Ikuti Kami Di Medsos

14 Manusia Suci

Ustadz Umar Syahab: Peringatan Syahadah Imam Ja’far As-Shadiq, Momentum Melawan Kezaliman

Ustadz Umar Syahab: Peringatan Syahadah Imam Ja'far As-Shadiq, Momentum Melawan Kezaliman

Ahlulbait Indonesia — Dalam suasana khidmat peringatan Syahadah Imam Ja’far bin Muhammad As-Shadiq a.s., Ustadz Umar Syahab, anggota Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI), menegaskan pesan abadi tentang bahaya kezaliman. Beliau mengingatkan bahwa bersekutu atau membantu pihak zalim, sekalipun tidak secara langsung melakukan kezaliman, tetap termasuk dalam perbuatan tercela di hadapan Allah Swt.

Hal tersebut disampaikan dalam acara peringatan Syahadah Imam yang disiarkan melalui Channel TV ABI pada Sabtu, 26 April 2025. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan rutin Ahlulbait Indonesia untuk memperkokoh ingatan kolektif umat terhadap keteladanan para Imam Ahlul Bait a.s.

Mengawali dengan Syukur dan Tafakur

Ustadz Umar membuka ceramahnya dengan ungkapan rasa syukur atas nikmat kesempatan memperingati syahadah salah satu sosok agung dalam sejarah Islam. Beliau menegaskan bahwa Imam Ja’far bukan hanya tokoh spiritual, melainkan juga arsitek besar dalam pengembangan mazhab Islam yang berbasis ilmu, akhlak, dan keadilan.

Ustadz Umar mengingatkan bahwa tanggal 25 Syawal merupakan hari Syahadah Imam Ja’far As- Shadiq, yang sejak itu diperingati oleh para pengikut Ahlul Bait di seluruh dunia sebagai momen untuk merenungkan perjuangan dan pengorbanannya.

Pilar Penegak Ilmu dan Keadilan

Ustadz Umar kemudian mengulas keistimewaan Imam Ke-enam ini dibandingkan para Imam lainnya. Masa imamah beliau yang panjang; sekitar 35 tahun, menjadi salah satu faktor penting yang memungkinkan tersebarnya ajaran Ahlul Bait secara lebih luas dan sistematis.

“Imam Ja’far hidup di era transisi, saat Dinasti Umayyah runtuh dan Dinasti Abbasiyah baru tumbuh. Kekacauan politik yang terjadi, menjadi celah strategis yang digunakan Imam untuk menyebarkan ilmu tanpa tekanan politik berlebihan,” terangnya.

Baca juga : Mutiara Hadis Imam Ja’far Shadiq a.s.

Sebagai catatan: Di kota Madinah, pusat keilmuan Islam kala itu, Imam membina ribuan murid dari berbagai latar belakang, termasuk sejumlah tokoh besar seperti Jabir bin Hayyan dalam bidang kimia dan Zurarah bin A’yan dalam ilmu fikih. Di tengah kelonggaran rezim, beliau memanfaatkan momentum untuk menghidupkan ajaran Islam yang murni.

Namun, tidak lama setelah stabilitas politik kembali menguat di bawah Abbasiyah, penguasa baru melihat Imam sebagai ancaman. Akibatnya, Imam Ja’far diracun dan gugur syahid, sebuah pengulangan siklus kezaliman terhadap para penerus kenabian.

Islam Menolak Kezaliman dalam Segala Bentuk

Mengutip ayat Al-Quran dari surat Ali ‘Imran ayat 57, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” Ustadz Umar menegaskan bahwa kezaliman adalah perbuatan yang dikutuk oleh Allah Swt. Tidak ada ruang toleransi dalam Islam terhadap perilaku yang merampas hak orang lain atau menindas yang lemah.

Beliau melanjutkan bahwa dalam mazhab Ja’fari, akal manusia dihargai sebagai alat untuk membedakan kebenaran dari kebatilan, keadilan dari kezaliman. Bahkan tanpa teks suci sekalipun, fitrah manusia yang bersih dapat mengenali buruknya tindakan zalim.

“Islam mewajibkan kita untuk tidak hanya menjauhi perbuatan zalim, tetapi juga menjauhi segala bentuk bantuan atau dukungan terhadapnya. Karena membantu kezaliman, walau secara tidak langsung, tetap merupakan bentuk keterlibatan dalam kejahatan,” tegas beliau.

Peringatan Syahadah untuk Membentuk Kesadaran Perlawanan

Ustadz Umar mengajak kita semua untuk menjadikan peringatan Syahadah Imam Ja’far bukan sekadar tradisi tahunan, melainkan momentum refleksi dan revitalisasi komitmen terhadap prinsip keadilan. Juga menegaskan pentingnya konsistensi dalam membela kebenaran, meskipun tantangan dan tekanan dunia terus berkembang. Teladan para Imam Ahlul Bait a.s., khususnya Imam Ja’far menjadi cahaya abadi bagi mereka yang berkomitmen di jalan kebenaran.

Di akhir ceramah, Ustadz Umar mengajak umat menjadikan peringatan syahadah ini sebagai momentum revitalisasi komitmen terhadap keadilan, bukan sekadar tradisi tahunan. Beliau menekankan pentingnya konsistensi membela kebenaran meski di tengah tantangan, dengan meneladani keteguhan Imam.

Ustadz Umar menutup ceramahnya dengan doa agar umat senantiasa diberi keteguhan menolak kezaliman dalam segala bentuk, baik di tingkat pribadi, sosial, maupun politik. []

Baca juga : Ajaran-Ajaran Imam Ja‘far Shadiq a.s.