Universalitas Arbain
Universalitas Arbain
Angka 40 sangat termasyhur sebagai durasi kedukaan atas kesyahidan Imam Husain di Karbala pada 61 H. Disebutkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin as menangisi ayahandanya selama 40 tahun seraya berpuasa di siang harinya dan bermunajat di malam harinya.
Ziarah Arbain merupakan tradisi kemanusiaan sekaligus ajang solidaritas universal. Karenanya, ziarah Arbain dengan prosesi berjalan kakinya bukan menjadi fenomena khas muslim Syiah. Sebab, Imam Husain as bukan hanya milik kaum Syiah, melainkan milik umat manusia yang merindukan keadilan dan melawan kezaliman. Imam Husain as adalah pahlawan Islam sekaligus kampiun kemanusiaan. Pada faktanya, cukup banyak peziarah bermazhab Sunni dari sejumlah negara seperti Palestina dan Mesir, mengikuti longmarch serta lebur dalam pawai raksasa menuju Karbala dengan spirit cinta keadilan. Jumlah mereka juga kian bertambah dari tahun ke tahun.
Baca juga : Arbain, Puncak Kesempurnaan Asyura
Bahkan, prosesi longmarch Arbain juga bukan hanya diikuti umat Islam, baik Syiah maupun Sunnah. Apalagi jika mengingat agama-agama monoteistik lain juga memiliki ritual dan prosesi keagamaan yang cenderung mirip. Universalitas Revolusi Husaini juga terkonfirmasi oleh partisipasi para pemuka dan penganut agama-agama besar, terutama Kristen dan Hindu dalam longmarch Arbain dan ziarah ke pusara Imam Husain as di Karbala.
Dr. Muhsin Labib
Baca juga : Kematian Lebih Manis dari Madu