Longmarch Arbain, Perjalanan Cinta Terbesar di Dunia
Setiap tahun, jutaan umat Islam dari Irak dan berbagai negara Muslim lainnya berziarah ke makam Imam Husein as di Karbala, Irak terutama di Hari Arbain untuk mengenang 40 hari kesyahidan Cucunda Baginda Nabi Muhammad Saw ini.
Dalam sejarah disebutkan bahwa Jabir bin Abdullah al-Anshari dikenal sebagai peziarah pertama yang berjalan kaki dari Madinah menuju Karbala khusus untuk memperingati Hari Arbain di Haram Imam Husain as di Karbala Irak yang kemudian selama 1373 tahun tradisi tersebut dijaga dan diikuti oleh jutaan pecinta Imam Husein setiap tahunnya. Jabir bin Abdullah memulai tradisi ini dengan berziarah ke makam Imam Husain as pada tahun 61 H, tahun kesyahidan Imam Husain as. Aimmah Maksumin as menegaskan keutamaan ziarah tesebut.
Dari sebagian catatan sejarah disebutkan bahwa di masa Syaikh Anshari (wafat tahun 1281 H) berjalan kaki menuju Karbala adalah tradisi masyarakat yang sangat masyhur. Namun sepeninggal beliau, tradisi tersebut pelan-pelan ditinggalkan masyarakat Muslim hingga akhirnya pada masa Sheikh Mirza Husain Nuri, beliau menghidupkan kembali tradisi itu melalui dakwahnya. Sepeninggal beliau, tradisi berjalan kaki ke Karbala terus dijaga dan dihidupkan oleh para pecinta Ahlulbait as dan Imam Husain as, bahkan tradisi berjalan kaki juga dilakukan oleh ulama-ulama dan Marja’ Taklid. Di antara ulama marja taklid besar dikalangan Syiah yang pernah melakukannya adalah Mirza Jawad Agha Maliki Tabrizi bahkan beliau telah berkali-kali melakukannya.
Qadhi Thabathabai dalam kitab Tahqiqe Darbare-ye Awwal Arbain Sayyid al-Syuhada menulis, perjalanan menuju Karbala pada hari Arbain telah ditradisikan umat Islam Syiah sejak zaman kehadiran Imam maksum as. Bahkan mereka tetap melakukan tradisi perjalanan ini pada masa kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang menetapkan pelarangan ketat untuk melakukan perjalanan tersebut.
Dengan adanya hadis-hadis yang menyebutkan mengenai besarnya keutamaan ziarah Arbain, umat Muslim Syiah khususnya warga Irak, setiap tahunnya dari berbagai penjuru negeri Irak melakukan perjalanan dengan berjalan kaki menuju Karbala. Jutaan orang tiap tahunnya menyertai tradisi ini, sehingga tercatat sebagai perjalanan kaki yang paling padat di dunia. Di masa rezim Saddam Husain yang menerapkan aturan tegas pelarangan berjalan kaki dari Najaf ke Karbala, tradisi Ziarah Arbain tersebut sempat terhenti. Meskipun tetap dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan bagi yang ketahuan oleh tentara rezim Saddam maka baginya adalah hukuman mati. Namun setelah kejatuhan Saddam, tradisi ziarah Arbain dengan berjalan kaki kembali dilakukan secara terbuka dan terang-terangan.
Dengan pembentukan negara Irak baru, di mana jabatan perdana menteri dipegang oleh seorang Syiah, pawai Arbain dengan cepat menjadi salah satu ritual ziarah keagamaan paling populer di dunia. Bahkan dengan munculnya kelompok ekstrimis ISIS yang menyerang Syiah dengan kejam, para peziarah Arbain tidak pernah berhenti mengalir. Serangan kelompok teroris pernah terjadi pada tahun 2014, sekitar 70 kilometer dari Karbala. Tapi, itu malah memperkuat keimanan pemeluk Syiah, dan jumlah peziarah Imam Husein terus bertambah sepanjang waktu hingga puluhan juta, dalam beberapa tahun terakhir, jumlah peziarah membludak menjadi jutaan orang. Hari-hari menjelang Arbain adalah hari yang penuh sesak oleh lautan manusia di jalan-jalan sepanjang Najaf ke Karbala. Pada tahun 2014 dilaporkan secara resmi mencapai sekitar 20 juta peziarah.
Mengutip dari Parstoday, Republik Islam Iran mengirim 160 ton obat dan peralatan medis ke Irak beserta tenaga medis untuk melayani para peziarah Arbain di Karbala. Ayatullah Mohammad Emami Kashani dalam khotbah Jumatnya sempat menyinggung kerusuhan terbaru di Irak dan peran musuh untuk mengobarkan dan memperluas kerusuhan tersebut. “Musuh berusaha menciptakan gangguan terhadap Pawai Arbain yang diikuti jutaan orang, namun pawai ini akan berlangsung dengan lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya.
“Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel menciptakan konspirasi untuk menutupi fakta dan kebenaran,” kata Ayatullah Emami Kashani ketika menjelaskan bahwa bendera Imam Husein as, cucu Rasulullah Saw, adalah bendera perlawanan terhadap kezaliman dan penindasan.
Anggota Komisi Keamanan Dewan Kota Najaf, Irak, mengatakan pasukan keamanan di Najaf dan Karbala telah meningkatkan pengamanan untuk mencegah potensi serangan teror pada acara peringatan Hari Arbain. Pasukan keamanan disebarkan di gerbang masuk dan keluar kota Najaf dan Karbala untuk mempertebal pengamanan pada Hari Arbain.