Nasional
Dari Gaza ke Borneo: Dua Tahun Badai Al-Aqsa Bergema di Bumi Etam
Samarinda, 7 Oktober 2025 — Sore itu, halaman Masjid Islamic Center Samarinda dipenuhi gema takbir dan semangat solidaritas. Ratusan warga Kalimantan Timur berkumpul dalam Aksi Damai Solidaritas Palestina, memperingati dua tahun peristiwa heroik Badai Al-Aqsa, gelombang perlawanan rakyat Palestina yang meletus pada 7 Oktober 2023.
Aksi ini menjadi penanda bahwa api perjuangan untuk Palestina belum padam. Semangat pembelaan terhadap keadilan dan kemerdekaan tetap menyala di hati umat Islam Indonesia, termasuk masyarakat Kalimantan Timur. Peserta hadir dari berbagai daerah seperti Balikpapan, Samarinda, dan Tenggarong, mewakili beragam yayasan dan komunitas, di antaranya Yayasan Az-Zahra Balikpapan, Yayasan Al-Qaim Samarinda, serta Yayasan Abu Dzar Al-Ghifari Tenggarong.
Dengan bendera Palestina dan Indonesia berkibar berdampingan, massa memenuhi pelataran masjid kebanggaan warga Samarinda. Orasi demi orasi menggema, diselingi pekikan “Merdeka Palestina!”, “Allahu Akbar!”, dan seruan penolakan terhadap penjajahan yang mengguncang suasana.
Suara Keadilan dari Bumi Etam
Salah satu orator utama, Ustadz Ahmad Syahab, Ketua Yayasan Al-Qaim Samarinda, menegaskan penolakannya terhadap konsep Two-State Solution yang kerap digaungkan oleh sejumlah pihak internasional. Menurutnya, konsep tersebut bukan jalan damai, melainkan kompromi terhadap penjajahan.
“Sebagai bangsa yang merdeka dengan darah dan air mata, Indonesia seharusnya memahami bahwa Two-State Solution bukanlah solusi, itu luka baru bagi Palestina. Tidak mungkin korban berbagi rumah dengan perampasnya. Kemerdekaan Palestina harus penuh dan tanpa syarat!” seru Ustadz Ahmad, disambut pekikan takbir para peserta.
Baca juga : Indonesia Jadi Rujukan Dunia Soal Kerukunan Beragama

Suasana semakin menghangat saat Sayyid Thoriq Assegaf, Ketua DPW Ahlulbait Indonesia (ABI) Kalimantan Timur, menutup rangkaian orasi dengan nada teduh namun tegas. Ia mengaitkan perjuangan rakyat Palestina dengan sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.
“Ingatlah bagaimana bangsa ini menolak Perjanjian Linggarjati yang hanya mengakui sebagian wilayah Indonesia. Kita tidak berhenti sampai seluruh tanah air merdeka sepenuhnya. Begitu pula dengan Palestina, selama sejengkal tanahnya masih dijajah, perjuangan belum selesai,” ujarnya.
“Kami menyerukan kepada pemerintah Indonesia, terutama Presiden, agar meninjau ulang sikap resmi terkait Two-State Solution dan berdiri tegak di sisi keadilan serta kemerdekaan sejati rakyat Palestina.”
Aksi Damai yang Penuh Semangat
Aksi damai ini dipandu oleh Bung Rizky Saputra dan Ustadz M. Makhtum, yang memimpin jalannya kegiatan dengan tertib namun bersemangat. Sejak awal hingga akhir, lantunan takbir dan yel-yel pembebasan menggema tanpa henti. Spanduk, poster, dan bendera Palestina menghiasi halaman masjid, menampilkan pesan-pesan dukungan, seruan boikot, hingga potret pilu anak-anak Gaza.
Baca juga : Tokoh Lintas Mazhab dan Ormas Jepara Sepakat Teguhkan Harmoni Umat Beragama

Kaum ibu dan anak-anak turut ambil bagian, mengibarkan bendera kecil dengan wajah penuh semangat, simbol bahwa perjuangan ini bukan hanya milik kaum lelaki, tetapi seluruh umat yang mencintai keadilan.
Menjelang penutupan, Ustadz Ridho Al-Habsyi memimpin doa bersama. Dalam suasana khusyuk yang menyelimuti Islamic Center, ratusan tangan terangkat tinggi, sebagian mata basah oleh haru.
Ketika doa usai, takbir kembali menggema. Suara “Allahu Akbar!” memantul dari dinding megah masjid, menandai berakhirnya aksi damai yang sarat makna, sebuah gema dari Gaza yang sampai ke Borneo, mengingatkan dunia bahwa solidaritas tidak mengenal jarak.[MM]
Baca juga : Seminar Nasional Persatuan Umat Islam, Jepara Jadi Panggung Kebersamaan Mazhab
