Internasional
PBB Peringatkan Kekerasan Pemukim Israel yang Kian Brutal
Ahlulbait Indonesia, 8 November 2025 – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan keras atas meningkatnya kekerasan brutal yang dilakukan pemukim ilegal Israel terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Laporan terbaru mencatat, tingkat serangan pada Oktober 2025 menjadi yang tertinggi dalam hampir dua dekade terakhir.
Dilansir Press TV, Juru bicara PBB, Farhan Haq, dalam konferensi pers di Markas Besar PBB, Jumat (8/11), mengutip data Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang menunjukkan “peningkatan tajam dan mengkhawatirkan” dalam kekerasan pemukim terhadap warga Palestina — baik dari sisi frekuensi maupun tingkat kebrutalannya.
Menurut OCHA, selama Oktober tercatat 264 serangan oleh pemukim Israel yang menyebabkan korban luka, kerusakan properti, atau keduanya. “Jumlah ini menjadi yang tertinggi dalam hampir dua puluh tahun, dengan rata-rata lebih dari delapan serangan setiap hari sejak 2006,” ujar Haq.
Ia menegaskan bahwa eskalasi kekerasan tersebut memperburuk situasi kemanusiaan di Tepi Barat secara drastis sejak Oktober 2023. “Lebih dari 3.200 warga Palestina telah kehilangan tempat tinggal akibat kekerasan pemukim dan pembatasan akses. Sejumlah komunitas penggembala bahkan sepenuhnya lenyap dari peta. Orang-orang terbunuh, ratusan terluka akibat tembakan, dan ribuan lainnya kehilangan sumber penghidupan,” ungkapnya.
Laporan OCHA juga menyoroti tingginya korban anak-anak Palestina. Sepanjang 2025, sedikitnya 42 anak tewas di tangan pasukan Israel di Tepi Barat — artinya satu dari setiap lima warga Palestina yang dibunuh tahun ini adalah anak.
Baca juga : Jihad Islam: Gaza Lawan Koalisi Global Dipimpin Amerika Serikat
Peringatan PBB itu muncul di tengah laporan baru tentang kekerasan di lapangan. Pada hari yang sama, pemukim ilegal Israel membakar lahan pertanian dan kebun zaitun di kota Arraba, Tepi Barat bagian utara. Kantor berita resmi Palestina, WAFA, melaporkan kebakaran melanda area luas di sekitar permukiman ilegal Dothan, merusak ratusan pohon zaitun sebelum akhirnya berhasil dipadamkan oleh tim Pertahanan Sipil Palestina.
Di wilayah lain, desa Khirbet Humsa, para pemukim juga menghancurkan rumah-rumah dan kandang ternak milik warga Palestina. Pejabat urusan pemukiman di Tubas dan Lembah Yordan utara, Mutaaz Bisharat, mengatakan para pelaku menggunakan buldoser untuk meratakan bangunan milik satu keluarga Palestina. Ia menambahkan, bangunan itu sebenarnya telah dibangun kembali setelah dihancurkan dua tahun lalu.
Bisharat mengecam kebrutalan para pemukim yang menurutnya merupakan bagian dari strategi sistematis untuk mengusir warga Palestina dari Lembah Yordan dan memperluas penguasaan tanah. “Ini bukan sekadar kekerasan acak, melainkan kebijakan yang terencana,” tegasnya.
Sejak Oktober 2023, kekerasan di Tepi Barat meningkat drastis. Sumber Palestina melaporkan lebih dari 1.066 warga tewas dan 10.300 lainnya terluka akibat serangan gabungan pasukan Israel dan kelompok pemukim bersenjata.
Komisi Perlawanan terhadap Kolonisasi dan Tembok (Colonization and Wall Resistance Commission) mencatat 766 serangan terhadap warga Palestina, rumah, properti, dan sumber penghidupan mereka hanya dalam satu bulan terakhir.
Padahal, Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli 2024 telah memutuskan bahwa pendudukan Israel atas wilayah Palestina melanggar hukum internasional, serta menyerukan penghentian dan pembongkaran seluruh permukiman ilegal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Namun hingga kini, keputusan tersebut belum diikuti dengan tindakan nyata.
PBB menegaskan bahwa tanpa langkah tegas dari komunitas internasional, kekerasan pemukim yang kian brutal ini berpotensi menyeret Tepi Barat ke dalam spiral kekerasan yang tak berujung, memperdalam penderitaan warga sipil Palestina yang telah lama hidup di bawah bayang-bayang pendudukan.
Baca juga : Teknologi Nuklir Iran Perkuat Ketahanan Pangan dan Ekonomi Pedesaan
