Mutiara Hikmah
Pidato Ustadz Abdullah Assegaf: Seruan Karbala dan Tanggung Jawab Kita Hari Ini

Ahlulbait Indonesia — Dalam memperingati syahadah Imam Husain as, Ustadz Abdullah Assegaf (Anggota Dewan Syura ABI) menegaskan bahwa seruan “Adakah penolong yang akan menolongku?” di Karbala adalah panggilan moral abadi, bukan teriakan putus asa. Seruan ini mengajak umat untuk menolak kezaliman dan memperjuangkan keadilan.
Beliau menjelaskan bahwa menjadi penolong agama Allah berarti memegang prinsip syariat, memperkuat moral sosial, serta membangun kekuatan spiritual, ekonomi, dan pendidikan seperti yang dicontohkan oleh Iran.
Ceramah yang disampaikan pada Sabtu (5/7), melalui Chanel Ahlulbait Indonesia TV-2 ini menjadi pengingat dan panggilan penting, khususnya bagi generasi muda, bahwa menjadi penolong al-Husain di masa kini bukan sekadar slogan, tetapi komitmen nyata untuk bersikap berani, teguh dalam nilai, dan konsisten meneladani akhlak Ahlul Bait as di tengah tantangan zaman.
Berikut ini adalah naskah lengkap transkrip pidato beliau.
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.
Assalamu ala al-Husain, wa ala Aliyy ibni al-Husain, wa ala aulad al-Husain, wa ala ashhab al-Husain.
Kaum mukminin, para pecinta Aba Abdillah al-Husain, khususnya para pemuda. Pertama sekali saya sampaikan takziah atas kedukaan dikarenakan musibah besar yang menimpa Aba Abdillahi al-Husain, beserta dengan seluruh keluarganya, para sahabatnya, di bumi Karbala.
Konon…. Sejarah mencatat bahwa Imam Husain as, setelah para keluarga, para sahabat syahid, meninggalkannya dan dalam kesendiriannya, beliau meneriakkan satu kata yang melegenda. Beliau mengatakan, “Hal min naṣirin yanṣurunī?”, “Masih adakah orang yang akan menolong aku?”
Mungkin ada sebagian orang memahami, bahwa panggilan Imam Husain as, adalah panggilan orang yang lemah, orang yang dia khawatir, dan takut dengan ancaman musuh serta kematian. Dan, tentu saja anggapan ini tidak benar.
Karena, sejak awal, Imam Husain as, beliau tahu bahwa beliau akan terbunuh di Karbala. Dan berita tentang syahidnya beliau di Karbala, bahkan sudah tersampaikan oleh Jibril sejak hari kelahiran beliau. Dimana Jibril datang mengkhabarkan itu kepada baginda Rasul SAW.
Jadi, apayang dimaksudkan dengan kalimat “hal min nāṣirin yanṣurunī?” “Masih adakah orang yang akan menolong aku?”
Panggilan Imam Husain as, adalah panggilan yang sejalan dengan kebangkitan beliau, perjuangan beliau, perlawanan beliau. Karena Imam Husain as di Karbala, beliau melawan kedzaliman. Beliau melawan satu kekuasaan yang menabrak segala nilai, segala norma. Kekuasaan yang dibangun dengan arogansi, pemaksaan terhadap rakyat, menciptakan rasa takut sehingga rakyat tidak berani bangkit untuk menyuarakan ketidakadilan yang dilakukan oleh kekuasan tersebut. Ini sebenarnya adalah perlawanan yang dilakukan oleh Imam Husain as.
Jalan ini adalah jalan keadilan. Jalan ini adalah tuntutan keadilan di hadapan suatu kedzaliman. Dan ketika kita berbicara prinsip, salah satu prinsip dalam Islam, pada hakekatnya Islam itu adalah penegakan keadilan di muka bumi ini.
Setiap Muslim yang berpegang kepada prinsip agamanya, maka dia tidak akan menerima adanya kedzaliman , kecuali dia akan menentangnya.
Allah SWT, jelas sekali menyampaikan dalam firman-Nya, bahwa Allah SWT, telah mengutus Rasul-Nya dan membawakan kepada Rasul itu penjelasan, dan juga Allah menyertakan kepada Rasul itu kitab, aturan (undang-undang), serta mizan (neraca), sehingga manusia ini bisa menegakkan segala sesuatu secara adil.
Jadi, keadilan ini merupakan sesuatu hal yang bersifat prinsip, di dalam Islam.
Nah, Imam Husain as ketika beliau mengatakan itu “hal min nāṣirin yanṣurunī,”
“Apakah masih ada orang-orang yang ingin berjalan, sebagaimana jalan yang beliau pilih?”
Yaitu, perlawanan terhadap setiap kedzaliman di bumi Allah SWT. Dan kedzaliman ini bisa terjadi di zaman siapa saja, termasuk di zaman kita.
Allah SWT kembali mengatakan:
“Ya ayyuhalladzina amanu kunu anṣara Allah….” “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian semua para penolong Allah.” (Surat As-Shaff Ayat 14)
Baca juga : Ayo… Menjadi Lebih Baik
Menjadi penolong Allah SWT, adalah dimana kita menjalani kehidupan ini dengan menjaga prinsip-prinsip syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada kita semua. Bagaimana kita menjaga benar-benar hubungan kita dengan shalat, dengan Al-Quranul Karim. Bagaimana kita menghindarkan diri dari berbagai bentuk kemaksiatan. Bagaimana kita tidak melanggar hak orang lain, kita tidak melanggar janji, kita tidak berkhianat terhadap sahabat kita.
