Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Prof. Hikmahanto Desak Pemerintah Tak Negosiasi soal Tarif 32% dari Trump: “Tak Perlu Mengemis!”

Prof. Hikmahanto Desak Pemerintah Tak Negosiasi soal Tarif 32% dari Trump: “Tak Perlu Mengemis!”

Ahlulbait Indonesia — Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Prof. Hikmahanto Juwana, SH., LL.M., Ph.D., menanggapi keras rencana pengenaan tarif 32 persen terhadap produk-produk asal Indonesia oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Dalam pernyataan yang diunggah melalui kanal YouTube pribadinya, Prof. Hikmahanto mendesak pemerintah Indonesia untuk tidak tunduk pada tekanan dan tidak perlu melakukan negosiasi dengan pihak Amerika Serikat.

“Menurut saya, kita tidak perlu mengemis pada Amerika Serikat,” ujarnya tegas, dilansir dari channel YouTube nya, Sabtu (12/7). Ia menilai bahwa permintaan Amerika—termasuk penghentian hilirisasi, sertifikasi halal, dan isu kekayaan intelektual—sebagai bentuk intervensi yang berlebihan terhadap kedaulatan Indonesia.

Prof. Hikmahanto mengungkapkan bahwa surat dari Trump kepada Presiden Prabowo mengenai tarif tersebut justru lebih dulu disebarkan lewat media sosial sebelum sampai secara resmi ke Istana. Padahal, sebelumnya sempat ada rencana dari Menko Perekonomian Airlangga Hartarto untuk melakukan kunjungan negosiasi ke Washington.

“Saya katakan, batalkan saja. Tidak perlu datang. Karena sebelumnya kita pernah bernegosiasi, tapi hasilnya tetap 32%,” jelasnya.

Baca juga : Trump Kenakan Tarif Impor 32% untuk Indonesia: Ancaman Serius bagi Ekonomi dan Tenaga Kerja

Menurutnya, langkah-langkah yang diminta pemerintah AS sangat merugikan Indonesia. Ia menyebut permintaan agar sertifikasi halal dibatalkan sebagai hal yang absurd karena hal itu sudah menjadi bagian dari undang-undang di Indonesia.

Lebih jauh, Prof. Hikmahanto menyarankan agar Indonesia bersikap tegas dan tidak gentar. Ia yakin bahwa tarif tinggi ini justru akan merugikan rakyat Amerika sendiri, bukan Indonesia. “Yang harus membayar tarif ini bukan rakyat kita, tapi rakyat Amerika Serikat,” tuturnya.

Ia juga menyinggung kemungkinan bahwa kebijakan Trump bisa berubah jika tekanan dari dalam negeri AS meningkat, baik dari rakyat maupun dari pasar. “Waktu Trump umumkan kebijakan ini, bursa saham Amerika bereaksi negatif. Saham-saham banyak yang turun. Mudah-mudahan ini terulang lagi nanti,” imbuhnya.

Di akhir pernyataannya, Prof. Hikmahanto mengajak pemerintah Indonesia untuk menjalin komunikasi dengan negara-negara lain yang juga terdampak tarif serupa agar bersatu dalam menolak tekanan dari AS. Ia menekankan bahwa Trump kerap bersikap keras di awal, namun bisa mundur bila menghadapi perlawanan yang kuat.

“Kalau Trump mau mengenakan tarif tinggi, ya silakan. Tapi jangan tunduk. Kita lihat saja seberapa lama dia bisa bertahan menghadapi tekanan dari rakyatnya sendiri,” pungkasnya. []

Baca juga : Menag RI Serukan Kerukunan sebagai Napas Kehidupan Berbangsa

Continue Reading