Internasional
Wall Street Journal: Dunia Memburu Drone Buatan Iran
Ahlulbait Indonesia — Wall Street Journal melaporkan bahwa pesawat tanpa awak (drone) buatan Iran telah menjadi model yang diikuti banyak negara karena biaya rendah, desain sederhana, jangkauan jauh, dan efektivitas operasionalnya. Menurut Kantor Berita Tasnim, Kamis (25/9), negara-negara besar, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, dan Inggris sedang berupaya mengembangkan model serupa.
Keunggulan dan dampak taktis
Laporan menyebut bahwa drone yang digunakan Rusia di medan perang Ukraina efektif memberikan tekanan terhadap sistem pertahanan udara lawan. Keunggulan utama adalah biaya produksi yang rendah: tiap unit diperkirakan seharga antara US$35.000–60.000, jauh lebih murah dibandingkan rudal berpemandu konvensional yang bernilai jutaan dolar. Desain sederhana dengan sayap segitiga, memungkinkan produksi massal, dan taktik serangan masif membuat sistem pertahanan paling canggih sekalipun sulit menanggulanginya.
Wall Street Journal menambahkan bahwa negara-negara Barat menghadapi kesulitan meniru Shahed karena tingginya biaya tenaga kerja dan bahan baku. Meski begitu, perusahaan-perusahaan AS dan Eropa seperti SpektreWorks dan Griffon Aerospace, sedang mengembangkan drone berbiaya rendah yang terinspirasi oleh Shahed. Contoh di AS, drone “LUCAS”, dirancang dengan fokus keterjangkauan, namun masih tertinggal dari Shahed dalam hal harga dan performa.
Perubahan aturan perang modern
Kemunculan drone murah dan jangkauan jauh telah mengubah sifat konflik: serangan massal berbiaya rendah bisa lebih efektif daripada penggunaan senjata mahal yang terbatas jumlahnya. Seorang analis yang diwawancarai WSJ menegaskan bahwa dalam konflik berkepanjangan, efektivitas biaya dan kemampuan produksi massal seringkali lebih menentukan dibandingkan teknologi mahal.
Negara-negara kini berlomba meningkatkan akurasi drone, ketahanan terhadap perang elektronik, dan menurunkan biaya produksi. WSJ memperingatkan bahwa masuknya drone berbiaya rendah dapat menantang peran senjata berpemandu mahal dan mendorong dominasi senjata murah, efektif, dan diproduksi masal di masa depan.
Baca juga : Sayyid Abdul Malik Puji Perlawanan Gaza, Kecam AS dan Rezim Arab
Latar belakang teknis Shahed
WSJ menjelaskan bahwa drone Shahed (terutama Shahed-136) dikembangkan oleh industri kedirgantaraan Iran. Drone ini dibuat dari bahan sederhana (mis. busa, kayu) dengan biaya produksi diperkirakan US$20.000–50.000 per unit, sementara rudal sejenis bisa menelan biaya lebih dari US$1 juta. Desain “tembak-dan-lupa”, jangkauan 1.000–2.000 km, dan hulu ledak 40–50 kg menjadikan Shahed ideal untuk serangan massal. Iran juga diketahui aktif mengembangkan drone sejak 1980-an dan merekayasa ulang RQ-170 AS (yang jatuh ke tangan Iran pada 2011) sebagai bagian dari pengembangannya.
Penggunaan konflik dan contoh lapangan
Perang Ukraina: Rusia menembakkan ribuan drone (disebut Gran/Gren-2) ke Ukraina sejak musim gugur 2022. Analisis WSJ (Mei 2024) mencatat intensitas tinggi: ribuan drone diluncurkan, sebagian besar dicegat tetapi tetap efektif untuk menguji pertahanan udara dan melumpuhkan radar. Produksi massal di pabrik Elabuga (Tatarstan) dilaporkan mencapai angka tinggi, ratusan hingga ribuan per malam dengan sebagian besar komponen lokal.
Timur Tengah: Kelompok-kelompok yang didukung Iranseperti Haouthi menggunakan Shahed-131 untuk menyerang kapal di Laut Merah dan fasilitas minyak Saudi (2019). Iran juga dilaporkan menembakkan lebih dari 100 drone ke Israel pada April 2024.
Peniruan dan adaptasi oleh negara lain
Rusia: Mengembangkan Gran-2 yang didasarkan pada desain Iran, dengan modifikasi mesin dan hulu ledak; kontrak senilai besar dilaporkan memperkuat kerja sama teknologi.
Amerika Serikat: Pada Juli 2025, Pentagon meluncurkan drone LUCAS, dirancang untuk meniru Shahed-136. Beratnya di bawah 600 kg dan biaya sekitar US$100.000; bersifat modular untuk serangan, pengintaian, dan dukungan komunikasi, serta dimaksudkan untuk produksi massal.
China & Korea Utara: Keduanya dikabarkan mengembangkan model serupa yang menekankan produksi massal untuk perang di masa depan.
Kesimpulan WSJ
WSJ menegaskan bahwa Shahed bukan sekadar senjata Iran, melainkan model global yang mengubah dinamika perang modern. Surat kabar itu memperingatkan pemimpin Barat bahwa percepatan produksi massal drone murah perlu dilakukan untuk menghadapi ancaman yang meningkat, termasuk proyeksi jumlah drone lawan yang besar sebagai bagian dari pergeseran menuju peperangan robotik di mana kuantitas sering mengalahkan kualitas. []
Baca juga : Spanyol Kirim Kapal untuk Lindungi Armada Sumud
