Ikuti Kami Di Medsos

14 Manusia Suci

Kemuliaan Ahlul Bait: Dari Syam ke Madinah

Kemuliaan Ahlul Bait: Dari Syam ke Madinah

Ahlulbait Indonesia — Setelah tragedi Karbala yang mengguncang dunia Islam, rombongan keluarga Imam Husain a.s. yang terdiri dari para wanita dan anak-anak, ditawan dan diarak menuju Syam (Damaskus), pusat kekuasaan Dinasti Umayyah. Mereka tiba dengan kondisi memilukan, diperlakukan seperti tawanan perang, sementara kota Damaskus dihias meriah atas perintah Yazid bin Muawiyah. Perayaan ini bukan hanya bentuk perayaan politik, melainkan juga propaganda untuk menyesatkan publik tentang identitas dan posisi keluarga Rasulullah saw.

Dalam suasana penuh ketidakadilan itu, Imam Ali Zainal Abidin a.s. satu-satunya laki-laki dewasa dari keluarga Husain a.s. yang selamat, masih dalam kondisi dibelenggu rantai besi.

Saat rombongan memasuki Damaskus, seorang lelaki tua, yang terpengaruh propaganda rezim, menghampiri Imam dan berkata:

“Segala puji bagi Allah yang telah membinasakan kalian dan memenangkan pemimpin kami.”

Mendengar itu, Imam Ali Zainal Abidin a.s. tidak terpancing amarah. Ia justru menjawab dengan kelembutan seorang ulama:

“Wahai bapak tua, apakah engkau membaca Al-Qur’an?”

Lelaki itu menjawab, “Ya.”

Imam bertanya lagi: “Apakah engkau membaca ayat: ‘Katakanlah (wahai Muhammad): Aku tidak meminta upah apa pun dari kalian kecuali kecintaan kepada keluargaku (Ahlul Bait)’ (QS. Asy-Syura: 23), serta ayat: ‘Ketahuilah bahwa apa pun yang kalian peroleh dari ghanimah, maka sesungguhnya seperlima-nya untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang miskin, dan ibnu sabil’ (QS. Al-Anfal: 41)?”

Lelaki itu mengangguk.

Lalu Imam berkata: “Demi Allah, kamilah keluarga yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut.”

Imam melanjutkan: “Apakah engkau juga membaca ayat:

‘Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan segala kekotoran dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya’ (QS. Al-Ahzab: 33)?”

Baca juga : Kita Telah Memasuki Bulan yang Penuh Duka

Lelaki tua itu, yang mulai sadar bahwa ia telah salah memahami, bertanya: “Demi Allah, benarkah kalian Ahlul Bait itu?”

Imam menjawab: “Ya, demi Allah dan demi kebenaran datuk kami Rasulullah, kamilah Ahlul Bait yang dimaksud dalam ayat itu.”

Tersentak oleh kebenaran, lelaki tua itu menangis dan berkata: “Aku berlepas diri kepada Allah dari orang-orang yang memerangi kalian.”

Namun, ketika berita pertobatan lelaki tua itu sampai ke telinga Yazid, ia segera memerintahkan algojonya untuk mengeksekusi lelaki itu. Kebenaran, sekali lagi, dibungkam oleh kekuasaan yang zalim.

Sikap bijak dan penyabar keluarga Rasulullah tidak berhenti di situ. Dalam sebuah riwayat lain yang terjadi di Madinah, diceritakan bahwa seorang pria bernama Isham bin Mushthaliq datang untuk mencaci Imam Husain a.s. secara langsung. Ia mencela dengan kata-kata yang kasar dan menyinggung.

Namun Imam Husain tidak membalas dengan cacian. Beliau justru melantunkan firman Allah:

“Jadilah pemaaf, perintahkan kepada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh. Jika setan menggodamu, berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa, jika mereka diganggu oleh pikiran jahat dari setan, mereka pun segera sadar, dan saat itu juga mereka melihat (kesalahan mereka).” (QS. Al-A’raf: 199–201)

Melihat akhlak luar biasa ini, Isham pun tersentuh dan menyesali ucapannya. Imam Husain menyadari penyesalan itu, dan untuk meneguhkannya, beliau membacakan ayat lain:

“Dia (Yusuf) berkata, ‘Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian. Mudah-mudahan Allah mengampuni kalian. Dia adalah Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.’” (QS. Yusuf: 92)

Dalam dua kisah ini, di Syam maupun Madinah terpampang jelas bagaimana Ahlul Bait Nabi saw. menjawab kebencian dengan hikmah, membalas fitnah dengan penjelasan Qurani, dan merespons kekerasan dengan ketenangan spiritual. Di balik penderitaan mereka, justru terpancar cahaya kebenaran dan kemuliaan. []

Sumber:

  1. Sayyid Mahdi Ayatullahi, Imam Ali Zainal Abidin: Keindahan Kaum Abid
  2. Syaikh Ibn Ra’is Kermani, Mega Tragedi: Kronologi Lengkap Musibah Asyura Husain bin Ali

Baca juga : Peristiwa Ghadir Khum: Mandat Ilahi atas Kepemimpinan Umat