Larangan Bermalas-malasan di Waktu Kosong
Allah Swt berfirman: Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmu-lah engkau berharap. (QS. al-Insyirah: 7-8)
Rasulullah saw bersabda, “Orang yang paling keras perhitungannya di Hari Kiamat nanti adalah orang yang berpangku tangan dan menganggur. Jika kesibukan itu sesuatu yang berat, maka menganggur adalah kerusakan.” (Tanbih al-Khawathir, juz. 1, hal. 60)
“Sesungguhnya Allah membenci orang sehat yang menganggur, tidak berada dalam kesibukan dunia, dan tidak pula sibuk dalam urusan akhirat.” (lbnu Abil Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, juz. I7, hal. 146)
“Dua perkara yang banyak orang terfitnah olehnya; kesehatan dan waktu kosong.” (al-Kafi, Juz. 8, hal. 152, hadis ke-136)
Imam Ali bin Abi Thalib as juga mengatakan tentang berbahayanya waktu kosong, “Dari waktu kosonglah muncul sikap kekanak-kanakan.” (Ghurarul Hikam, hadis ke-9251)
“Ketauhilah!. Sesungguhnya dunia ini adalah tempat ujian, yang mana tidaklah menganggur seseorang di dalamnya kecuali waktu kosong itu akan menjadi penyesalan di Hari Kiamat nanti.” (Nahjul Balaghah, surat ke-59)
“Jika kesibukan itu sebuah kegigihan, maka waktu kosong yang berlanjut adalah sebuah tindakan destruktif.” (Biharul Anwar, juz. 77, hal. 419, hadis ke-40)
Imam Ali Zainal Abidin as dalam doanya, “Sibukkan hati kami untuk berzikir kepada-Mu, dari zikir kepada yang lain, lidah kami untuk bersyukur kepada-Mu, dari syukur kepada yang lain, anggota badan kami untuk taat kepada-Mu, dari taat kepada yang lain. Sekiranya Engkau tentukan bagi kami kesantaian dari kesibukan, jadikan kesantaian itu kesantaian yang membawa keselamatan, yang tidak diikuti keburukan, yang tidak disusul dengan kemalasan, sehingga pergilah dari kami para penulis keburukan dengan lembaran yang kosong dari sebutan keburukan kami, dan para penulis kebaikan pergi meninggalkan kami dengan bahagia.” (Shahifah as-Sajjadiyah, hal. 51, doa ke-11)
“Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya. Lepaskan hamba dari urusan yang mengalihkan perhatianku, sibukkan hamba dengan apa yang ada pada Hari Kemudian di mana kelak Engkau akan menuntutku, penuhi hari-hari hamba dengan tujuan-Mu menciptakan hamba.” (Shahifah as-Sajjadiyah, hal. 81, doa ke-20)
Imam Musa Kazhim as berkata, “Sungguh Allah sangat membenci seorang hamba yang banyak tidur. Sungguh, Allah amat membenci hamba yang menganggur.” (Man La Yahdhuruhu al-Faqih, juz. 3, hal. 169, hadis ke-3635)
Mizanul Hikmah