BNPT Ajak Mahasiswa Waspada Buku Bermuatan Radikalisme
BNPT Ajak Mahasiswa Waspada Buku Bermuatan Radikalisme
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Indonesia mengajak para mahasiswa untuk bersikap kritis terhadap buku-buku yang berpotensi terinfeksi oleh narasi paham radikalisme. Salah satu contohnya adalah buku seri berjudul “Tauhid For the Greatest Happiness” karya Abu Sulaiman Aman Abdurrahman.
Dilansir oleh Antara pada Jumat (1/12/2023), Irjen Pol Ibnu Suhaendra, Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, menyatakan bahwa dengan sikap kritis ini, diharapkan para mahasiswa dapat membangun ketahanan dan pencegahan terhadap paham radikalisme dan terorisme.
“Buku-buku ini meracuni pikiran pelajar dan mahasiswa, mendorong mereka menuju radikalisme dan terorisme. Upaya ini dilakukan untuk membekali generasi muda dengan ketahanan dan pencegahan terhadap radikalisme dan terorisme di Tanah Air,” ungkap Ibnu dalam diskusi di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Selasa (28/11), dilansir Detiknews.
Ibnu menambahkan bahwa buku “Tauhid For the Greatest Happiness” menjadi alat rekrutmen yang menyasar generasi muda yang sedang mencari jati diri dan belum stabil.
Baca juga : Menteri Retno: Indonesia Masih Marah dengan Situasi di Gaza
“Sasaran mereka adalah generasi muda yang dianggap belum stabil, sedang dalam proses pencarian identitas, dan akrab dengan teknologi media sosial. Ini menjadi pintu masuk untuk merekrut mereka ke dalam pemahaman radikal dan jaringan terorisme,” tambahnya.
Ibnu berharap agar mahasiswa di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dapat mendeteksi secara dini, memahami, dan menyaring buku-buku yang beredar agar tidak terpengaruh oleh ajaran yang menyimpang.
“Kami berharap dapat mengajak hadirin untuk memahami ajaran tauhid yang benar, yang menekankan cinta, perdamaian, dan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ini menjadi sarana untuk mempromosikan perdamaian, bukan sebaliknya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Moch Sodik, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menekankan bahwa kepedulian mahasiswa dalam membaca buku dengan pola pikir yang kritis dapat memberikan kontribusi positif dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat sekitar.
“Daya kritis ini sangat penting karena dengan memiliki daya kritis, mahasiswa dapat menjelaskan pada masyarakat lain. Mereka menjadi agen perubahan. Dengan nalar kritis, mereka dapat memilih dan memilah, sementara kami yang berada di pimpinan dan dosen-dosen juga memberikan arahan terhadap buku-buku yang berpotensi berbahaya dan yang tidak,” ujar Sodik.
Baca juga : Menteri Retno Pastikan Bantuan Indonesia Masuk Gaza