Ikuti Kami Di Medsos

Internasional

Gerakan Umma dan Al-Wafaa Lebanon Sepakat Perlawanan, Perisai Utama Melawan Agresi Zionis

Sekretaris Jenderal Gerakan Umma, Sheikh Abdullah Jabri, menerima Ketua Partai Al-Wafa, Ahmed Alwan, dalam sebuah pertemuan di Beirut (IRNA)

Ahlulbait Indonesia, 4 Desember 2025 — Gerakan Umma dan Partai Al-Wafaa Lebanon menegaskan kembali pentingnya persatuan nasional dan komitmen terhadap opsi perlawanan, yang mereka anggap sebagai perisai utama menghadapi agresi berkelanjutan rezim Zionis terhadap Lebanon dan wilayah Palestina.

Menurut laporan IRNA (Rabu, 3/12) yang mengutip Jaringan Al-Manar, Sekretaris Jenderal Gerakan Umma, Sheikh Abdullah Jabri, menerima Ketua Partai Al-Wafa, Ahmed Alwan, dalam sebuah pertemuan di Beirut. Dalam pertemuan itu, kedua pemimpin meninjau perkembangan terbaru di Lebanon di tengah situasi yang mereka sebut sebagai fase sensitif, yang ditandai oleh krisis internal dan tekanan regional yang meningkat.

Persatuan Nasional sebagai Kebutuhan Vital

Keduanya menekankan bahwa persatuan bangsa Lebanon bukan lagi isu pilihan politik, melainkan kebutuhan vital untuk menjaga negara dari disintegrasi dan mencegah eksploitasi kerapuhan internal oleh kekuatan asing. Mereka menilai bahwa membangun kekuatan nasional hanya dapat dicapai dengan menyatukan barisan, menghindari rivalitas sektarian, serta menyingkirkan kepentingan kelompok yang sempit.

Penekanan pada konsep “persatuan” ini mencerminkan kekhawatiran mendalam bahwa tekanan ekonomi, politik, dan keamanan yang dihadapi Lebanon dapat dimanfaatkan aktor eksternal untuk memperdalam fragmentasi internal.

Perlawanan sebagai Perisai Strategis

Kedua pihak juga menegaskan komitmen penuh terhadap perlawanan, yang dalam konteks Lebanon merujuk pada front pertahanan melawan Israel dan menggambarkannya sebagai benteng utama menghadapi agresi rezim Zionis terhadap Lebanon selatan. Mereka juga merujuk pada agresi Israel yang terus-menerus berlangsung di Gaza dan Tepi Barat.

Menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan, serangan-serangan Israel tidak akan melemahkan moral perlawanan, tetapi justru memperkuat tekad mereka untuk mempertahankan tanah air dan menjaga martabat nasional Lebanon.

Latar Belakang: Gencatan Senjata yang Dilanggar Israel

IRNA mengingatkan bahwa agresi Israel terhadap Lebanon dimulai pada 1 Oktober 2024. Dua bulan kemudian, pada 27 Desember, Israel menandatangani gencatan senjata dengan mediasi Amerika Serikat.

Namun sesuai perjanjian, militer Israel seharusnya menarik diri dari Lebanon selatan dalam waktu 60 hari. Realitas di lapangan menunjukkan sebaliknya: Israel tetap mempertahankan posisinya di lima titik strategis di wilayah tersebut dan terus melanggar perjanjian gencatan senjata ribuan kali sejak ditandatangani.

Implikasi Politik dan Keamanan

Pernyataan bersama Umma dan Al-Wafaa mencerminkan dua tren penting:

1. Meningkatnya kekhawatiran internal bahwa krisis politik–ekonomi Lebanon dapat dimanfaatkan kekuatan eksternal.

2. Menguatnya legitimasi opsi perlawanan sebagai mekanisme pertahanan utama di tengah ketidakpastian regional.

Di tengah tensi yang belum mereda, pernyataan ini mengirim pesan bahwa sebagian aktor politik Lebanon melihat konsolidasi perlawanan sebagai satu-satunya jalan untuk menahan eskalasi Israel dan menjaga stabilitas internal. []

Sumber: IRNA

Continue Reading