Pesan Imam Ali Kepada Malik Al-Asytar An-Nakha’iy (Bagian 2)
Bismillahirrahmanirrahim
Inilah perintah dari hamba Allah, Ali Amir Al-Mukminin, kepada Malik bin Harits Al-Asytar pada saat mengangkatnya sebagai Wali (Penguasa) Mesir dengan tugas mengumpulkan kharaj[1], memerangi musuhnya, mengurus kepentingan warganya dan membangun wilayah negaranya.
Aku perintahkan dia bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah SWT, mendahulukan ketaatan kepada-Nya dan mengikuti segala yang diperintahkan dalam kitab-Nya, yang wajib dan yang dianjurkan, yang tidak seorangpun akan beroleh kebahagiaan kecuali dengan mengikutinya, dan tidak akan menderita kecuali dengan mengingkari dan melalaikannya.
Aku perintahkan dia “menolong”Allah SWT dengan hati, tangan dan lidahnya, karena Allah telah berjanji memenangkan siapa saja yang menolong-Nya dan memuliakan siapa saja yang memuliakan-Nya.
Aku perintahkan dia mematahkan desakan-desakan syahwatnya dan menghalaunya bila ia menunjukkan kebinalannya, lantaran nafsu syahwat cenderung melakukan kejahatan kecuali pada mereka yang dirahmati Allah.
Perilaku Wali Negeri[2]
Ketahuilah wahai Malik, aku mengutusmu ke suatu negeri yang telah mengalami banyak pergantian pemerintahan, yang adil maupun yang zalim. Rakyat disana akan memandangmu sama seperti pandanganmu terhadap para penguasa sebelummu dan berbicara tentangmu seperti pembicaraanmu tentang mereka. Sesungguhnya bukti kebaikan orang-orang yang baik dapat disaksikan dari penilaian yang diucapkan oleh kebanyakan rakyat. Maka itu, hendaklah amal-amal saleh kau jadikan sebagai perbendaharaan yang paling kausukai. Untuk itu, kuasailah hawa nafsumu dan tahan dirimu dari segala yang tidak dihalalkan bagimu. Menahan diri adalah bersikap adil pada diri sendiri, baik dalam hal yang kau sukai ataupun kau benci.
Tanamkan dalam hatimu rasa kasih sayang, cinta dan kelembutan budi pekerti pada rakyat. Jangan sampai kaujadikan dirimu laksana binatang buas yang bersiap memangsa mereka. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua: saudaramu dalam seagama atau serupamu sebagai sesama makhluk.[3] Kadang-kadang mereka tergelincir dalam kesalahan dan tergoda oleh pelanggaran, sehingga timbul akibat perbuatan tangan mereka, baik sengaja atau tidak, (suatu kejahatan). Oleh sebab itu, berilah maaf dan ampunanmu pada mereka sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang mengangkatmu berada diatasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah mengangkatmu!
Sungguh, Allah telah menugaskan kepadamu penyelesaian urusan mereka, dan Dia mengujimu dengan mereka. Maka jangan kau angkat dirimu sebagai musuh yang memerangi-Nya.[4] Sebab kau tak memiliki sedikit pun kekuatan menangkal siksa-Nya, dan kau pun pasti membutuhkan ampunan dan rahmat-Nya.
Jangan menyesali ampunan yang kauberikan, dan jangan girang menjatuhkan hukuman. Jangan bergegas marah selagi masih ada jalah keluar yang lapang. Jangan berkata: “Aku telah memberi perintah, maka taatilah aku.”Sebab, hal itu merusak hati, melemahkan agama dan menghancurkan pemerintahan.
Bila kekuasaanmu menyebabkan tumbuhnya keangkuhan dan kebanggaan diri, maka alihkanlah pikiranmu ke arah agungnya kerajaan Allah di atasmu dan kuasa-Nya terhadap dirimu sendiri. Cara itu dapat mengurangi kepongahanmu, menahan kekasaran hatimu dan mengembalikan akal sehat yang nyaris menjauhimu.
Awas, jangan coba-coba menyaingi Allah dalam keagungan-Nya atau menyerupai-Nya dalam keperkasaan-Nya. Karena Allah SWT niscaya menghinakan siapa saja yang congkak dan meremehkan siapa saja yang bangga diri.
Berlakulah adil terhadap hak Allah dan hak rakyat atas dirimu sendiri, keluarga terdekatmu dan orang-orang yang kaucintai. Jika tidak, maka engkau telah berbuat zalim; sedangkan siapa saja yang zalim terhadap hamba-hamba Allah, maka dia telah memerangi Allah, dan bukan hamba-hamba tersebut. Dan siapa saja yang memerangi Allah, niscaya Dia akan menggugurkan hujjahnya dan memeranginya sampai dia berhenti dan bertobat. Ketahuilah, tiada yang lebih cepat meruntuhkan karunia Allah dan menyegerakan bencana-Nya daripada tindakan zalim. Sungguh Allah SWT Maha Mendengar doa orang-orang yang tertindas dan Dia selalu siap menghukum kaum yang zalim.(MK)
*BERSAMBUNG.