Internasional
Media Saudi dan Krisis di Beirut: Kekecewaan Al-Hadath atas Hasil Pertemuan Pemerintah Lebanon
Ahlulbait Indonesia – Saluran berita Saudi, Al-Hadath, yang dikenal karena sikap kerasnya terhadap kelompok perlawanan, meliput pertemuan pemerintah Lebanon pada Jumat lalu dengan sorotan besar. Agenda utama pertemuan itu adalah isu senjata Hizbullah. Namun, hasil pertemuan ternyata jauh dari harapan media Saudi yang menginginkan keputusan tegas terhadap kelompok perlawanan tersebut.
Menurut Tasnim News Agency (Minggu, 7/9), media Saudi seperti Al-Arabiya dan Al-Hadath terus menyoroti Lebanon dalam beberapa pekan terakhir. Sikap mereka bahkan dinilai lebih keras dibanding media Israel, terutama dalam kampanye anti-Hizbullah pasca pecahnya perang di Gaza.
Al-Hadath, misalnya, memosisikan pertemuan kabinet Lebanon seolah-olah peristiwa global bersejarah. Situs Al-Ahed, melalui tulisan jurnalis Lebanon Leila Amasha, mengkritik liputan media Saudi itu sebagai tidak profesional dan sarat kepentingan politik.
Al-Hadath menyiarkan pertemuan kabinet dengan tajuk “pertemuan penyitaan senjata” dan menggambarkannya sebagai momentum akhir bagi Hizbullah. Sebelum pertemuan, jaringan ini bahkan menayangkan laporan berjudul “Kampanye Lebanon untuk Mendukung Monopoli Pemerintah atas Senjata”, yang diklaim mencerminkan dukungan luas masyarakat terhadap pelucutan senjata Hizbullah.
Namun, laporan itu terbukti dilebih-lebihkan. Kampanye yang disebut-sebut marak di media sosial, khususnya di Platform X (dulu Twitter), faktanya hanya melibatkan segelintir akun. Al-Hadath tetap mengangkatnya seolah-olah itu mencerminkan suara mayoritas rakyat Lebanon.
Untuk memperkuat narasi, reporter Al-Hadath juga melakukan wawancara jalanan dengan tujuh orang warga Beirut. Tiga orang menyatakan dukungan pelucutan senjata, yang diduga hasil pengaturan sebelumnya, sementara empat lainnya tidak memberikan pendapat. Meski begitu, liputan itu disimpulkan sebagai gambaran sikap umum rakyat Lebanon.
Baca juga : Serangan Udara Israel di Gaza Tewaskan Puluhan Warga Sipil, Termasuk Anak-Anak
Ekspektasi yang Gagal Terpenuhi
Liputan intensif Al-Hadath berlanjut saat sidang kabinet berlangsung. Dengan gaya dramatis, mereka bahkan menggunakan istilah “hitung mundur” untuk menggambarkan jalannya rapat. Menurut laporan, media Saudi itu bahkan sempat menyiapkan liputan perayaan, seakan hasil pertemuan sudah pasti sesuai dengan kepentingan Riyadh.
Namun, kenyataan berbalik. Keputusan pemerintah Lebanon tidak sejalan dengan narasi yang dibangun media Saudi. Gambar Perdana Menteri Nawaf Salam yang tampak kelelahan justru memperlihatkan ketidakpastian politik Lebanon, sekaligus menjadi simbol kekecewaan bagi Al-Hadath.
Situasi ini memunculkan pertanyaan, bagaimana jika, sebaliknya, sebuah media Iran misalnya meliput pertemuan kabinet Lebanon dengan framing yang sama? Kemungkinan besar media anti-perlawanan akan menuduh Iran ikut campur dalam urusan dalam negeri Lebanon.
Namun ketika media Saudi secara terang-terangan mencampuri isu internal Lebanon, kritik semacam itu nyaris tidak terdengar. Hal ini memperlihatkan standar ganda yang dimainkan dalam arena media regional, di mana narasi politik lebih mendominasi daripada fakta di lapangan. [MT]
*Sumber: https://tn.ai/3393946
Baca juga : Mengapa Haji Qassim Soleimani Menolak Sorotan Kamera?
