Internasional
Setahun Gugurnya Sayyid Fouad Shokr, Keluarga: “Kami Siap Melanjutkan Perlawanan”
Ahlulbait Indonesia — Setahun setelah gugurnya Komandan Senior Hizbullah, Sayyid Fouad Shokr—atau yang dikenal sebagai Sayyid Mohsen—suasana haru dan tekad masih membalut keluarganya. Dalam wawancara penuh emosi di program Panorama Today Al-Manar TV pada Selasa malam, putrinya, Khadija Shokr, menegaskan bahwa semangat perlawanan ayahnya masih menyala di hati keluarganya, dan mereka siap melanjutkan jalan perjuangan itu tanpa ragu.
“Kami bukan hanya merelakan,” ucap Khadija dengan mata berkaca. “Kami siap mengorbankan diri seperti yang beliau lakukan. Perlawanan ini bukan milik satu orang—ini adalah jalan hidup kami.”
Warisan Iman dan Perlawanan
Dalam tayangan itu, publik disuguhkan kilasan langka dari kehidupan Sayyid Mohsen: bukan hanya sebagai komandan militer, tapi juga sebagai manusia penuh kasih, spiritual, dan bijak. Video-video yang belum pernah ditayangkan sebelumnya menampilkan perjalanan hidupnya sejak masa-masa awal pembentukan Hizbullah hingga detik-detik menjelang syahid di Dahiyeh, pinggiran selatan Beirut.
Ia digambarkan bukan hanya membangun kekuatan militer Hizbullah, tapi juga merawat ruh perlawanan lewat pendidikan spiritual dan ideologis kepada para pejuangnya. Ia menanamkan bahwa jihad bukan sekadar pertempuran fisik, melainkan juga perjuangan batin yang mulia.
Salah satu momen paling menyentuh dalam acara tersebut adalah ketika Khadija menunjukkan peninggalan pribadi ayahnya yang ditemukan di lokasi pembunuhan—barang-barang sederhana yang kini menjadi saksi bisu keteguhan sang mujahid.
Baca juga : Anggota Kongres AS Desak Penghentian Genosida di Gaza
Wasiat Sang Syahid
Khadija juga memperlihatkan wasiat-wasiat tulisan tangan yang ditinggalkan ayahnya untuk satu-satunya putranya, Sayyid Mohammad Shokr. Dalam tulisan itu, terlihat betapa mendalamnya keimanan dan kejernihan moral Sayyid Mohsen. Ia bukan hanya seorang komandan yang ditakuti di medan perang, tapi juga seorang ayah dan hamba yang penuh kasih—menyatukan keberanian dan kelembutan dalam satu jiwa.
Kakek yang Dicintai, Saudara yang Setia
Dikenal tegas dalam perjuangan, Sayyid Mohsen ternyata adalah seorang kakek yang begitu dicintai oleh 16 cucunya. “Anak-anak perempuan mencintainya karena kelembutannya. Anak-anak laki-laki menjadikannya sahabat sejati,” kenang Khadija. “Tak ada satu pun dari mereka yang tak menangis saat beliau syahid.”
Ia juga menyinggung eratnya persahabatan ayahnya dengan para tokoh Hizbullah lainnya, termasuk Sayyid Hasan Nasrallah dan Sayyid Hashem Safieddine. Mereka bukan hanya rekan seperjuangan, tapi saudara sejiwa yang saling meneguhkan di garis depan perlawanan.
Janji Keluarga: Perjuangan Tak Berakhir
Wawancara itu menjadi lebih kuat ketika Khadija menyatakan bahwa keluarganya akan tetap setia di garis depan perjuangan, meski sang ayah telah tiada.
“Perlawanan tidak akan pernah berhenti karena gugurnya satu syuhada,” tegasnya. “Kami memandang kepada Sheikh Naim Qassem sebagai pemimpin dan komandan kami.”
Khadija mengungkapkan rasa hormat mendalam kepada Wakil Sekjen Hizbullah itu, seraya menyampaikan bahwa keluarga para syuhada percaya penuh pada kepemimpinannya untuk meneruskan jejak Sayyid Nasrallah dan para komandan Hizbullah yang telah gugur di medan jihad.
“Kami yakin Sheikh Naim akan menjaga warisan ini sampai pembebasan penuh Palestina dan hilangnya penjajahan Zionis,” tutup Khadija dengan penuh keyakinan. []
Baca juga : Peretasan Situs CIA Ungkap Program Spionase Digital
