Internasional
Pemimpin Ansarullah: Membela Palestina dan Menolak Penindasan Adalah Warisan Karbala
Ahlulbait Indonesia – Pemimpin Ansarullah, Sayyid Abdul Malik Al-Houthi, dalam pidato Asyura yang disiarkan televisi dari Yaman, menegaskan bahwa mengenang kesyahidan Imam Husain bukan sekadar mengenang peristiwa sejarah, tetapi adalah pernyataan keberpihakan terhadap Nabi Muhammad dan warisan perjuangan Islam sejati yang menolak tirani dan penyesatan.
“Imam Husain bukan hanya sosok masa lalu. Ia adalah simbol perjuangan Islam yang lurus—yang membangun keadilan dan kedamaian, bukan tunduk atau menyimpang,” tegas Sayyid Abdul Malik di hadapan para jamaah yang memadati peringatan Asyura, seperti yang dilansir dari Al-Manar, Minggu (6/7).
Ia menggambarkan tragedi Karbala sebagai buah dari penyimpangan nilai-nilai Islam, yang membuat cucu Nabi ditinggalkan dalam sunyi dan dikhianati dalam sepi. Pengkhianatan itu, katanya, masih bergema hari ini, terutama dalam diamnya dunia menyaksikan genosida yang terjadi di Gaza.
“Pembantaian terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza, bukan hanya tragedi kemanusiaan. Itu adalah ujian moral dan keimanan bagi umat Islam,” ujarnya. Ia menyerukan agar umat Muslim menolak dominasi Amerika dan zionis Israel, dan bangkit dengan iman, tanpa kompromi atau ketundukan.
Baca juga : Kehadiran Pemimpin Revolusi di Husainiyah Imam Khomeini dan Gema Media Internasional
Perlawanan Adalah Tanggung Jawab Suci
Meski jalan perlawanan penuh pengorbanan, Sayyid Abdul Malik menegaskan bahwa inilah jalan satu-satunya yang bermartabat dan menjamin kebebasan sejati. “Menyerah hanya akan membawa kerugian, baik secara spiritual maupun materiil,” katanya.
Ia juga menyoroti kebangkitan kesadaran kawasan yang kian meluas—dari Gaza, Lebanon, Iran, Irak, hingga Yaman. “Anak-anak keturunan Ansar masih terus melangkah, setia pada misi suci.”
Komitmen Teguh pada Misi Qurani
Sayyid Abdul Malik menegaskan kembali komitmen Ansarullah untuk terus menegakkan ajaran Alquran, mengibarkan panji Islam, dan menjalankan kewajiban jihad, amar makruf, dan nahi mungkar. Ia menyebut rezim zionis dan Amerika sebagai ancaman paling serius bagi Islam dan umat Muslim sedunia.
“Proyek zionis itu pada hakikatnya adalah proyek penghancuran akidah dan kehidupan. Ia hanya bisa dihadang oleh persatuan bangsa-bangsa merdeka di kawasan ini—dalam poros perlawanan yang tak bisa dibeli atau ditekan,” tandasnya.
Di akhir pidatonya, ia menegaskan bahwa jalan perjuangan ini tidak bisa dinegosiasikan. “Tak ada tempat untuk kompromi. Sekuat apapun tekanan atau kampanye media, kami tidak akan mundur.” []
Baca juga : Semangat Karbala Membuatku Bertahan
