Ikuti Kami Di Medsos

Nasional

Terorisme Siber Meningkat, Densus 88 Perkuat Strategi Penanggulangan Digital

Terorisme Siber Meningkat, Densus 88 Perkuat Strategi Penanggulangan Digital

Ahlulbait Indonesia – Penyebaran ideologi radikal melalui media sosial menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan. Sepanjang tahun 2024, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mencatat lebih dari 180 ribu konten ekstremis tersebar di berbagai platform digital, terutama Instagram, Facebook, dan TikTok. Sebagian besar konten tersebut terafiliasi dengan kelompok teroris seperti ISIS dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Dalam Rapat Kerja Teknis (Rakernis) 2025 yang digelar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jakarta, Kepala Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Irjen Pol. Sentot Prasetyo, menekankan pentingnya respons adaptif terhadap dinamika baru terorisme berbasis dunia maya.

“Kelompok teroris kini menyasar generasi muda lewat narasi keagamaan yang menyesatkan di media sosial. Ini ancaman nyata yang tak bisa kita biarkan berkembang,” ujarnya seperti dikutip dari Kompas.id, Kamis (24/4).

Baca juga : Iran-Indonesia Sepakat Perkuat Hubungan dan Serukan Aksi Nyata untuk Palestina

Menurut Sentot, berbagai platform digital—mulai dari WhatsApp dan Telegram hingga situs e-commerce—telah dimanfaatkan untuk keperluan koordinasi, rekrutmen, serta penggalangan dana oleh jaringan teror. Beberapa kelompok ekstremis bahkan mulai memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk menyebarkan propaganda.

“Kami tak hanya mengandalkan penindakan, tapi juga memperkuat pencegahan lewat kerja sama lintas sektor,” tambah Sentot.

Densus 88 saat ini memperkuat strategi antiteror dengan peningkatan kapasitas teknologi intelijen, penyebaran kontranarasi digital, serta pelatihan intensif bagi personel di bidang siber. Selain itu, kerja sama dengan platform teknologi global seperti Meta, Google, dan TikTok juga dilakukan guna membatasi penyebaran konten radikal.

Tak hanya dari sisi teknologi, pendekatan edukatif turut diintensifkan melalui program literasi digital dan pendidikan kebangsaan. Langkah ini bertujuan membangun ketahanan generasi muda terhadap pengaruh ideologi kekerasan.

“Kerja sama dengan NU, Muhammadiyah, dan ormas lain sangat krusial. Pencegahan harus menyentuh akar masalah,” pungkas Irjen Sentot.[]

Baca juga : Dari Jepara untuk Gaza: Aksi Damai Himpun Rp 3,9 Juta Donasi