Opini
Api yang Membakar Sejarah: Kebakaran Hutan di Wilayah Pendudukan

Oleh: Salman
Ahlulbait Indonesia – Kebakaran besar yang melanda wilayah sekitar al-Quds dan pemukiman ilegal Israel bukan hanya bencana alam. Ia adalah metafora menyala atas sejarah penghapusan jejak Palestina. Api itu membakar lebih dari sekadar hutan; ia membongkar lapisan-lapisan kolonialisme yang telah lama berusaha ditutupi oleh proyek-proyek “penghijauan”.
Banyak wilayah yang kini terbakar dulunya adalah desa-desa Palestina yang hancur saat Nakba 1948. Setelah penduduk aslinya diusir, tanah itu direklamasi dengan menanam pohon pinus; tanaman non-native yang mudah terbakar, alih-alih zaitun yang telah berakar dalam sejarah dan budaya Palestina. Ini bukan kebetulan. Israel memilih pinus, bukan hanya untuk “menghijaukan”, tetapi untuk menutupi. Menutupi sejarah, menutupi identitas, dan menutupi jejak-jejak Palestina.
Pohon pinus yang mudah terbakar dengan getahnya yang mudah menyala justru menambah risiko ekologis. Ketika kebakaran terjadi, seperti baru-baru ini, tanah yang “dihijaukan” menjadi bara. Israel kini menuai konsekuensi dari kebijakan penanaman palsu ini. Dalam upaya menutupi sejarah dengan penghijauan palsu, mereka menciptakan bom ekologis yang siap meledak di musim panas.
Baca juga : Suara Palestina di Tanah Suci yang Diabaikan
Zaitun, di sisi lain, bukan hanya tanaman. Ia adalah simbol ketahanan, perlawanan, dan kesinambungan hidup rakyat Palestina. Akar-akarnya menembus tanah yang telah dirampas, seolah menyampaikan bahwa sejarah dan identitas tidak bisa dibakar habis begitu saja. Penggantian zaitun dengan pinus adalah penggantian ingatan dengan pelupa. Dan kini, pohon pelupa itu terbakar.
Ironisnya, kebakaran ini membuka kembali apa yang coba dikubur. Ia mengingatkan bahwa wilayah itu dulunya hidup, punya pemilik, punya sejarah yang tidak bisa dihapus dengan bulldozer atau tanaman cepat tumbuh. Kebakaran ini mengungkap wajah lain dari kolonialisme yang tak hanya mengusir dan membangun, tetapi juga menanam dan membakar.
Ketika media Israel menyebut kebakaran ini sebagai “bencana alam”, mereka mengabaikan satu hal penting: ini adalah bencana buatan, hasil dari perencanaan jangka panjang yang mencoba mengganti kenyataan dengan narasi. Dan seperti semua narasi palsu, ia rapuh saat diuji oleh realitas.
Api telah menghanguskan banyak hal. Tapi ia tak bisa menghanguskan kebenaran. Sejarah yang dibakar akan tumbuh kembali, seperti pohon zaitun yang meski ditebang, selalu muncul kembali dari akar terdalam tanah Palestina.[]
Baca juga : Trump: Singa yang Menjadi Domba dalam 100 Hari