Khutbah
Ayatullah Khamenei: Mengatasi Masalah Keadilan Sosial dengan Al-Qur’an

Ahlulbait Indonesia – Pada Minggu, 3 Maret, di bulan suci Ramadan, Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam, Ayatullah Khamenei, menyoroti kebutuhan individu, sosial, dan nasional terhadap ajaran penyembuhan dari Al-Qur’an. Beliau menegaskan bahwa masyarakat yang berlandaskan Al-Qur’an harus memastikan bahwa mata air spiritual Kitab Allah mengalir dalam hati, pikiran, serta tercermin dalam perilaku dan tindakan setiap individu.
Pentingnya Al-Qur’an sebagai Pedoman Hidup
Ayatullah Khamenei, yang menghadiri sesi pembacaan Al-Qur’an selama lebih dari dua setengah jam, mengucapkan selamat atas datangnya bulan suci Ramadan dan mengungkapkan rasa syukur atas meningkatnya jumlah qari di negaranya. Beliau menegaskan bahwa masyarakat memiliki kebutuhan nyata dan mendesak terhadap Al-Qur’an sebagai sumber penyembuhan berbagai persoalan.
Dalam konteks individu, Al-Qur’an disebut sebagai obat bagi berbagai penyakit spiritual dan moral manusia, seperti iri hati, kikir, curiga, kemalasan, egoisme, ambisi berlebihan, serta kecenderungan mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan kolektif.
Al-Qur’an dan Keadilan Sosial
Terkait dengan hubungan sosial, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa untuk menyelesaikan berbagai permasalahan sosial, termasuk keadilan sosial—yang merupakan salah satu isu terpenting dalam Islam setelah tauhid—umat Islam harus merujuk kepada Al-Qur’an.
Lebih lanjut, beliau menyatakan bahwa Al-Qur’an juga menjadi pedoman dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Namun, di tengah situasi global saat ini, bangsa Iran berhadapan dengan kekuatan kafir dan munafik yang haus kekuasaan. Al-Qur’an mengajarkan kapan berbicara, kapan bekerja sama, kapan bertindak tegas, dan kapan mengambil langkah lebih keras dalam menghadapi tantangan tersebut.
Baca juga : Ganjaran Hakiki dari Ibadah Puasa
Membaca Al-Qur’an sebagai Kunci Penyembuhan Spiritual
Ayatullah Khamenei menekankan bahwa membaca dan mendengarkan Al-Qur’an dengan penuh perhatian merupakan kunci untuk menyembuhkan berbagai penyakit spiritual. Beliau menambahkan bahwa ketika ayat-ayat suci dibaca dan didengar dengan kesungguhan, hal itu akan membangkitkan motivasi manusia untuk menuju kebaikan dan keselamatan.
Mengutip ayat Al-Qur’an, beliau menjelaskan bahwa tujuan Nabi dalam membacakan wahyu adalah untuk menyucikan jiwa manusia, mengajarkan prinsip kehidupan individu dan sosial, serta memberikan pemahaman tentang hakikat alam semesta. Oleh karena itu, para qari memiliki peran besar dalam menyampaikan ajaran Al-Qur’an kepada masyarakat.
Membangun Pemahaman Al-Qur’an dalam Masyarakat
Pentingnya menjadikan ajaran Al-Qur’an sebagai keyakinan intelektual juga ditekankan oleh Ayatullah Khamenei. Para qari diharapkan membaca dengan cara yang menanamkan ribuan ajaran penting dalam benak umat, sehingga nilai-nilai Al-Qur’an dapat menjadi dasar bagi tindakan mereka.
Menurut beliau, bacaan yang baik akan meningkatkan literasi Al-Qur’an seseorang. “Pembacaan yang dilakukan dengan tata cara yang benar akan memberikan dampak luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan,” ujarnya. Dalam hal ini, pemahaman terhadap makna ayat-ayat suci harus diperluas agar masyarakat dapat menginternalisasi ajaran Al-Qur’an dengan lebih mendalam.
Tartil dan Pengaruhnya dalam Pembacaan Al-Qur’an
Ayatullah Khamenei juga menyoroti pentingnya tartil dalam membaca Al-Qur’an, yaitu dimensi spiritual yang mencakup pemahaman, refleksi, dan jeda dalam membaca. Beliau menekankan bahwa upaya dalam pengembangan program-program Al-Qur’an di berbagai sektor harus terus diperkuat.
Beliau juga mendorong para qari untuk tidak hanya membaca dengan suara dan nada yang indah tetapi juga dengan tujuan utama memperoleh manfaat spiritual dan memengaruhi hati pendengar. Suara yang baik dalam membaca Al-Qur’an, jika digunakan dengan niat yang benar, dapat menciptakan suasana penuh kekhusyukan dan penghormatan di hati para pendengarnya.
Baca juga : Nasihat Pemimpin Revolusi: Panduan Hidup untuk Para Pemuda
Peningkatan Pendidikan Al-Qur’an dalam Lembaga Keagamaan
Menurut Ayatullah Khamenei, dibandingkan dengan masa awal revolusi, pemahaman para qari terhadap konsep-konsep wahyu telah meningkat. Namun, beliau menekankan bahwa pemahaman tersebut harus lebih diperluas ke masyarakat luas. Untuk itu, lembaga-lembaga pendidikan, dakwah Islam, dan institusi Al-Qur’an lainnya bertanggung jawab dalam mencari metode efektif guna menyebarkan ajaran wahyu secara lebih luas.
Terkait peran berbagai lembaga dalam pengembangan Al-Qur’an, beliau menegaskan bahwa institusi seperti Kementerian Bimbingan, Lembaga Dakwah, Wakaf, dan Lembaga Penyiaran Iran harus bekerja sama di bawah kebijakan Dewan Tertinggi Al-Qur’an agar program-program yang dilaksanakan lebih terkoordinasi.
Menjaga Akhlak dan Peran Qari dalam Masyarakat
Selain aspek spiritual dan intelektual, Ayatullah Khamenei juga menyoroti pentingnya karakter dan penampilan seorang qari. Menurut beliau, seorang qari harus memiliki akhlak yang baik serta menjaga penampilan yang mencerminkan ketakwaan dan moral yang luhur.
Dalam hal karya-karya Al-Qur’an, beliau menekankan pentingnya mendukung dan mempromosikan upaya-upaya tersebut. “Alhamdulillah, negara ini telah mengalami kemajuan pesat dalam bidang Al-Qur’an. Jika dibandingkan dengan masa sebelum revolusi, saat Al-Qur’an terabaikan dan hanya dibaca oleh segelintir qari, kini qari-qari berbakat telah bermunculan di berbagai penjuru negeri, bahkan hingga ke kota-kota kecil dan desa-desa,” tambahnya.
Penutup
Sebagai penutup, Ayatullah Khamenei berharap bahwa dengan memperhatikan poin-poin penting ini, mata air spiritual Al-Qur’an akan terus mengalir ke dalam hati, pikiran, dan tindakan umat manusia. Beliau menegaskan bahwa semakin kuat hubungan individu dan masyarakat dengan Al-Qur’an, semakin kuat pula fondasi spiritual dan moral yang mendukung kemajuan umat Islam. []
Baca juga : Pemimpin Revolusi Islam Menganjurkan Teori Keadilan Islam