Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Menag Nasaruddin Umar Tawarkan Indonesia Sebagai Model Dialog dan Toleransi Global

Menag Nasaruddin Umar Tawarkan Indonesia Sebagai Model Dialog dan Toleransi Global

Ahlulbait Indonesia — Indonesia kembali menegaskan perannya sebagai teladan moderasi dan harmoni antaragama di kancah internasional. Dalam sebuah forum prestisius di Georgetown University, Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, menyampaikan visi Indonesia sebagai model global untuk dialog lintas agama, perdamaian, dan keadilan sosial.

Acara ini diselenggarakan oleh School of Foreign Service Institute for the Study of Diplomacy bekerja sama dengan Alwaleed Center for Muslim-Christian Understanding. Diskusi dipandu oleh Dr. Nader Hashemi dan turut dihadiri oleh Dr. Kevin W. Fogg, pakar Islam Asia Tenggara dari University of North Carolina.

Indonesia sebagai Laboratorium Keberagaman

Dalam pidatonya, Menag Nasaruddin menggambarkan Indonesia sebagai “laboratorium hidup” keberagaman, dengan lebih dari 1.300 kelompok etnis, 700 bahasa, enam agama resmi, serta ratusan kepercayaan lokal yang hidup berdampingan.

“Agama di Indonesia bukan hanya aspek spiritual, tetapi juga pilar utama dalam menjaga stabilitas sosial dan politik,” ujarnya, seperti dilaporkan laman resmi Kementerian Agama.

Ia menekankan bahwa kebebasan beragama yang dijamin oleh konstitusi harus dilandasi tanggung jawab serta rasa saling menghormati. “Inilah esensi dari moderasi beragama,” tambahnya.

“Curriculum of Love”: Pendidikan Toleransi Sejak Dini

Nasaruddin juga memperkenalkan inisiatif Curriculum of Love, sebuah program pendidikan yang menanamkan nilai kasih sayang, toleransi, dan kebhinekaan sejak tingkat dasar.

“Kami mendidik bahwa menjadi insan beragama adalah menjadi warga negara yang baik. Toleransi bukan menyamakan keyakinan, tetapi menghormati perbedaan,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya merawat tradisi lokal sebagai bagian dari praktik keagamaan yang otentik dan kontekstual.

Baca juga : Indonesia Kutuk Keras Serangan Brutal Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza

Perempuan sebagai Kekuatan Transformatif

Dalam paparannya, Menag menyoroti kemajuan perempuan dalam sektor pendidikan dan keagamaan di Indonesia. Ia menyebut bahwa lebih dari 25% lembaga pendidikan dikelola oleh organisasi keagamaan yang aktif memperjuangkan akses pendidikan dan keterlibatan politik bagi perempuan.

“Perempuan di Indonesia bukan sekadar diberi ruang, mereka menjadi agen perubahan. Ini adalah capaian penting dalam dunia Islam,” tegasnya.

Ekoteologi: Spiritualitas dalam Merawat Alam

Menag juga menyampaikan konsep ekoteologi, yakni pandangan spiritual bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah. Kementerian Agama telah menginisiasi gerakan penanaman pohon di sekolah, rumah ibadah, dan kantor-kantor pemerintah sebagai bentuk pendidikan karakter ekologis.

“Menanam pohon adalah ibadah ekologis—wujud cinta kepada Tuhan dan ciptaan-Nya,” ujarnya.

Dialog Abrahamik: Membangun Titik Temu Umat Beriman

Sebagai penutup, Nasaruddin mengutip Surat Al-Baqarah ayat 62, menegaskan bahwa kebaikan dan keselamatan adalah milik semua umat beriman yang beramal saleh—baik Muslim, Yahudi, Kristen, maupun Sabiin.

“Kita semua adalah anak spiritual dari Nabi Ibrahim. Mari bersatu untuk mewujudkan dunia yang damai dan berkeadilan,” serunya.

Forum ini menegaskan posisi Indonesia bukan hanya sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, tetapi juga sebagai pelopor dalam membangun harmoni dan menjembatani perbedaan dalam dunia yang tengah menghadapi polarisasi tajam.[]

Baca juga : DPW ABI DKI Jakarta Hadir dalam Festival Seni Budaya Banten Betawi di Lapangan Banteng