Ikuti Kami Di Medsos

Budaya

Islam dan Teori Politik

Menurut teori politik modern, yang disebut dengan pemerintahan demokratis adalah pemerintahan yang “mengatasnamakan, dari, oleh, dan untuk rakyat”. Yang dimaksud dengan rakyat adalah mayoritas warga negara. Dalam sebuah pemungutan suara (untuk memperebutkan jabatan presiden atau gubernur), seseorang yang memperoleh  suara lebih atau sama dengan  lima puluh satu persen akan keluar sebagai pemenang lantaran merebut suara “mayoritas”.

Dengan begitu, suatu pemerintahan yang demokratis merupakan  pemerintahan yang  menyuarakan   kepentingan mayoritas  masyarakat.  Kehendak rakyat dijadikan  patokan bagi berlangsungnya suatu pemerintahan demokratis. Biarpun kehendak rakyat  banyak  (mayoritas)   amat  beragam, baik dari segi bentuk  maupun  wataknya, namun pada dasamya, seluruh   kehendak tersebut  hanya  bersifat keduniawian semata.

Dalam ajaran Islam terdapat doktrin nalar yang menyatakan bahwa kehidupan manusia terbagi ke dalam dua dimensi yang berbeda, kendati terkait satu sama lain; kehidupan duniawi dan ukhrawi. Selain itu, ditegaskan pula bahwa kehidupan ukhrawi bersifat kekal dan jauh lebih bernilai.

Dalam konteks ini, kehendak Sang Pencipta menjadi kehendak paling pertama dan pertama, will of the Lord of this world. Konsekuensinya, kehendak Tuhan menjadi teramat penting untuk kita ketahui dan yakini dengan sebaik-baiknya.

Berkenaan dengan konsepsi teologis semacam itu, kata mayoritas dan minoritas menjadi tidak berlaku sama sekali, sekaligus tidak memiliki makna yang hakiki. Juga tak ada pembagian kekuasaan atau trias politica; eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Satu-satunya hukum atau syariat yang digunakan hanyalah wahyu serta kehendak Tuhan, sebagaimana yang termaktub dalam al-Quran Karim. Tuhan telah menciptakan seluruh keberadaan dengan amat sempurna; manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bumi, langit, hukum-hukum Tuhan, serta hak-hak dan kewajiban manusia.

Jika Anda mempelajari sistem dan cara kerja seluruh organ tubuh manusia, Anda mustahil akan sanggup memahaminya secara keseluruhan dan dengan sempurna. Biarpun untuk itu Anda siap mencurahkan  seluruh waktu, perhatian, dan tenaga. Sampai sekarang, tak seorang pun pakar dan spesialis biologi yang pernah atau berani menyatakan bahwa dirinya telah menguasai pengetahuan tentang sistem jaringan tubuh manusia secara baik dan menyeluruh. Ketujuh sistem tersebut adalah; sistem dan struktur kerangka tubuh, sistem struktur, dan cara kerja jaringan otot, sistem urat syaraf serta cara kerja pusat-pusat syaraf dalam  otak dan sumsum tulang belakangl sistem peredaran darah, sistem  pencernaan, ssitem pengeluaran zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh, dan sistesn pernafasan, penglihatan, penciuman, dan pendengaran.

Alexis Carrel dalam Man, the Unknown menyatakan, “Segala macam usaha raksasa telah diuji coba manusia demi mempelajari dirinya sendiri! Meskipun sebagai manusia, kita mampu melakukan observasi dan penelitian serta ditunjang perangkat teknologi yang serba maju dan peralatan medis yang serba canggih, namun ironisnya kita hanya sanggup mempelajari sebagian kecil saja dari keberadaan diri kita sendiri.”

Masalahnya kemudian bertambah pelik bila kita ingin mempelajari secara rinci dan cermat tentang segenap hal yang berhubungan dengan jiwa, hawa nafsu, cita-cita, serta tujuan manusia pada umumnya.

Mujtaba Musawi Lari, Budaya yang Terkoyak