Ini semuanya adalah bentuk dimana kita menolong Allah SWT.
Ketika kita berbicara bentuk pertolongan (menolong) Allah SWT, terhadap sebuah kekuatan yang mereka ingin menghilangkan nilai-nilai ketuhanan di muka bumi , nilai-nilai Islam, nilai-nilai syariat dimuka bumi. Maka perlawanannya adalah dimana kita mempersiapkan segala sesuatu, kita mempersiap pendidikan, kita mempersiapkan kekuatan ekonomi, kita membangun pemuda dengan kecenderungan dan motivasi yang sangat baik.
Bagaimana kita menterjemahkan adab dan akhlak Ahlul Bait dalam kehidupan sosial kita, sehingga kita bisa bersikap baik, menarik, sebagaimana yang ditauladankan oleh Rasulullah SAW dan Ahlul Baitnya di tengah kehidupan masyarakat, di tengah kehidupan umat.
Ketika kita berbicara menolong Allah. Allah SWT dalam firman yang lain, Allah berfirman:
“….in tanṣurullāha yanṣurkum wa yustabbit aqdāmakum” “Kalau kalian menolong Allah, niscaya Allah akan menolong kalian” (Surat Muhammad Ayat 7) 8:46-47
Bahwa Allah SWT adalah dzat yang Maha Bijaksana. Ketika berbicara Allah akan menolong kita, apabila kita menolong Allah SWT, maka makna Allah menolong, adalah dengan pertolongan yang baik, dan cara menolongnya juga benar.
Ketika seseorang yang memberikan pertolongan secara benar dan bijak, bukan berarti orang tersebut akan mengambil alih tanggungjawab. Akan tetapi, dia akan membantu dan mendorong, memotivasi memberikan dukungan terhadap orang, sehingga tujuannya itu tercapai. Ini diartikan menolong, seperti misalnya, orang tua terhadap anak-anak mereka. Ketika anaknya itu mendapat tugas dari sekolah, maka ketika orang tua akan membantu mengerjakannya, bukan berarti bahwa orang tua itu mengambil alih tanggung jawab pekerjaan tadi. Tetapi orang tua ini mencoba untuk memfasilitasi, mendukung, membantu, dan memenuhi hal-hal yang anak itu tidak mampu untuk melakukannya, bukan mengambil alih tanggung jawab.
Maka demikian pula, ketika kita ini menolong agama Allah, menjaga prinsip-prinsip ketuhanan di tengah kehidupan kita, maka Allah SWT-pun akan menolong kita. Allah melalui syariat-Nya akan menjadikan kita memiliki tekad yang kuat, memiliki ketabahan ketika kita dihadapkan pada sekian banyak tantangan, menjadikan kita tidak mudah berputus asa.
Kita lihat sekarang bagaima, 40 tahun Iran itu diboikot, diasingkan, difitnah dan sebagainya. Akan tetapi dikarenakan mereka ini mukminan betul-betul, berjalan dengan prinsip-prinsip agama, prinsip-prinsip Islam, prinsip-prinsip ketuhanan yang Allah SWT inginkan, maka mereka membangun kekuatan ekonomi, membangun kekuatan militer dengan apa yang mereka mampu.
Benar bahwa mereka memiliki sekian banyak keterbatasan. Semua manusia memiliki sekian banyak keterbatasan. Tetapi Allah SWT Maha Kaya. Allah Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu. Ketika kita berusaha dengan apa yang kita miliki, dengan apa yang kita mampu, maka hal yang tidak kita miliki, kekurangan yang sekian banyak yang tidak kita memilikinya, niscaya Allah SWT yang akan memenuhinya. Allah SWT yang akan membantunya.
Sehingga dunia kemarin ini dikejutkan oleh kemampuan Iran, ketika dia menghadapi Zionis Israel dan menghadapi Amerika. Ini bukan pekerjaan satu hari. Ini adalah sebuah usaha panjang, dimana dengan sedikit yang mereka miliki, mereka berterima kasih dan mereka berusaha memanfaatkannya secara baik. Maka kekurangan yang lain, Allah SWT-pun membantunya.
Kembali, Imam Husain mengatakan: “Hal min naṣirin yanṣurunī?”
Mengundang kita untuk menolong jalannya Aba Abdillah al-Husain, kita memiliki sekian banyak kekurangan, tetapi bukan berati kita tidak memiliki apapun. Manfaatkan, gunakan apa yang kita miliki di jalan Allah SWT, maka Allah SWT akan memberikan kepada kita banyak hal yang kita belum memilikinya.
Semoga Allah SWT menyegerakan kemenangan bagi kaum Muslimin dan Mukminin, insyaAllah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penutup:
Kini, giliran kita menjawabnya, bukan dengan kata-kata, tapi dengan sikap jujur, akhlak mulia, dan keteguhan dalam membela kebenaran. Setiap usaha menegakkan keadilan dan memperbaiki umat, sekecil apapun, adalah bentuk jawaban nyata atas panggilan suci itu.
Menjadi penolong kebenaran berarti melanjutkan misi Imam Husain as dengan kesadaran, kehormatan, dan iman yang kokoh, karena siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan meneguhkan pendiriannya. []
Baca juga : Keutamaan Malam dan Siang Hari Jumat