Ikuti Kami Di Medsos

Internasional

Syaikh Naim Qassim: “Perlawanan Legendaris, Serangan Israel Bagai Bermain Api”

Syaikh Naim Qassim: "Perlawanan Legendaris, Serangan Israel Bagai Bermain Api"

Ahlulbait Indonesia – Sekretaris Jenderal Hizbullah, Syaikh Naim Qassim, menegaskan bahwa kelompok perlawanan telah menunjukkan keteguhan luar biasa dalam menghadapi serangan dan berhasil menggagalkan upaya pendudukan Israel. Ia memperingatkan, serangan terbaru Israel ke wilayah Nabatieh dan Iqlim Al-Tuffah merupakan tindakan yang sangat berbahaya.

“Mereka sedang bermain api. Kami tidak akan tunduk pada ancaman. Kami akan melawan,” tegasnya dalam pidato yang disiarkan televisi Al-Manar, Senin (12/5), dalam rangka memperingati sembilan tahun wafatnya komandan senior, Sayyid Mustafa Badreddine yang dikenal dengan nama Sayyid Zulfikar.

Dalam pidatonya, Syaikh Qassim mengenang Badreddine sebagai tokoh penting dalam sejarah perlawanan Lebanon. “Dia terluka saat menghadapi invasi Israel 1982, memimpin langsung Operasi Ansariya 1997, serta aktif mendukung Revolusi Islam Iran dan mengelola media Hizbullah, termasuk saat wafatnya Hadi Nasrallah, putra Sekjen Hizbullah,” ujarnya.

“Dia bukan hanya seorang komandan, tetapi juga mentor yang dicintai karena visi strategisnya,” tambah Syaikh Qassim.

Perjuangan Historis

Syaikh Qassim menekankan bahwa perlawanan merupakan bagian dari perjuangan panjang melawan apa yang disebutnya sebagai proyek Israel yang dimulai sejak 1948. Menurutnya, proyek ini didukung penuh oleh kekuatan Barat yang ingin menguasai kawasan Timur Tengah.

“Pendudukan Israel bukan hanya menyangkut Palestina, tetapi juga bagian dari rencana untuk mencaplok wilayah negara-negara Arab lainnya,” ungkapnya.

Situasi di Gaza

Sekjen Hizbullah tersebut mengecam keras serangan berkelanjutan terhadap Gaza. “Ini bukan perang, melainkan pembunuhan massal. Anak-anak, perempuan, dan laki-laki di tenda-tenda pengungsian dijadikan sasaran,” katanya.

Syaikh Qassim menuding Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berniat menghapus Gaza dan mengakhiri perlawanan Palestina. “Namun dia gagal, dan akan terus gagal, meski perang terus berlanjut,” tegasnya.

Baca juga : Rudal Yaman Menghantam Bandara Ben Gurion, Ledakan Besar Sebabkan Korban Luka

Strategi Perlawanan

Mengingat kegagalan Perjanjian 17 Mei 1983, Syaikh Qassim menyatakan bahwa Israel pernah berusaha mencaplok Lebanon secara bertahap. Namun, perlawanan berhasil menggagalkan rencana tersebut.

Ia menegaskan Hizbullah berhasil memaksa Israel mundur dari Lebanon selatan tanpa syarat pada tahun 2000, dan sejak kemenangan 2006, tak ada lagi agresi Israel yang membuahkan hasil signifikan.

“Bayangkan jika mereka berhasil menguasai bagian-bagian Lebanon—bagaimana rupa negeri kita hari ini?” tanyanya secara retoris.

Peringatan Terhadap Eskalasi

Menanggapi serangan terkini di Lebanon selatan, Syaikh Qassim memperingatkan bahwa eskalasi lebih besar mungkin terjadi. Ia mendesak pemerintah Lebanon dan komunitas internasional untuk mengambil sikap tegas.

“Stabilitas Lebanon terancam oleh agresi Israel, bukan oleh perlawanan,” ujarnya. Syaikh Qassim juga menyampaikan harapan terhadap kepemimpinan Presiden Jenderal Joseph Aoun.

Pesan Politik

Kepada para pendukungnya, Syaikh Qassim menyatakan, “Kalian adalah kekuatan masa depan Lebanon, bersama tentara dan rakyat.”

Sementara kepada pihak-pihak yang dianggapnya berpihak pada Israel, ia mengecam keras: “Sejarah kalian adalah sejarah pengkhianatan. Hentikan agresi, akhiri pelanggaran, dan bebaskan para tahanan.”

Syaikh Qassim mendorong pemerintah Lebanon untuk memprioritaskan agenda rekonstruksi pasca-konflik, dan memuji partisipasi warga dalam pemilu, khususnya kemenangan yang diraih bersama Gerakan Amal di wilayah Jabal Lebanon.

Mengakhiri pidatonya, Syaikh Qassim menyampaikan ucapan selamat kepada rakyat Yaman atas apa yang disebutnya sebagai “kemenangan melawan Amerika Serikat,” dan memuji dukungan mereka terhadap Palestina serta perlawanan terhadap pendudukan.[]

Baca juga : Pemimpin Revolusi: Jika Umat Islam Bersatu, Tragedi Gaza dan Yaman Tak Akan Terjadi