Nasional
Pembicaraan Prabowo–Putin Digelar di Tengah Ancaman Gagalnya Kesepakatan Dagang Indonesia–AS
Ahlulbait Indonesia, 11 Desember 2025 — Pertemuan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin berlangsung ketika kesepakatan dagang Indonesia–Amerika Serikat yang dicapai Juli lalu berada di ambang keruntuhan. Seorang pejabat AS sebelumnya memperingatkan bahwa Washington menilai Jakarta tidak lagi mematuhi sejumlah komitmen yang telah disepakati.
Pertemuan di Moskow ini tidak hanya berlangsung dalam konteks tekanan dari Washington, tetapi juga menjadi momentum penting diplomasi Indonesia.
Dilansir dari situs resmi presidenri.go.id, Istana Kremlin menjadi saksi langkah strategis tersebut ketika Prabowo bertemu Putin pada Rabu, 10 Desember 2025, sebuah pertemuan yang menandai penguatan komprehensif hubungan kedua negara di tengah cepatnya perubahan geopolitik global.
Presiden Prabowo tiba di kompleks Kremlin pada siang hari waktu setempat dan menerima penyambutan resmi dari jajaran pejabat tinggi Rusia, termasuk Komandan Utama Kremlin Sergey Udovenko dan Wakil Menteri Luar Negeri Andrey Rudenko. Penyambutan dengan protokol kehormatan penuh ini mencerminkan posisi Indonesia sebagai mitra penting dalam kebijakan luar negeri Rusia, terutama di kawasan Indo-Pasifik.

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto bertemu Presiden Federasi Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan bilateral di Istana Kremlin, Moskow, Rabu, 10 Desember 2025. Foto: (presidenri.go.id: BPMI Setpres)
Menurut Kantor Berira IRNA, pejabat AS yang berbicara kepada Reuters secara anonim mengungkapkan bahwa Pemerintah Indonesia telah menyampaikan kepada Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, bahwa beberapa komitmen dalam perjanjian Juli lalu tidak dapat dipenuhi dan memerlukan revisi. Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia setuju menghapus tarif lebih dari 99 persen barang AS serta mencabut seluruh hambatan non-tarif, dengan imbalan penurunan tarif ancaman Washington dari 32 persen menjadi 19 persen. Presiden Donald Trump saat itu menyebut perjanjian tersebut sebagai kemenangan besar bagi industri Amerika.
Di Moskow, Kremlin menegaskan bahwa hubungan ekonomi Indonesia–Rusia justru berkembang positif. Putin menekankan prospek kerja sama yang luas di sektor industri dan pertanian, serta membahas penurunan pasokan gandum Rusia ke Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Ia juga menyinggung sejarah panjang hubungan kedua negara, termasuk pertemuan di Tiongkok dan St. Petersburg pada 2024, serta perayaan 75 tahun hubungan diplomatik pada 2025.
Putin mencatat bahwa perdagangan bilateral tumbuh 17 persen dalam sembilan bulan pertama 2025. Rusia menyatakan kesiapan memperkuat kerja sama energi, termasuk teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir serta melanjutkan tradisi kemitraan di bidang militer-teknis. Para spesialis Indonesia tetap mengikuti pendidikan di universitas serta akademi militer Rusia, dan Moskow membuka peluang memperluas kerja sama tersebut.
Ia juga menyambut keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS mulai 2025 dan menilai negosiasi Jakarta dengan Uni Ekonomi Eurasia untuk perjanjian perdagangan bebas sebagai langkah signifikan.
Dalam pidatonya, Prabowo menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat Putin dan menegaskan bahwa kunjungannya bertujuan memperdalam konsultasi strategis serta menyampaikan penghargaan atas pesatnya perkembangan hubungan bilateral. Ia menyebut interaksi antarlembaga pemerintah dan perusahaan kedua negara meningkat pesat dalam beberapa bulan terakhir.
Prabowo kemudian mengundang Putin melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia pada 2026 atau 2027. Putin menerima undangan tersebut dan menyatakan kesediaannya untuk berkunjung. []
Sumber:
2. IRNA
