bagi Ahlul Bait, bukan pencemar. Tampilkan wajah Syiah yang indah, yang mencerminkan keagungan Tuhan dan keindahan Ahlul Bait,” pesannya, mengutip wasiat Imam Ja’far Shadiq a.s.
Pembukaan Resmi dan Agenda Muswil
Acara pembukaan ditutup dengan pembacaan surat Al-Fatihah dan shalawat bersama sebagai penanda dimulainya rangkaian Muswil ABI dan Muswil Muslimah ABI Kalimantan Selatan.
Forum ini dijadwalkan akan membahas strategi konsolidasi organisasi, penguatan peran sosial, dan peningkatan kapasitas kepemimpinan komunitas Syiah di kawasan Kalimantan Selatan. []
Baca juga : DPW ABI DKI Jakarta Perkuat Sinergi dengan Lembaga Otonom


