Connect with us

Kalam Islam

Kepribadian Manusia

Kepribadian Manusia

Kepribadian manusia tergantung pada kemampuannya memegang teguh amanat besar yang diberikan Tuhan, yaitu kemampuan untuk memilih cara pelaksanaannya. Keunggulannya tergantung atas kemampuan memanfaatkan  kekuatan tersebut untuk memperoleh hasil terbaik. Masyarakat manusia akan manusiawi hanya jika di dalam masyarakat tersebut setiap orang bebas berpikir untuk dirinya dan memilih cara terbaik menurut ia sendiri.

Jika seseorang berpikir dan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan orang lain, maka ia tidak lagi merupakan sesosok pribadi manusia. Ia hanya sekedar sesuatu yang tidak memiliki kemampuan insani dan berkeperibadian bebas. Jika segala tindakan direncanakan orang lain, ia bukan lagi pribadi yang mampu merencakan dan memilih.

Baca juga : Pemikiran Tinggi Sayyidah Zainab

Kemunduran yang paling besar dan paling menyakitkan diderita oleh manusia abad sekarang sebagai hasil kehidupan mekanis adalah telah tercabutnya kemanusiaan dari dalam dirinya, dan manusia telah berubah menjadi sekedar roda penggerak alat mekanis raksasa dan rumit. Dalam banyak kasus nilai ekonomis pekerjaannya jauh lebih rendah dari nilai mesin di sampingnya. Dan yang lebih menyedihkan lagi:

Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun. (QS. an-Nur: 39-40)

Bahesty & Bahonar, Dasar Pemikiran Filsafat Islam

Baca juga : Sayyidah Zainab, Kualitas Manusia Sempurna

Kalam Islam

Peran Iman Membentuk Masa Depan

Peran Iman Membentuk Masa Depan

Peran Iman Membentuk Masa Depan

Berkat pengetahuannya, manusia dapat menundukkan alam dan memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena memiliki kemampuan membentuk diri, maka manusia membentuk diri sesukanya, dan dengan demikian menjadi penentu masa depannya sendiri. Semua lembaga pendidikan, sekolah moral, dan ajaran agama dimaksudkan untuk mengajari manusia cara membentuk masa depannya. Jalan lurus adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan sejahtera, sedangkan jalan yang berliku adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan yang porak-peranda dan sengsara.

Allah Swt befirman: Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada pula yang sangat kufur. (QS. al-Insan: 3)

Baca juga : Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia

Dari uraian di atas kita tahu bahwa pengetahuan dan iman punya perannya sendiri-sendiri dalam membentuk masa depan manusia.

Iman memberi manusia petunjuk membentuk masa depannya sedemikian rupa sehingga masa depannya bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Iman mencegah manusia agar jangan sampai membentuk masa depan­nya dengan basis material dan individualistik. Iman mengarahkan hasrat manusia, agar manusia juga menginginkan hal-hal spiritual, dan agar jangan sampai manusia hanya terpaku pada hal-hal materialistis.

Ayatullah Syahid Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta Konsepsi Islam Tentang Jagat Raya

Baca juga : Tujuan Penciptaan

Continue Reading

Kalam Islam

Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia

Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia

Hanya Allah yang Tahu Kemampuan Manusia

Bila kita bertanya siapakah yang paling mengetahui kemampuan kita? Jawabannya bukan diri kita sendiri, bukan orang tua kita, bukan guru kita, namun yang paling mengetahui adalah Sang Pencipta manusia. Sebagai Pencipta, Dia-lah yang mengatur semua undang-undang dan hukum bagi manusia, karena Dia-lah yang benar-benar mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Semua perintah dan larangannya tidak keluar dari satu tujuan yaitu mengantarkan manusia menuju kondisi terbaik, paling sempurna dan meraih kebahagiaan yang sebenarnya.

Salah satu poin yang tak boleh terlewatkan adalah bahwa semua hukum Allah Swt mampu dilakukan manusia. Allah Swt tidak akan memerintahkan atau melarang sesuatu yang tidak mampu dilakukan manusia. Apabila ada yang menganggap bahwa dirinya tak mampu melaksanakan perintah-Nya atau tidak mampu menghindari larangan-Nya, berarti sedang membohongi dirinya sendiri dan mendustakan ayat-ayat Allah Swt.

Allah Swt befirman: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan ia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya… (QS. al-Baqarah: 286)

Baca juga : Peran Iman Membentuk Masa Depan

Namun karena Allah Swt mengetahui berbagai kelemahan manusia, maka ada pengecualian-pengecualian dalam hukum-hukum tersebut. Misalnya orang musafir (bepergian jauh) boleh tidak melakukan puasa. Yang tidak mampu berdiri, dibolehkan untuk salat (sambil) duduk, dan seterusnya.

Allah Swt befirman: Allah hendak memberikan keringanan kepadamu dan manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah. (QS. an-Nisa: 28)

Karena itu bohong besar jika seseorang mengatakan dirinya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah Swt, karena Allah Swt tidak pernah memberikan perintah atau larangan diluar kemampuan manusia. Menjalani ketaatan kepada-Nya memang tidak mudah, ada banyak rintangan, rayuan, dan godaan untuk tidak menjalankannya. Namun ketika ada niat dan usaha untuk menjalankan ketaatan kepada-Nya, maka di situ Allah Swt akan memberikan bantuan kepada kita untuk mampu melewati semuanya.

Sebagaimana ketika Allah Swt mewajibkan haji, maka haji itu menjadi wajib ketika Allah Swt telah memberikan kecukupan dalam harta dan kemampuan kesehatan bagi yang hendak menjalankannya. Begitu juga zakat menjadi wajib ketika orang itu telah diberi kemampuan oleh Allah Swt untuk menjalankannya.

Ust. Muhammad bin Alwi

Baca juga : Tujuan Penciptaan

Continue Reading

Kalam Islam

Tujuan Penciptaan

Tujuan Penciptaan

Tujuan Penciptaan

Tuhan tidak menciptakan sesuatu tanpa tujuan. Kita boleh bertanya, apakah tujuan penciptaan manusia?

Allah Swt menciptakan manusia agar ia mendapat kebaikan yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Swt. Manusia hadir ke dunia ibarat sehelai kertas kosong. Sepanjang hayat, berbagai bentuk dan corak tergambar di kertas tersebut sebagai akibat atau kesan dari pemikiran dan perbuatan-perbuatannya. Kebaikan yang ia perolehi laksana corak-corak yang menawan manakala keburukan juga laksana corak-corak yang jelek.

Allah Swt mengaruniakan hikmah, kebijaksanaan dan kekuatan bagi manusia untuk mencapai kebaikan-kebaikan tersebut. Dia telah memperlihatkan jalan yang lurus kepada manusia dan mengingatkannya dari jalan-jalan kesesatan, namun Dia (Allah Swt) tidak memaksa manusia melakukan perbuatan-perbuatan baik, begitu juga dengan perbuatan-perbuatan buruk. Dia (Allah Swt) telah memberikan kuasa atau kemampuan kepada manusia untuk melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkannya dalam hidup ini.

Sayyid Sa‘id Akhtar Rizvi, Konsep Keadilan Allah dalam Islam

Baca juga : Zat Tak Terbatas

Continue Reading

Trending