Opini
Sang Syahid Sayid Hasan Nasrullah

Oleh: Ust Sayyid Abdullah Assegaff
Langit kelabu menaungi bumi saat iring-iringan manusia dari berbagai penjuru dunia berkumpul untuk mempersiapkan prosesi pemakaman. Udara terasa berat, seakan ikut menahan duka yang memenuhi dada mereka. Tangis tertahan, isak lirih, dan doa-doa yang terucap perlahan menyelimuti suasana.
Di hadapan mereka, bukan sekadar jasad yang terbujur, tetapi tubuh yang kehormatan dan kemuliaannya meresap ke setiap relung hati. Ia bukan hanya seorang tokoh, melainkan jiwa yang telah mendedikasikan seluruh hidupnya demi kebenaran, kemanusiaan, dan mereka yang tertindas. Setiap langkahnya adalah perjuangan, setiap napasnya adalah pengorbanan untuk melawan ketidakadilan, membela yang lemah, dan menjadi suara bagi mereka yang tak terdengar.
Baca juga : ABI 15 Tahun: Menuju Organisasi Berbudaya dan Berdaya Global
Kepergiannya bukanlah akhir. Warisannya tertanam dalam jiwa-jiwa yang pernah tersentuh oleh keberaniannya, dalam hati yang pernah merasakan kehangatan perjuangannya. Semangatnya tidak akan padam, karena ia telah menyalakan api keberanian di dada mereka yang ditinggalkannya.
Ia kembali ke keabadian, tetapi namanya akan terus dikenang, kisahnya akan terus diceritakan, dan perjuangannya akan terus berlanjut dalam diri mereka yang mewarisi semangatnya.
Air mata yang jatuh hari ini bukan hanya tanda kesedihan, tetapi juga janji. Janji bahwa langkahnya akan terus dilanjutkan. Bahwa suara keberanian yang ia kumandangkan tidak akan berhenti di liang lahat, melainkan akan menggema lebih keras di hati mereka yang mencintai keadilan.
Mereka datang dengan kesedihan, tetapi pergi dengan tekad yang membara. Sang pahlawan telah tiada, namun perjuangannya akan terus hidup, mengalir dalam darah mereka yang telah tersentuh oleh keberaniannya. Kini, dunia tak hanya mengenang namanya, tetapi juga meneruskan misinya yang tak akan berakhir selama keadilan masih harus diperjuangkan.[]
Baca juga : Gencatan Senjata di Gaza: Pengakuan Pahit yang Mengubur Ambisi Zionis